1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Catherine Ashton Desak Israel Cabut Blokade

19 Juli 2010

Utusan Luar Negeri Tertinggi Uni Eropa, Catherine Ashton hari minggu (18/7) memulai lawatan kilat di Jalur Gaza dan Israel. Ia kembali mendesak Yerusalem untuk membuka pintu perbatasannya menuju Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/OOWK
Utusan Tertinggi Uni Eropa untuk Luar Negeri, Catherine Ashton mengunjungi pabrik semen di Jalur GazaFoto: AP

Di dalam kendaraan lapis baja menuju perusahaan, sebuah sekolah lalu pintu perbatasan yang dijaga ekstra ketat, untuk kemudian kembali ke Israel: Kunjungan kilat Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton di Jalur Gaza tidak untuk mengenal lebih dekat situasi di wilayah tersebut tiga pekan pemerintah Israel mempelonggar blokadenya. Ashton memahami betul bagaimana situasi di kawasan rawan konflik itu - tidak lebih karena Uni Eropa memiliki perwakilan tetap di Jalur Gaza.

Lawatan utusan luar negeri tertinggi Uni Eropa itu terutama untuk menggarisbawahi tuntutan utama Uni Eropa. Hanya kelonggaran blokade saja tidak cukup buat Catherine Ashton. Brussel ingin lebih banyak. Agar roda perekonomian di Jalur Gaza dapat kembali berputar, Israel harus mengizinkan lalu lintas barang dari dan ke luar gaza, begitu tuntut Ashton.

„Perbaikan situasi ekonomi di Gaza tidak cuma bergantung pada masuknya barang bantuan. Perekonomian lokal harus dihidupkan kembali. Perbaikan signifikan di sektor perdagangan, termasuk ekspor, merupakan hal yang tidak tergantikan," tandasnya.

Perekonomian prioritas utama

Ashton tidak menyempatkan diri bertemu dengan perwakilan kelompok radikal-Islam Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza. Di sana, ia mengunjungi perusahaan farmasi yang baru akan memulai kembali proses produksi setelah dua tahun menganggur akibat blokade Israel.

Namun lantaran larangan ekspor, perusahaan tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan obat-obatan di Gaza. Ashton juga sempat berkunjung ke sebuah pabrik pengolahan semen yang meski telah mendapat proyek, tidak bisa berproduksi karena bahan mentah yang dibutuhkan masuk dalam daftar larangan impor oleh Israel.

Israel saat ini memang mengizinkan sebagian besar bahan pangan masuk ke Jalur Gaza, tapi larangan impor untuk besi dan beton masih berlaku. Dunia internasional harus memperbesar tekanan agar pemerintah di Yerusalem menghentikan sepenuhnya blokade dan kembali membuka pintu perbatasannya bagi warga Palestina, demikian ujar Catherine Ashton.

Pemerintah Israel sebaliknya menolak desakan semacam itu dan bersikeras menutup pintu perbatasannya bagi warga Palestina dan hanya mengizinkan impor barang, yang tidak dapat digunakan Hamas untuk memproduksi senjata atau membangun bunker bawah tanah. Menteri Keuangan Israel, Yuval Steinitz yang berasal dari partai konservatif-kanan Likud, menuding Uni Eropa memandang remeh ancaman bahaya yang datang dari Hamas.

„Sebagian pemerintah Eropa mengabaikan karakter sesungguhnya Hamas. Mereka adalah rejim paling brutal di atas bumi. Di gaza terjadi lebih banyak eksekusi mati ketimbang negara manapun di dunia," katanya.´

Belum saatnya perundingan langsung

Meski demikian, Catherine Ashton tetap akan menggunakan mesin diplomasi untuk meyakinkan Israel agar menghentikan aksi blokade terhadap Jalur Gaza. Upaya lain, seperti menembus blokade dengan kapal bantuan, ditolak oleh utusan Uni Eropa itu. Ia ingin agar pintu perbatasan Israel dibuka untuk seterusnya, dan bukan hanya ketika pejabat Eropa berkunjunge ke Gaza saja.

Sementara itu upaya menuju perundingan langsung antara Palestina dan Israel masih menemui jalan buntu. Hari Minggu (18/7) Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Utusuan Khusus AS, George MItchell yang khusus berkunjung ke Kairo, gagal meyakinkan pemerintah Mesir dan Liga Arab untuk mendukung perundingan langsung.

Menurut Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmad Abdul Ghait, kedua belah pihak masih harus lebih berupaya untuk menjembatani perbedaan, sebelum perundingan langsung dapat dimulai. Menlu Israel Avigdor Liebermann bahkan menuntut Palestina mencabut syarat-syarat yang telah diajukan. Hal senada diungkapkan Catherine Ashton dengan menyebut pentingnya pembicaraan menyeluruh antara kedua belah pihak sesegera mungkin.

Tim Aßmann/Rizki Nugraha
Editor: Asril Ridwan