1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Biden Serukan Persatuan di antara Anggota NATO

10 Maret 2009

Seakan kunjungan Menlu AS Hillary Clinton tidak cukup, Wapres Joe Biden yang melawat ke di Brussel kembali menyerukan persatuan di antara anggota NATO. Afghanistan dan Pakistan adalah bola api hubungan trans-atlantik

https://p.dw.com/p/H9QN
Wapres AS, Joseph Biden di BrusselFoto: AP

Pejabat tinggi pemerintahan baru Amerika Serikat ramai-ramai mengantri untuk berkunjung ke Brussel. Hanya beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri Hillary Clinton melawat ke markas besar NATO dan Uni Eropa, kini giliran Wakil Presiden Joseph Biden yang tampil di Brussel.

Kedua kunjungan yang berlangsung hampir bersamaan itu merupakan isyarat yang jelas, betapa Presiden Barack Obama menganggap penting hubungan trans-atlatntik.

Yang juga patut diperhatikan adalah nada baru dalam politik luar negeri AS, baik Clinton maupun Biden sama-sama menegaskan, kami datang untuk mendengarkan.

Perwakilan pemerintahan Bush sebaliknya berupaya menyetir, mereka membagi-bagi Eropa ke dalam kelompok yang mendukung dan yang membangkang, dan tidak jarang di antara kedua benua terucap kata-kata pedas.

Sekarang segalanya akan berbeda, tapi bukan juga berdasarkan azas kepentingan pribadi, seperti yang ditekankan Joe Biden di markas besar NATO. „Kita cuma akan berhasil, jika kita mampu bersepaham. Soal Afghanistan, kita membutuhkan persatuan," tandasnya.

Namun baik Eropa maupun Amerika memahami, gaya diplomasi baru yang dibawa pemerintahan Obama tidak mengubah kenyataan, bahwa betapa seriusnya situasi di Afghanistan dan terutama Pakistan. Joseph Biden melihat geliat kelompok Taliban di kedua negara sebagai ancaman bagi dunia barat.

„Warga Eropa maupun warga di negara saya menyesali adanya peperangan ini. Banyak warga kita, di sini di Eropa maupun di Amerika yang bertanya-tanya, kenapa kita mengirimkan tentara dan peralatan perang sangat jauh dari kampung halaman. Tetapi sebagai seorang politikus yang harus menjamin keamanan warganya, kita tahu, tidak satupun dari kita dapat menampik, bahwa kita harus menyudahi ancaman baru di abad ke-21 ini," ujarnya di hadapan pejabat teras NATO.

Biden melihat Afghanistan dan Pakistan sebagai ladang bagi semua serangan teror kelompok radikal Islam, sejak 11 September 2001, bom di Madrid dan London, sampai serangan Bombay beberapa minggu lalu.

Tak heran, jika Obama memerintahkan pengiriman sebanyak 17.000 pasukan ke Afghanistan. Dan ia ingin sekutu-sekutunya di Eropa juga melakukan hal yang sama.

Sejauh ini tidak ada yang baru dibanding Presiden George W. Bush yang selalu menuntut sesuatu dari Eropa. Namun jika pemerintahan Bush lebih mementingkan pengiriman tentara dan mengangap remeh bantuan sipil serta proyek pembangunan kembali, Biden mengakui adanya bentuk lain keterlibatan sekutu-sekutu Amerika di Afghanistan.

"Yang diperlukan adalah peranan menyeluruh dengan bantuan sipil dan pendekatan diplomatis. Karena kita mengetahui, bahwa solusi militer murni tidak akan berfungsi baik di Pakistan maupun di Afghanistan," katanya.

Begitu pula pandangan yang sudah sejak lama diutarakan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel atau Menteri Pertahanan Franz-Josef-Jung. Tapi ketika anggota pemerintahan Bush mengolok-olok apa yang disebut dengan peranan menyeluruh, saat ini di Washington peranan semacam itu tidak cuma patut diperjuangkan, melainkan juga sudah menjadi kepentingan negara. (rzn)