1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina berambisi genjot produksi energi terbarukan

24 Januari 2018

Cina punya ambisi selangit memproduksi energi terbarukan, antara lain dengan membangun taman surya terbesar di dunia. Saat ini dua pertiga produksi listrik di negeri tirai bambu itu masih mengandalkan bahan bakar fosil.

https://p.dw.com/p/2rRdV

Cina Berambisi Genjot Produksi Energi Terbarukan

Impian tentang dunia yang bebas polusi udara terwujud di sini. Instalasi pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia sedang dibangun di Ningxia, seribu km di timur laut Beijing. Ini adalah provinsi otonomi kecil di Cina dengan populasi enam juta orang. Di sini sinar matahari berlimpah, lahan terbuka sangat luas, dan juga didorong ambisi Cina untuk jadi yang paling top dalam energi surya.

Bahwa Cina bergerak ke arah yang benar, Insinyur Zhang Quan yakin. Ia bangga menjadi salah seorang dari 4000 pekerja yang terpilih untuk mengembangkan proyek itu. "Energi terbarukan adalah peluang bersejarah. Kita bisa mengurangi penggunaan batu bara sebanyak 800 ribu ton per tahun, yang berarti reduksi dramatis emisi gas rumah kaca", ujar Zhang Quan.

Jika instalasi beroperasi sepenuhnya, ini bisa memasok listrik hijau bagi dua juta rumah tangga. Proyek ini hanya salah satu dari banyak lainnya di Cina.

Taman pembangkit energi angin juga marak dii Cina. Tapi masih banyak masalah yang harus diselesaikan. Reformasi ekonomi untuk hengkang dari industri berat seperti pabrik baja berjalan lambat. Lebih 60 persen energi masih berasal dari batu bara. Kini lajunya sudah mulai melambat.

Tutup pembangkit listrik batubara

Kini perubahan besar terjadi di Beijing, yang kerap dibekap masalah smog. Empat pembangkit listrik tenaga batu bara di ibukota itu ditutup semuanya. Ma Jum adalah salah seorang aktivis lingkungan di Cina. Organisasinya membantu memicu perubahan pola pikir warga kota.

Ma Jum pakar lingkungan dari Institute for Public and Environmental Affairs menegaskan: "Sepuluh tahun lalu, jika Anda menanyakan pendapat warga, mayoritasnya akan mengatakan, kita perlu berkembang terlebih dahulu. Tapi sekarang, jika Anda menanyakan kepada warga, sebagian besar dari mereka akan menjawab, 'Kita butuh udara bersih, air bersih dan makanan yang aman."

Tuntutan warga menyebabkan tekanan pada pemerintah. Kini puluhan ribu sepeda sewaan memenuhi jalanan di Beijing, dan sejumlah pabrik sudah ditutup. Tapi smog tetap jadi masalah, terutama jika angin berhembus dari arah yang salah.

Sebuah video model menunjukkan bagaima seluruh kota bisa lenyap dibekap smog hanya dalam 20 menit. Sebagian besar berasal dari provinsi tetangga, di mana penggunaan batu bara tetap intensif, dan pemerintah lokal tutup mata. Banyak lapangan kerja terancam, akibatnya aturan mengenai lingkungan adalah masalah. Cina memproduksi sekitar 28% emisi CO2 global. Disusul AS di posisi kedua dengan emisi 16%.

App laporkan kejahatan lingkungan

Dengan app yang dikembangkan khusus, warga bisa mengunggah foto kejahatan terhadap lingkungan hidup yang bisa dilihat semua orang, dan mengirimnya ke pemerintah lokal. Ini sudah jadi alat efektif. Greenpeace sudah memuji haluan hijau Cina. Tapi mengritik kebijakan Cina di luar negeri. Perusahaan negara pindah produksi ke negara lain, karena pasar di dalam negeri ambruk.

Lauri Myllyvirta  dari Greenpeace China mengatakan: "Perusahaan dan bank-bank Cina sudah jadi pengembang dan investor terbesar bagi pembangkit listrik batu bara di negara lain, mulai dari Vietnam hingga Afrika sampai Indonesia. Ini perkembangan yang sangat merugikan."

Di Cina sendiri masih banyak masalah domestik yang harus diatasi, misalnya mengintegrasikan energi ke jaringan. Sekarang energi dalam jumlah besar masih terbuang percuma.

as (DWInovator)