1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

010611 Laden Terror Afghanistan Pakistan

1 Juni 2011

Osama bin Laden merupakan alasan utama intervensi Barat di Afghanistan. Kematiannya bulan lalu di Abbottabad, Pakistan, tidak membawa perubahan menuju arah yang lebih baik.

https://p.dw.com/p/11SgO
Foto: picture-alliance/dpa

Aksi rahasia satuan khusus Amerika Serikat, tanggal 2 Mei, mengoyak hubungan kemitraan Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika menyerbu kediaman Osama bin Laden di kota garnisun Abbottabad dan tak ada satupun dari pihak Pakistan yang mengetahuinya. Washington yakin bahwa di kalangan militer dan dinas rahasia Pakistan ada yang melindungi bin Laden, walau kemudian Washignton mengakui tak menemukan bukti.

Walau curiga dan berang, Washington sadar betul bahwa sebagai mitra dalam perang melawan Islam radikal, Pakistan tak bisa dilepaskan. Dan bahwa tanpa Pakistan, tak akan ada kedamaian di Afghanistan. Karena itu, dalam kunjungan baru-baru ini ke Islamabad, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton juga melontarkan nada rekonsiliasi. "Kedua negara, Amerika dan Pakistan memiliki kepentingan besar menyangkut stabilitas Afghanistan, agar tak lagi yang bisa membahayakan negara itu. Kita harus bekerjasama untuk mencapai tujuan ini."

Pakistan merasa ditelanjangi oleh aksi rahasia AS yang menewaskan bin Laden dan karenanya menjadi sensitif. Parlamen menuduh aksi di Abbottabad itu melanggar kedaulatan negara. Militer dan elit politik Pakistan kalang kabut membantah tuduhan bahwa negara itu mendukung teror.

Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani, dalam kunjungan di London, beberapa hari setelah tewasnya bin Laden, mengatakan, "Kami berada di tengah-tengah perang melawan teror. Kami memiliki ketetapan hati, tekad bulat dan kemampuan untuk berperang melawan ekstrimisme dan terorisme. Tentu saja dinas rahasia kami bekerjasama dengan seluruh dunia, juga AS. Jika kini orang menuduh dinas rahasia kami gagal, itu berarti seluruh dunia gagal."

Aksi mematikan yang dilancarkan satuan khusus AS pada 2 Mei mengakibatkan terutama konsekuensi politik dan diplomatik, tetapi tak berpengaruh terhadap spiral kekerasan di Pakistan dan Afghanistan. Osama Bin Laden mati, perang jalan terus.

Al Qaida dan gerakan Taliban tidak sama, tegas Almut Wieland Karimi, Kepala Pusat untuk Misi Perdamaian Internasional di Berlin. "Saya pikir, hubungan erat antara al Qaida dan Taliban dinilai terlalu tinggi. Taliban sangat kuat seabgai sebuah gerakan yang berasal dari kawasan dan berjuang keras untuk berkuasa di Afghanistan. Sementara al Qaida arahnya internasional yang bekerja di tingkat ideologi yang sangat tinggi. karena itu saya berpendapat, kedekatan antara keduanya dinilai terlalu tinggi."

Tanpa Osama bin Laden pun, hampir tak ada hari tanpa serangan dan bom bunuh diri di Afghanistan dan Pakistan. Keduanya negara miskin yang menderita di bawah teror dan aksi kekerasan. Pemerintahnya lemah dan korup. Kaum muda di kedua negara itu tak punya perspektif masa depan. Kondisi yang tidak bisa diubah dengan intervensi militer, entah lewat tentara seperti di Afghanistan, atau dalam bentuk ancaman dan Dollar seperti di Pakistan.

Kedua negara itu, Pakistan dan Afghanistan, butuh dorongan kuat di sektor pendidikan dan pemabngunan. Tetapi untuk itu, semua pemain harus meletakkan semua kartu yang disembunyikan, di atas meja.

Sandra Petersmann/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk