1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bosnia, Penantian Dua Dekade

1 Januari 2014

Bosnia untuk pertamakali bakal berlaga di Piala Dunia. Harapan dan mimpi mengiringi perjalanan panjang Dzeko dkk. dari negeri termiskin di Eropa dengan liga yang carut marut, menjadi kuda hitam yang ditakuti di Brasil.

https://p.dw.com/p/1AjxW
Fußball WM-Qualifikation 2014 - Nationalmannschaft Bosnien-Herzegowina
Foto: picture-alliance/dpa

Sebuah momen ajaib yang nilainya melampaui gol atau angka terkadang bisa muncul tanpa diduga. Saat semacam itu terjadi ketika pemain pengganti Izet Hajrovic merobek gawang Slovakia dalam laga kualifikasi Piala Dunia dan menanggalkan keraguan Bosnia untuk selamanya. Brasil tiba-tiba bukan lagi mimpi di siang bolong.

Tidak lama kemudian negeri termiskin di Eropa dengan liga domestik yang carut marut dan jumlah penduduk yang cuma empat juta orang itu memastikan diri bakal berlaga untuk pertama kalinya di Piala Dunia. Sebuah pencapaian luar biasa buat bangsa yang baru seumur jagung itu.

November 1995, ketika salju memadamkan bara terakhir di reruntuhan kota Sarajevo dan bau mesiu masih tercium di udara, Mehmed Baždarević memimpin rekan-rekannya berhadapan dengan tim nasional Albania di Tirana. Laga itu adalah pertandingan internasional pertama yang dilakoni Bosnia. Digelar cuma sembilan hari setelah perjanjian Dayton yang mengakhiri perang saudara di Balkan selama tiga tahun.

"Saya ingat," kata Muzorovic, pelatih Bosnia kala itu. "Saya mengumpulkan para asisten dan memutuskan akan tetap bertanding walaupun jika kami tidak mampu mengumpulkan cukup pemain. Kami cuma ingin punya tim nasional, apapun skuadnya, seperti apapun penampilannya, apapun hasilnya."

Bermodalkan Materi Pemain

Kini 18 tahun berselang, Bosnia tidak cuma akan melakoni laga pertama di turnamen sepakbola paling akbar sejagad itu, melainkan juga menjelma menjadi kuda hitam yang ditakuti. Kiprah Dzeko dkk. selama babak kualifikasi dengan mencetak 30 gol dan cuma kebobolan enam kali, berbicara lantang soal kualitas yang diusung Bosnia ke Brasil Juni mendatang.

Materi pemain yang berkelas adalah salah satu faktor kunci kesuksesan Bosnia. Duet maut striker Manchester City, Edin Dzeko dan ujung tombak Stuttgart, Vedad Ibisevic sejauh ini telah menghasilkan 53 gol. Sementara di lini tengah, kehadiran playmaker gaek didikan Bayern München, Zvjezdan Misimović dan sayap AS Roma, Miralem Pjanic menjanjikan kreativitas dan akselerasi tinggi.

Khususnya Pjanic saat ini dianggap sebagai salah satu talenta terpanas di Serie A, Italia. Sejak berkibar bersama Roma, bekas punggawa Olympique Lyon itu diburu oleh klub-klub mentereng layaknya Bayern Munchen, Manchester United dan Paris Saint Germain. Oleh berbagai rumah judi, Pjanic dianggap salah satu talenta muda yang bakal bersinar di Brasil.

Susic, Sang Penyerang

Bosnien und Herzegowina Qualifikation Fußball-WM
Perayaaan di pusat kota Sarajevo setelah Bosnia Herzegovina memastikan lolos ke putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil.Foto: DW/S. Huseinovic

Faktor keberhasilan lain adalah sosok pelatih Safet Susic yang gemar mengambil risiko. Pertaruhannya, menumpuk kekuatan di lini depan dan meracik strategi untuk mengoptimalkan daya gedor Bosnia, ternyata membuahkan hasil. Dzeko dkk. adalah salah satu timnas yang paling banyak memanen gol di Eropa.

Terlebih Susic cukup pragmatis untuk tidak bermain layaknya tim-tim non unggulan yang terbiasa memperkuat pertahanan. Ia faham betul, kuartet pertahanan belakang Avdija Vrsajevic, Ermin Bicakcic, Emir Spahic dan Sejad Salihovic tidak akan mampu menahan gempuran ujung tombak terbaik di dunia.

"Saya tahu, kami terlalu banyak mengambil risiko dengan gaya permainan yang sangat menyerang. Tapi itu adalah harga yang pantas kami bayar. Ujung-ujungnya, kita bermain untuk mencetak gol lebih banyak ketimbang lawan," kata sang pelatih. Dan selama ini taktik itu ternyata berhasil.

Cuma waktu yang bisa membuktikan apakah racikan maut Susic bisa menundukkan Nigeria dan Iran di babak penyisihan grup F. Karena jika berhasil, Dzeko dkk. akan mencatat sejarah manis lain, yakni lolos ke babak perdelapan final untuk pertama kali dalam sejarah.

rzn/as (dpa, sid, NSBiH, FIFA)