1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bush Perpanjang Perang Irak - Al Sadr Muncul Kembali

Ulrich Leidholdt26 Mei 2007

Kamis lalu (24/05) Kongres AS menyetujui undang-undang yang menjamin pembiayaan selanjutnya perang Irak hingga September mendatang. Bagaimana situasi di Irak dan reaksi dari keputusan Kongres AS?

https://p.dw.com/p/CIsW

Sejumlah kejadian membenarkan langkah yang diambil Presiden AS, George W. Bush. Perang di Irak mengakibatkan semakin banyak korban jatuh. Termasuk di antaranya tentara AS, dan itu terjadi saat ini juga. Itulah argumentasi yang digunakan Bush untuk mendapatkan dana sekitar 70 milyar Euro agar dapat melanjutkan perang Irak. Ia mengatakan, pemerintahnya memperhitungkan akan terjadi pertempuran lebih besar dan akan lebih banyak tentara AS serta warga Irak yang menjadi koban. Bulan Agustus kemungkinan akan menjadi bulan yang sulit dan berdarah.

Korban di Irak

Bulan Mei ini saja sudah menjadi bulan dengan kerugian sangat besar, sejak AS menyerang Irak Maret 2003 lalu. Sejak awal Mei, 90 tentara AS tewas di Irak. Dengan demikian, jumlah tentara AS yang tewas dalam perang Irak sudah mencapai 3.442 orang.

Sedangkan korban sipil jumlahnya berlipat ganda dari jumlah tentara yang tewas. Ratusan warga sipil menjadi korban tiap bulannya. Dan sejak serangan keamanan AS dan Irak, yang dimulai Februari lalu, jumlahnya kian bertambah.

Reaksi dari Kesuksesan Bush

Kesuksesan Bush, yaitu berhasil memperoleh lebih banyak dana tanpa menyerahkan rencana penarikan tentara dari Irak, segera diikuti oleh meningkatnya serangan atas tentara AS.

Selain itu, timbul kembali propaganda dari lawan kuat AS di Irak yang sangat berpengaruh. Muktada Al Sadr kembali menyerukan rakyat Irak untuk menentang pendudukan AS, hanya beberapa jam setelah Kongres AS menyetujui dana bagi perang Irak. Sebelumnya Al Sadr menghilang berbulan-bulan, dan dinas rahasia AS, CIA menduga, ia berada di Iran.

Taktik Baru Al Sadr

Setelah lebih dari setengah tahun menghilang, pemimpin radikal Shiah itu kembali berpidato di kota suci Kufa, dan disambut para pendukungnya. Dengan seruan untuk menentang AS, Al Sadr yang karismatis dan berusia 30 tahun membakar semangat ribuan orang di sebuah mesjid di Irak Tengah.

Al Sadr kembali menuntut agar pendudukan Irak dihentikan. Itu bukan hal yang baru baginya. Tetapi kali ini, pakar taktik dan pendukung Perdana Menteri Al Maliki itu merubah langkahnya. Ia tidak lagi menekankan pentingnya agama dan etnis, melainkan memandang Irak secara nasional. Milisi Syiah di bawah Al Sadr bertanggungjawab atas pembunuhan sejumlah besar warga Suni. Namun kini, ia juga menyerukan warga Suni, yang disebutnya saudara, untuk bersatu dalam upaya memerangi AS. Ia mengatakan, warga Syiah dan Suni bersaudara, dan AS yang menduduki Irak tidak bisa dibiarkan berhasil dalam usaha memecah belah Irak. Ia mengulurkan tangannya kepada warga Suni.

Kesulitan AS

Secara resmi pendukung Al Sadr hanya menduduki sekitar 30 dari 275 kursi di parlemen. Beberapa waktu lalu enam menterinya mengundurkan diri sebagai protes terhadap pemerintah, yang menolak untuk menuntut jadwal pasti penarikan tentara AS dari Irak. Kini kubu Al Sadr beranggapan, mayoritas anggota parlemen kini setuju bahwa AS harus meninggalkan Irak.

Dengan munculnya kembali Al Sadr, lawan berbahaya yang harus dihadapi AS semakin banyak. Jika warga Suni dan Shiah bersatu, maka perkiraan George W. Bush masuk akal, bahwa korban yang jatuh akan semakin banyak. (ml)