1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cara Ilmiah Mengatasi Susah Tidur

cp/rzn (afp, ap)1 Januari 2014

Periset Swedia menemukan bukti lebih lanjut bahwa tidur menyehatkan sel-sel otak. Bukti didapatkan dari tes darah sekelompok lelaki muda yang kurang tidur. Riset lain memberi cara ilmiah menuju tidur nyenyak.

https://p.dw.com/p/1Ajvk
Foto: picture-alliance/dpa

Tim riset Universitas Uppsala merekrut 15 sukarelawan. Sebagian dibuat kurang tidur selama semalam, sementara yang lain dibiarkan mereka tidur selama 8 jam. Di antara mereka yang tidak diperbolehkan tidur, tes darah menunjukkan peningkatan sekitar 20 persen pada enzim yang disebut neuron-specific enolase, atau NSE, dan protein B yang mengikat kalsium S-100, atau S-100B.

"Molekul-molekul otak ini umumnya naik kadarnya dalam darah pada kondisi kerusakan otak," kata ahli saraf Christian Benedict. "Kurang tidur mendorong proses degeneratif saraf. Sementara tidur malam yang berkualitas mungkin sangat penting untuk mempertahankan kesehatan otak."

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep, mengikuti studi lain yang dirilis jurnal Science bulan Oktober lalu yang menemukan bahwa tidur mempercepat pembersihan sampah sel-sel dalam otak. Termasuk dalam sisa-sisa adalah beta amiloid, protein yang apabila terakumulasi memicu penyakit Alzheimer, menurut riset, yang diterapkan pada tikus.

Riset tidur pada balita

Saat anak-anak susah tidur pada malam hari, sebuah riset baru dari Universitas Colorado Boulder menganjurkan bahwa ini kemungkinan besar karena jam kerja organ tubuh mereka tidak sesuai dengan waktu tidur.

Setiap orang memiliki ritme sirkadian yang mengatur kapan seseorang itu mengantuk dan kapan seseorang itu terjaga. Polanya berbeda-beda sesuai umur. Itulah mengapa remaja aktif pada malam hari dan sulit bangun pada pagi hari.

Namun bagaimana dengan balita yang membutuhkan lebih banyak tidur ketimbang remaja dan dewasa? Studi memantau 14 balita berusia 2-3 tahun selama 6 hari untuk mencari tahu. Mereka dipasangi monitor aktivitas pada pergelangan tangan untuk mendeteksi kapan mereka tidur.

Sore pada hari keenam, para peneliti mengunjungi setiap rumah, mematikan lampu dan menutupi jendela. Lalu setiap 30 menit selama 6 jam menuju waktu tidur, mereka membujuk setiap balita untuk mengunyah kapas untuk mendapatkan sampel air liur.

Alasannya: Untuk mengetes level hormon melatonin yang mengatur siklus tidur dan sensitif terhadap cahaya. Setiap malam, level melatonin naik dan tak lama kemudian kantuk datang. Untuk orang dewasa yang dapat tidur nyenyak, naiknya level melatonin umumnya terjadi sekitar 2 jam sebelum waktu tidur.

Temuan pada objek penelitian

Pada balita, studi menemukan bahwa rata-rata kenaikan level melatonin terjadi sekitar pukul 19:40. Mereka umumnya ditidurkan pukul 20:10, dan banyak diantaranya terlelap 30 menit kemudian, lapor pemimpin riset Monique LeBourgeois melalui jurnal Mind, Brain and Education.

Kalau level melatonin naik lebih awal, balita yang tidur pukul 8 malam terlelap lebih cepat. Namun kalau kenaikan melatonin terlalu dekat dengan waktu tidur, balita cenderung rewel begitu lampu padam.

"Kami belum tahu di mana titik penentunya," kata LeBourgeois, namun data memperlihatkan waktu tidur paling efektif adalah 30 menit setelah level melatonin naik.

Cara ilmiah menuju tidur nyenyak

Studi menguatkan dugaan para dokter selama ini, ungkap Jyoti Krishna, seorang pakar pediatrik di pusat akademi medis Cleveland Clinic. Faktor lain juga dapat mengganggu tidur balita, seperti suara yang bising, stres atau kegelisahan, atau rutinitas rumah yang terganggu.

"Namun studi ini mengingatkan kita bahwa ada waktu saat tubuh lebih siap untuk tidur dibandingkan waktu lainnya," ujar Krishna.

Menurut National Institutes of Health (NIH), balita perlu tidur selama 11-12 jam setiap hari. Sedangkan sekitar 25 persen balita mengalami susah tidur, termasuk tidak dapat terlelap saat waktu tidur, jelas LeBourgeois.

Sejumlah langkah yang dapat membantu: Riset menunjukkan bahwa pada orang dewasa, cahaya yang berlebihan di malam hari menunda kenaikan level melatonin dan tentunya rasa kantuk yang menyusul. Meski belum ada data untuk balita, LeBourgeois mengatakan meredupkan cahaya sejam sebelum waktu tidur menjadi pilihan yang masuk akal.

Hindari alat-alat elektronik menjelang waktu tidur, karena biasanya mengeluarkan sejenis cahaya yang membuat terjaga. Dan pastikan tirai yang menutupi jendela tidak mencegah matahari pagi untuk masuk ke kamar anak-anak, lanjut LeBourgeois. Cahaya di pagi hari juga penting untuk menjaga jam tidur biologis agar sesuai jadwal.

cp/rzn (afp, ap)