1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Blair Sesalkan Jatuhnya Korban Dalam Perang Irak

21 Januari 2011

Mantan perdana menteri Inggris Tony Blair untuk kedua kalinya menjadi saksi dalam komisi penyelidikan perang Irak. Blair kali ini ungkapkan penyesalannya.

https://p.dw.com/p/100mO
Tony BlairFoto: picture-alliance/dpa

"Saya tidak ragu, bahwa dunia akan lebih baik bila Saddam Hussein disingkirkan, bersama rezimnya." Demikian ujar Tony Blair. Pernyataan ini menunjukkan, bahwa mantan perdana menteri Inggris ini bertahan pada pendapatnya. Ia tetap menganggap penyerbuan Irak sebagai hal yang benar dan ia yakin keputusannya di tahun 2003 untuk berperang di sisi Amerika Serikat adalah tepat.

Setahun yang lalu, Blair sudah harus menjawab pertanyaan komisi pemeriksaan Irak. Dulu penampilannya dikritik, karena ia sama sekali tidak menyatakan penyesalannya. Kali ini kesalahan itu ia perbaiki. "Saya menyesali hilangnya nyawa manusia, baik dari pasukan kami sendiri, pasukan negara lain, serta warga sipil yang menolong warga Irak dan juga warga Irak sendiri. Saya ingin mengatakannya, karena ini adalah yang sebenarnya dan apa yang saya rasakan."

"Terlambat!", demikian seruan beberapa orang yang duduk di barisan penonton. Jumat (21/01) kemarin, masalah rinci dan hal yang bertentangan rencananya akan dibahas. Blair antara lain membenarkan, bahwa delapan bulan sebelum dimulainya perang Irak ia sudah menjanjikan kepada presiden Amerika Serikat saat itu George W. Bush bahwa ia akan mendukung keputusan Bush. Blair yang sejak perang Irak tidak lagi populer di Inggris, juga menjawab pertanyaan tentang apakah semua anggota kabinetnya tahu, bahwa ia berniat memerangi Irak bersama Amerika Serikat. "Saya kira, tidak ada yang tidak mengetahuinya. Ini tidak berarti bahwa semua menyetujui langkah ini. Tetapi prinsip strateginya jelas. Kami mengikuti langkah PBB, yang memberikan ultimatum, dan jika ultimatum tidak terpenuhi, maka kita akan turut berperang bersama Amerika Serikat."

Masalah hukum yang dikhawatirkan penasihat hukum utamanya Peter Goldsmith yang menganggap perlunya resolusi PBB yang kedua untuk bisa berperang, tidak dipedulikan oleh Blair karena ia berharap Goldsmith akan mengubah pandangannya begitu ia mendapat rincian dari perundingan yang telah berlangsung. Dan kenyataannya, Goldsmith memang mengubah pandangannya. Begitu menurut Blair.

Selain itu Blair juga mengatakan, bahwa ada kerjasama dengan banyak negara, tidak hanya pemerintah di Washington dan London, yang terlibat dalam serangan ke Baghdad. "Saya mencoba mempertahankan koalisi. Dulu ada lebih dari 40 negara di koalisi ini. Kami mewujudkan kondisi, seperti yang saya harapkan. Bukan hanya Amerika Serikat dan Inggris saja yang terlibat. Australia, Jepang, Korea Selatan dan mayoritas anggota Uni Eropa juga mendukung kami."

Kali ini Tony Blair tampak lebih santai dibandingkan dalam tanya jawab komisi penyelidikan setahun yang lalu. Ia tampil tanpa cela. Tidak ada pertanyaan yang membuatnya terpojok. Tetapi ini tidak mengubah citranya di Inggris. Bagi banyak warga Inggris, ia adalah pria yang membawa negaranya terlibat dalam perang yang tidak perlu dan bertanggung jawab atas jatuhnya banyak korban dalam perang tersebut. 179 tentara Inggris tewas dalam konflik dengan Irak.

Dalam kesempatan tersebut, Blair tidak hanya berbicara tentang Irak. Ia juga mengungkapkan pendapatnya tentang hubungan dunia barat dengan Iran. Menurutnya, barat harus berfokus pada ancaman yang datang dari negara itu. "Saya keluar masuk di kawasan itu. Saya melihat dampak dan pengaruh Iran dimana-mana. Ini hal yang negatif, mewujudkan ketidakstabilan, dan mendukung kelompok teroris. Ini bisa menghentikan proses perdamaian di Timur Tengah." Demikian Blair, yang kini menjabat sebagai utusan khusus PBB dalam kuartet Timur Tengah.

Torsten Huhn / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Edith Koesoemawiria