1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cengkram Asia Lewat K-Pop & K-Drama

23 Oktober 2013

Dari rapper Psy hingga pemberian bantuan utang luar negeri, Korea Selatan yang semakin percaya diri secara ekonomi dan kultur pelan-pelan mencuri panggung Cina dan Jepang merebut pengaruh di kawasan Asia.

https://p.dw.com/p/1A3xK
Foto: AP

Dalam upaya terbaru untuk memperkuat merek dagang ”Korea“ – tiga currency swap atau kesepakatan pertukaran valuta asing senilai lebih dari 20 miliar Dolar akan diumumkan bulan ini.

Korea Selatan tercatat memiliki cadangan devisa ketujuh terbesar dunia pada akhir Agustus lalu, senilai 331,1 miliar Dolar, demikian menurut Bank of Korea. Dengan itu, Korea Selatan akan mampu dengan mudah menyesuaikan diplomasi kultural dengan kekuatan ekonomi untuk bersaing dengan Jepang dan Cina dalam soal pengaruh di Asia.

Para simbol K-Pop seperti Psy, lewat “Gangnam Style” meraih hit di seluruh dunia pada tahun 2012, dan bahkan makanan Korea dipakai oleh Seoul untuk membangun brand Korea Selatan, sementara Samsung Electronics Co Ltd dan Hyundai Motor Co kini menjadi perusahaan yang meraih reputasi global.

Südkorea Rapper Psy Gangnam Style K-Pop
Psy lewat "Gangnam Style" yang meraih hit dunia menjadi kisah sukses musik Korea SelatanFoto: AP

”Menjadi negara yang bisa menawarkan currency swap untuk mendukung perekonomian negara lain akan meningkatkan posisi kami di luar negeri,” kata seorang pejabat di Bank Sentral Korsel yang tidak bersedia disebutkan namanya, menyebut kesepakatan dengan Indonesia, Malaysia dan Uni Emirat Arab tersebut.

Setelah sempat miskin, Korsel kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar nomor 14 dunia dan bergeser dari negara pengutang murni pada masa-masa gelap setelah perang Korea 1950-1953 – menjadi negara pemberi utang.

Pemerintah bertekad meningkatkan pemberian dana bantuan luar negeri sebesar 9,9 persen pada 2014 menjadi 2,17 miliar Dolar, melampaui proyeksi kenaikan 2,5 persen dalam total pengeluaran negara.

“Kesepakatan currency swap dan pemberian bantuan utang luar negeri harus dilihat sebagai keputusan strategis jangka panjang untuk memperkuat pengaruh yang lebih besar di Asia Tenggara dan kawasan lainnya,” kata Lee Sang-jae, seorang ekonom di Hyundai Securities, Seoul.

Dari K-Pop ke K-Drama

Bagi Korea Selatan, diplomasi budaya sama pentingnya dengan diplomasi politik dan uang tunai. K-Pop, yang tarian musiknya dikoreografi secara seksama oleh berbagai band seperti "Girls' Generation" telah sukses meraup keuntungan senilai 3,4 miliar Dolar, demikian menurut data majalah bisnis musik Billboard.

K-Pop, secara khusus meraih popularitas di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia, di mana para bintangnya terbang hampir setiap bulan untuk manggung di berbagai konser yang tiketnya ludes terjual. Negara itu juga membangun pengaruh di Malaysia, di mana para pembeli mengantre selama berhari-hari untuk membeli smartphone Samsung terbaru.

Yang sangat terkenal adalah ketika operator telepon selular Malaysia DiGi mengiklankan hadiah berupa kesempatan kepada para pelanggan yang membeli pulsa pra bayar untuk memenangkan kesempatan bertemu dengan bintang K-Pop, sementara maskapai penerbangan terbesar milik Malaysia, AirAsia mensponsori konser K-Pop untuk mempromosikan jalur penerbangan mereka yang melayani Kuala Lumpur-Seoul.

“Para idola K-Pop selalu memiliki koreografer unik dan itulah yang membuat lagu-lagu mereka menjadi terkenal. Mereka bekerja sangat keras untuk menyenangkan para penggemar mereka,” kata Azim Shaun bin Hermain Herbert (25) seorang pengacara di sebuah firma hukum Malaysia.

Dian Novita (27) seorang manajer akuntan di perusahaan Narrada Communications, yang berbasis di Jakarta, punya telepon genggam Samsung, suka makanan Korea dan menonton mini seri Korea, yang dikenal dengan nama K-Drama.

“Saya mulai menggali budaya Korea tiga tahun lalu. Dimulai dari menonton K-Drama, kemudian saya mulai mendengarkan musik (Korea) juga,” kata Novita.

Serial televisi Korea Selatan juga terkenal di negara tetangga mereka yakni Cina dan Jepang.

“Ada kenaikan tajam dalam survei mengenai pandangan anak muda di luar negeri yang semakin positif melihat Korea Selatan; ini adalah kekuatan diplomasi,” kata Oh In-gyu, seorang profesor di Universitas Korea.

ab/cp (rtr, afp, ap)