1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaAfrika

Buang Hajat Sembarangan Bisa Sebarkan Ebola

20 November 2014

PBB menyerukan agar dihentikannya praktek buang air besar sembarangan di lahan terbuka, karena mencemaskan kebiasaan ini bisa mendorong meluasnya penyebaran wabah ebola.

https://p.dw.com/p/1DpcG
Toilette in der Wüste
Foto: Fotolia

Terutama di negara-negara Afrika Barat yang dilanda epidemi virus ebola yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 5000 orang dari 14.000 yang terinfeksi, kebiasaan buang hajat sembarangan dikhawatirkan memudahkan penyebaran wabah mematikan itu. Penyebabnya, virus ebola diduga bisa menular lewat kontak dengan cairan tubuh penderita yang dibuang sembarangan di kebun atau di saluran air limbah terbuka.

Nigeria yang dinyatakan sudah bebas ebola bulan lalu, telah mengeluarkan peringatan agar warganya tidak buang hajat sembarangan. Sekitar 40 juta warga Nigeria atau 25 persen populasi tidak punyak akses ke toilet. Sementara di Liberia, negara Afrika Barat lainnya yang terparah dilanda epidemi ebola, separuh dari 4 juta warganya tidak punya jamban dan di Sierra Leone sekitar dua juta warganya tidak punya WC.

Laporan PBB berkaitan dengan hari toilet internasional 2014 Rabu (19/11) yang dilansir di Jenewa menyebutkan: sedikitnya satu milyar manusia buang hajat di kebun, sungai atau lahan terbuka lainnya, akibat tidak punya akses ke jamban atau toilet. Bahkan sekitar 2,5 milyar orang disebutkan tidak memiliki akses ke sanitasi sederhana seperti jamban umum dan sumber air bersih.

Di Asia, India dan Cina merupakan negara dengan populasi warga lebih dari satu milyar yang menghadapi masalah berat terkait tidak adanya akses ke toilet. Juga Indonesia, Pakistan, Bangladesh dan Nepal masih menghadapi masalah menyangkut buang hajat sembarangan dan tidak adanya akses ke sumber air bersih tersebut. Sementara di Afrika, nyaris semua negara menghadapi masalah sanitasi dan higiene itu.

Penyebab utama kematian balita

Tidak adanya akses ke sarana sanitasi sederhana dan air bersih, di negara-negara berkembang menjadi penyebab 80 persen penyakit yang berkaitan dengan cemaran air bersih seperti kolera, disentri dan diare. Kondisi ini menyebabkan rendahnya derajat kesehatan umum dan membebani ekonomi akibat banyaknya warga di usia produktif yang sakit. Laporan organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan, setiap harinya 5000 anak balita meninggal terkena penyakit akibat kurangnya higiene dan tidak adanya sarana sanitasi.

PBB juga mengakui, target millenium untuk mengurangi kemiskinan hingga separuhnya di tahun 2015, agar kualitas kesehatan publik meningkat, sulit dicapai di sejumlah negara. Wakil sekjen PBB Jan Eliasson menegaskan, terutama anak perempuan yang paling dirugikan oleh kemiskinan dan tidak adanya akses ke toilet dan sumber air bersih itu.

"Walau tercapai sejumlah kemajuan, kurangnya dana untuk pembangunan infrastruktur menyebabkan praktek buang hajat sembarangan masih jadi masalah utama", ujar Eliasson. Selain itu di banyak negara masalah kebiasaan, budaya serta norma sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap masalah higiene tersebut.

as/vlz (afp dpa,epd,un)