1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bisnis Kelapa Sawit Picu Kerusakan Iklim Global

Dyan Kostermans8 November 2007

Banyak hutan Riau dibabat untuk memenuhi permintaan minyak sawit di pasar dunia. Greenpeace mengecam penggunaan minyak sawit untuk produk makanan dan kosmetik, yang berdampak semakin pendeknya usia hutan tropis.

https://p.dw.com/p/CT9T
Hutan di SumatraFoto: DW/Golte

Hutan-hutan di Sumatra benar-benar terancam. Hanya dalam waktu tiga tahun, yakni tahun 2010, hutan-hutan itu dapat musnah semuanya. Pakar pertanian dan kehutanan, Alexander Hissting menjelaskan

„Itu terutama karena perluasan penanaman kelapa sawit di Sumatra. Dalam beberapa tahun terakhir juga dalam tahun-tahun mendatang akan terjadi penanaman kelapa sawit besar-besaran. Hingga tahun 2030 di Indonesia penanaman kelapa sawit akan meningkat dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat. Dan terutama di Riau kondisinya sudah sedemikian parah sehingga merusak hutan tropis terakhir.“

Apakah yang salah menebang hutan dan menggantinya dengan pohon kelapa sawit. Bukankah di hutan tumbuh pohon-pohon dan kelapa sawit juga masuk kategori pohon? Menjawab pertanyaan Deutsche Welle, disampaikan Hissting

„Anda memang benar. Tapi tentu saja jenis tanaman dan hewan yang hidup di hutan sangat beragam. Dan hutan-hutan di Sumatra banyak dikenal sebagai hutan gambut. Artinya hutan-hutan ini tumbuh di atas lapisan gambut yang tebalnya beberapa meter, dan gambut ini menyimpan kandungan karbondioksida yang luar biasa besarnya. Di mana di sini tanaman yang membusuk atau setengah busuk, terkumpul selama ribuan tahun. Di kawasan ini jika pohon-pohonnya ditebangi dan gambut itu tersingkap, akan terjadi pelepasan besar-besaran karbondioksida yang merusak iklim. Karena jumlah kandungan karbondioksida yang tersimpan di hutan-hutan di Riau dilepaskan ke atmosfir, sama dengan jumlah produksi emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh seluruh dunia selama satu tahun.“

Saat ini di Kuala Cenaku, Indragiri Hulu, Riau para relawan Greenpeace dan masyarakat setempat tengah membangun bendungan, sebagai upaya mencegah perusahaan kelapa sawit membakar lahan gambut secara ilegal, sebagai bagian dari aktivitas Kamp Pembela Hutan. Selain itu dilakukan pula latihan pemadam kebakaran bersama . Karena warga setempat sudah merasakan langsung dampaknya. Demikian disampaikan Alexander Hissting, yang juga termasuk dalam kelompok pelindung lingkungan Greenpeace

„Banyak penduduk setempat yang hidup dari menangkap ikan. Dan mereka menceritakan kepada kami bahwa dengan penanaman kelapa sawit dan hal-hal yang berhubungan dengan itu pencemaran air yang terjadi sangat parah, sehingga merugikan penangkapan ikan. Mereka takut bahwa pekerjaan dan eksistensinya hilang akibat penanaman kelapa sawit.“