1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

BNPB: Bencana Ancam Ambisi Pariwisata Jokowi

16 Januari 2019

BNPB mewanti-wanti sektor pariwisata menyimpan potensi musibah berupa bencana alam. Sebab itu pemerintah diminta meningkatkan dana investasi mitigasi bencana untuk mencegah kerugian yang besar.

https://p.dw.com/p/3BeDv
Bildergalerie Tourismus in Indonesien Sanur
Foto: Q. Rooney/Getty Images

Hingga beberapa bulan silam Tanjung Lesung masih dianggap masa depan pariwisata Indonesia. Betapa tidak, kawasan pantai ini tidak hanya bertabur keindahan alam, tetapi juga hanya berjarak 160 km dari ibukota Jakarta. Namun gelombang tsunami yang dipicu erupsi Anak Krakatau 22 Desember silam mengubah segalanya.

Kerugian ekonomi senilai ratusan miliar dan pembatalan kunjungan wisata sebanyak 10% merupakan dua isu yang dikeluhkan pelaku bisnis di Tanjung Lesung. Kerusakan infrastruktur dan bangunan juga ikut menghentikan geliat pembangunan di kawasan.

Baca juga:Bencana Alam di Indonesia tahun 2019 Diprediksi Terus Terjadi 

Gambaran serupa juga ditemui di Lombok, di mana bencana gempa bumi tahun lalu menyebabkan kerugian senilai Rp. 1,4 triliun di sektor pariwisata dan berkurangnya jumlah wisatawan sebanyak 100.000 orang. Jumlah kerugian lebih besar lagi ketika Gunung Agung di Bali memuntahkan awan panas pada 2017 silam. Saat itu pulau Dewata kehilangan sebanyak 1 juta wisatawan dan mengalami kerugian sebesar Rp. 11 triliun.

Sejak peristiwa di Selat Sunda ilmuwan sudah mewanti-wanti bahaya yang mengancam ambisi pariwisata pemerintahan Joko Widodo. Kini peringatan tersebut datang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sendiri. Dalam keterangan pers yang diterima DW, Jurubicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengamini ancaman tersebut. "Bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata."

Jejak Kehancuran Akibat Tsunami Selat Sunda

"Wisatawan melihat keamanan dan kenyamanan sebagai satu hal yang esensial," imbuhnya.

Saat ini industri pariwisata masih mencatat pertumbuhan pesat, antara lain berupa peningkatan kunjungan wisatawan mancengara sebesar 55%, dari 9 juta orang pada 2014 menjadi 14 juta orang pada 2017. Pun sumbangan devisa tahun ini diproyeksikan bakal meningkat menjadi US$ 20 miliar. Tidak heran jika Indonesia saat ini berada di urutan kesembilan dalam daftar negara dengan pertumbuhan paling cepat di dunia versi World Travel and Tourism Council.

Namun angka tersebut bisa berubah cepat jika bencana kembali terjadi.

Baca juga: Mitigasi Bencana Masuk Kurikulum Sekolah, Apa Kata Pakar Jerman?

Karena itu Sutopo meminta pemerintah untuk meningkatkan dana investasi di bidang mitigasi bencana. "Sebab, dalam proses pembangunan setiap 1 US$ yang diinvestasikan untuk pengurangan risiko bencana maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$," tulisnya. Terlebih jika mengingat dana pengembangan kawasan strategis pariwisata mencapai Rp. 500 triliun.

Sutopo menyarankan agar penataan ruang dan perencanaan pembangunan 10 destinasi wisata baru selain Bali memperhitungkan peta rawan bencana "sehingga sejak perencanaan pariwisata sudah dikaitkan dengan ancaman bencana yang ada."

"Bencana adalah keniscayaan," imbuh Sutopo. "Karena bencana memiliki periode ulang... di balik berkah keindahan alam Indonesia juga menyimpan musibah jika tidak dikelola dengan baik."

rzn/hp