1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Celah Baru di Lubang Pengeboran?

19 Juli 2010

BP kembali menghadapi pukulan telak dalam bencana minyak di Teluk Mexiko. Pangkalnya adalah dugaan kebocoran pada lubang pengeboran. Kini raksasa minyak Inggris itu bersitegang dengan pemerintah AS soal langkah lanjutan

https://p.dw.com/p/OPV4
This image taken from video provided by BP PLC at 15:13 CDT shows that oil has stopped flowing from the new 75-ton cap atop the site of the Deepwater Horizon oil spill in the Gulf of Mexico Thursday, July 15, 2010. BP finally choked off the flow of oil into the Gulf of Mexico on Thursday _ 85 days and up to 184 million gallons after the crisis unfolded _ then began a tense 48 hours of watching to see whether the capped-off well would hold or blow a new leak. Engineers will monitor pressure gauges and watch for signs of leaks elsewhere in the well. (AP Photo/BP PLC) NO SALES
Silinder penutup lubang pengeboran yang bocor di Teluk MexikoFoto: AP

Kondisi lubang pengeboran yang terletak di kedalaman 1500 meter tampak normal, setidaknya pada gambar video yang direkam oleh kamera bawah laut. Air berwarna kehijau-hijauan terlihat jernih, tanpa gumpalan minyak mentah dan awan gas yang menggelembung. Semuanya berkat silinder raksasa yang menutup lubang pengeboran di Teluk Mexiko sejak Kamis (15/7) lalu.

Namun sejak akhir pekan kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat semakin membesar. Pangkalnya adalah gelembung udara yang terekam oleh kamera, hari Minggu (17/7). Apakah gelembung-gelembung kecil itu pertanda adanya kebocoran baru pada pipa sepanjang empat kilometer di dalam lubang pengeboran? „Kami mengamati terus. Gelembung itu bisa menjadi tanda atau juga tidak. Kami telah memperingati BP agar terus memonitor situasi di bawah sana. Dan BP melakukannya, sebab itu kami memperbaharui izin untuk pengetesan," ujar Carol Browner, penasehat lingkungan Presiden Barack Obama.

Bagaimana Langkah Selanjutnya?

Izin tersebut berlaku selambatnya hingga Selasa pagi, waktu Indonesia. Baru kemudian pemerintah Amerika Serikat akan memutuskan apakah proses pengujian bisa dilanjutkan atau BP harus membuka kubah penutup untuk mengurangi kadar tekanan di dalam lubang.

Tumpahan minyak nantinya dapat langsung dialirkan ke sebuah kapal penampung. Tapi sebelum itu terjadi, minyak akan kembali mengucur keluar selama tiga hari penuh, karena itulah waktu yang dibutuhkan untuk mematangkan persiapan.

„Tidak seorangpun menginginkan itu. Tidak sama sekali. Tapi kami berada dalam situasi yang penuh ketidakjelasan. Sebab itu kami mengawasi semuanya selama 24 jam. Tentu kami ingin segalanya berakhir. Tapi kami tidak ingin mendapati situasi, di mana terdapat kebocoran baru yang tidak dapat dikontrol," kata Browner.

Pengalaman dalam beberapa hari belakangan baru memperjelas, betapa bayangan pemerintah Amerika Serikat dan BP terpisah jauh satu sama lain. BP ingin mempertahankan kubah penutup lubang pengebotan. Raksasa minyak Inggris itu ingin sebisanya menghindari munculnya gambar minyak mentah yang kembali mengucur dari lubang tersebut.

Beda Pandangan antara BP dan Gedung Putih

BP mungkin ingin pula menghindari, bahwa pada saat penyedotan minyak ke kapan tanker diketahui, seberapa banyak sesungguhnya minyak yang mencemari Teluk Mexiko. Karena BP harus membayar denda untuk setiap liter minyak yang tumpah. Jelasnya perusahaan itu diuntungkan dari tidak adanya angka yang jelas, melainkan hanya perkiraan seperti saat ini.

Sebaliknya kepentingan pemerintah AS jauh berbeda: Gedung Putih ingin sebisa mungkin menghindari terulangnya kembali insiden serupa di lubang pengeboran lain. Untuk itu Washington bersedia membiarkan minyak kembali mencemari air laut.

Ketua tim penanggulangan bencana di pemerintahan Obama, Thad Allen, dalam suratnya kepada BP menandaskan siapa yang berwenang dalam penanggulangan cemaran minyak, yaitu pemerintah AS. „Ini bukan soal siapa yang cocok atau siapa yang suka. Ini adalah soal menolong warga di Teluk Mexiko. Dan jika itu berarti harus mengirim surat bernada tajam kepada BP, maka kami akan mengirimnya," tandas Browner.

Anna Engelke/Rizki Nugraha
Editor: Asril Ridwan