1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Boko Haram Diambang Kehancuran?

Thomas Mösch5 Mei 2015

Militer Nigeria umumkan sukses operasi dengan bebaskan 700 sandera perempuan dari sekapan Boko Haram. Kelompok teror itu kini diambang kehancuran. Perspektif Thomas Mösch.

https://p.dw.com/p/1FKGY
Boko Haram Flagge
Foto: S. Yas/AFP(Getty Images

Saat ini, semua indikasi menunjukkan, kelompok teroris paling haus darah di dunia itu, diambang kekalahan secara militer. Memang sulit dipercaya, setelah enam tahun merajalela dan gagal ditumpas oleh militer, kini kelompok teror itu nyaris hancur.

Juga selama ini laporan sukses aksi militer harus dicermati secara kritis. Sangat sering jurubicara militer melaporkan sukses menggempur Boko Haram, atau membebaskan sandera, tapi pada akhirnya semua itu hanyalah propaganda dan omong kosong belaka. Juga laporan sukses kali ini, harus kita tunggu informasi lebih lanjut.

Akan tetapi, perkembangan terbaru dalam beberapa minggu belakangan, makin memperkuat prasangka, bahwa Boko Haram sejatinya adalah fenomena lokal yang dipicu kepentingan politik. Sukses aksi teroris itu di tahun-tahun silam, terutama dapat dijelaskan lewat dua perkembangan.

Pertama: Militer Nigeria dan pimpinan politik di Abuja meremehkan ancaman bahaya teror dan pembunuhan dari kawasan timur laut yang miskin. Milyaran anggaran militer diselewengkan ke kantong pribadi. Ongkos konflik harus ditanggung serdadu rendahan dan warga yang tewas atau terpaksa mengungsi.

Kedua: kondisi kelompok teror yang beberapa minggu silam masih ditakuti karena kekejamannya, yang tiba-tiba tidak berdaya, menunjukkan dengan tegas milisi teror tersebut kehabisan uang. Terlihat, bahwa persenjataan modern Boko Haram tidak bisa hanya dibeli dengan uang hasil perampokan bank, atau dengan uang tebusan para sandera.

Dukungan keuangan bagi Boko Haram, sebagian besar datang dari Nigeria sendiri. Sejauh ini tidak ada bukti meyakinkan, bahwa kelompok teror itu mendapat kucuran dana dari jaringan teror internasional. Kelompok elit Nigeria merekayasa dan mempersenjatai kelompok militan demi menggolkan kepentingan politik masing-masing.

Moesch Thomas Kommentarbild App
Thomas Moesch pimpinan redaksi Hausa DW.

Korelasi antara meningkatnya status Boko Haram menjadi pasukan teror yang menebar ketakutan di seluruh Nigeria dengan dimulainya masa jabatan presiden yang beragama Kristen, Goodluck Jonathan pada 2010 bukan sebuah kebetulan. Sebagian elit politik dari utara Nigeria sesaat setelah meninggalnya presiden Umaru Musa Yar'Adua yang beragama Islam melontarkan ancaman, akan membuat Nigeria tidak bisa lagi dikelola oleh pemerintah.

Sekarang Goodluck Jonathan tumbang, dan Boko Haram tidak terdengar lagi aktivitasnya. Apakah ini sebuah faktor kebetulan? Juga sejauh ini tidak ada pertanda bahwa presiden terpilih Muhammadu Buhari sekomplotan dengan pemberi dana bagi Boko Haram. Jenderal Buhari selalu menjaga jarak dengan para politisi korup di utara Nigeria yang diduga berada di belakang kelompok teror itu.

Walau begitu, kini para dalang di belakang layar, bisa mengharapkan memperoleh kekuasaan dan pengaruh lebih banyak di bawah presiden Muslim Buhari ketimbang saat di bawah Jonathan. Namun apakah Buhari memiliki kekuasaan untuk mematikan jaringan di belakang milisi teror itu atau bahkan membongkarnya secara terbuka, masih diragukan.

Skenario terbaiknya, Buhari kembali menciptakan ketenangan dan mencabut dukungan kepada kelompok teror. Dan Boko Haram jika masih tetap eksis, akan berubah menjadi gerombolan bandit kecil, seperti kelompok bandit lokal lainnya yang eksis di berbagai kawasan di Nigeria.