1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Brigade Stryker IV AS Tiba di Kuwait

19 Agustus 2010

Tujuh tahun dan lima bulan setelah invasi militer AS ke Irak, pasukan tempur terakhirnya ditarik. Irak sedang mengalami krisis politik. Banyak pihak meragukan bahwa angkatan bersenjatanya dapat mengontrol keamanan.

https://p.dw.com/p/Orv8
Foto: AP

Lebih dini dari yang diperkirakan, Rabu malam menjelang hari Kamis (18/19.8) sebagian besar brigade terakhir pasukan tempur Amerika Serikat di Irak, Brigade Stryker ke-4, telah memasuki wilayah perbatasan Kuwait. Ratusan personil logistik dari Brigade Stryker ke-4 divisi infanteri ke-2 akan menyusul pada hari-hari mendatang.

Penarikan yang dinamakan "Operasi Pembebasan Irak" atau "Operation Iraqi Freedom" ini akan berlangsung sesuai dengan rencana, yaitu hingga tanggal 31 Agustus. Sekitar 6.000 serdadu AS lainnya yang kebanyakan dari pasukan khusus, masih ditugaskan pada operasi militer di Irak hingga jadwal tersebut. Kemudian, pada hari itu juga pasukan tempur terakhir AS harus sudah meninggalkan Irak.

Mulai tanggal 1 September nanti, yang disebut "Operasi Fajar Baru" atau "New Dawn" akan dimulai. Sesuai dengan kesepakatan yang dicapai antara pemerintah di Baghdad dan Washington, sekitar 50.000 tentara AS masih ditempatkan di Irak hingga 31 Desember 2011, kebanyakan untuk bantuan pelatihan dan logistik.

No Flash Irak Gewalt Sicherheitskräfte
Seorang polisi Irak di BaghdadFoto: AP

Militer Irak diduga tidak akan sanggup tangani keamanan

Pemancar televisi al-Iraqiya yang pro Perdana Menteri Nuri al-Maliki, tidak memberitakan penarikan brigade terakhir AS sebagai laporan utama. Yang menjadi berita utama malahan mengenai duta besar baru AS di Baghdad yang malam itu diterima secara resmi oleh Presiden Jalal Talabani. Program yang kemudian ditayangkan hanyalah soap opera dan acara kuis yang biasanya ditayangkan selama Ramadan.

Sekitar tujuh tahun setengah setelah digelar, operasi pasukan tempur AS di Irak yang diawali dengan invasi ke negeri itu dan penggeseran presidennya Saddam Hussein, kini perlahan-lahan berakhir secara resmi. Meskipun kesepakatan antara pemerintah Irak dan AS mencantumkan sesuatu yang lain, diperkirakan bahwa secara tidak resmi pasukan tempur AS masih akan berada di Irak.

Para pakar berpendapat bahwa angkatan bersenjata Irak masih belum dapat memikul tugas pengamanan negerinya sendiri, walaupun politisi tertentu di Baghdad dan Washington tidak mau mengakuinya. Kemampuan kebanyakan dari sekitar 220.000 tentara Irak saat ini dinilai sedang-sedang saja, tidak disiplin dan tidak bermotivasi.

Irak USA Truppen verlassen Irak Richtung Kuwait Foto
Pasukan AS tinggalkan Irak menuju KuwaitFoto: AP

Kelompok militan isi kekosongan politik

Kelemahan ini dapat menimbulkan peningkatan serangan, ujar panglima angkatan bersenjata Irak pekan lalu. Sejak beberapa bulan terakhir, jumlah korban serangan memang meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tetapi masih belum jelas, apakah ini ada hubungannya dengan penarikan pasukan tempur AS atau karena ketidakmampuan angkatan bersenjata Irak. Ini mungkin juga karena kelompok-kelompok militan menggunakan kesempatan saat terjadi kekosongan politik saat ini. Demikian diutarakan Mike McDonaghm yang mengkoordinasi bantuan kemanusiaan di Irak: „Jika di Irak ada sebuah pemerintahan representatif, maka orang-orang Amerika tidak diperlukan di sini."

Setelah pemilihan parlemen bulan Maret lalu, pemerintahan masih belum juga berhasil dibentuk. Perundingan koalisi terakhir antara kedua pihak yang unggul dalam pemilu, dihentikan hari Selasa lalu (17/08). Pembicaraan terhenti karena pada dasarnya tidak terlihat adanya kemauan berunding dari para politisi terkait.

Björn Blaschke/Christa Saloh

Editor: Edith Koesoemawiria