1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Cina: Kongres Rakyat Dibayangi Kelesuan Ekonomi

Yuan Dang
4 Maret 2024

Ketika Perdana Menteri Li Qiang harus menghadap Kongres Rakyat demi mempertanggungjawabkan perekonomian yang lesu, dia justru meluapkan optimisme. Termasuk Jerman berharap pada pulihnya pasar Cina.

https://p.dw.com/p/4d8IT
Kongres Rakyat Nasional Cina
Kongres Rakyat Nasional Cina pada 12 Maret 2023 di Balai Agung Rakyat, BeijingFoto: NOEL CELIS/AFP/Getty Images

Badai pasti berlalu, kata Perdana Menteri Cina Li Qiang soal kelesuan yang sedang mendekap perekonomian Cina. Metafora itu gemar digunakannya untuk menerbitkan optimisme, seperti saat bertemu investor dan pelaku usaha Jerman di Berlin, Juni 2023.

"Kalau hujan lebat, tanah akan menjadi lumpur. Tapi kita tidak boleh menyerah," kata Li. "Tegakkan kepala! Kalau sudah waktunya, kita pasti akan melihat pelangi," imbuhnya. "Pertumbuhan ekonomi punya siklus alaminya sendiri, begitu pula dengan Cina."

Ke depan, Li ingin mereformasi perekonomian terbesar kedua di dunia itu untuk untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan. Tapi ambisi itu harus tunduk pada realita geopolitik dunia, meningkatnya proteksionisme dan lesunya permintaan di pasar-pasar kunci.

Di sisi lain, perekonomian Cina masih harus pulih dari krisis utang yang merontokkan sektor properti dan konstruksi. Setelah kebangkrutan Evergrande, Cina kehilangan perusahaan yang selama ini ikut memotori pertumbuhan.

Chinese economic slowdown overshadows Lunar New Year

Rendah minat belanja

Pemerintah di Beijing melaporkan, angka permintaan di dalam negeri menurun seiring laku konsumen yang cendrung menyimpan uang, ketimbang membelanjakannya. Ekonom menyebut perekonomian sedang menjurus ke arah deflasi mata uang, yang berpotensi lebih berbahaya ketimbang naiknya harga kebutuhan pokok alias inflasi.

Deflasi alias penguatan nilai mata uang bisa memicu spiral disinvestasi, di mana konsumen atau investor akan menahan uangnya karena berharap pada turunnya harga barang dan jasa. Akibat tertundanya investasi, angka pengangguran meningkat.

Merosotnya gairah konsumen terlihat mencolok ketika indeks saham gabungan CSI anjlok ke level terendah sejak lima tahun, justru di tengah musim belanja di Cina selama perayaan tahun baru Imlek bulan Februari lalu.

Kabar baiknya, performa kedua bursa terbesar di Shanghai dan Shenzen perlahan kini mulai pulih.

Mencari pelangi yang dijanjikan

Di hadapan Kongres Rakyat Nasional, Perdana Menteri Li harus menjelaskan bagaimana pemerintah akan memulihkan pertumbuhan ekonomi. Forum tertinggi yang dihadiri hampir 3000 anggota Partai Komunis Cina itu akan kembali bertemu pekan depan.

Pertanyaan terbesar adalah sasaran pertumbuhan yang tahun lalu berkisar 5,2 persen. Ekonom berusaha menebak berapa angka yang akan diumumkan sang perdana menteri.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Karena semakin tinggi sasaran, semakin besar pula masalah yang harus dituntaskan. Tahun lalu, 17 dari 31 provinsi gagal menepati target pertumbuhan. Meski ada 13 provinsi yang menambah sasaran pertumbuhan yang berkisar di angka lima persen, 13 provinsi lain harus mengurangi target masing-masing.

Krisis di pasar properti hanya bisa dipulihkan dengan peningkatan konsumsi domestik, Jinny Yan, ekonom kepala untuk wilayah Cina di Bank ICBC Standard di London, Inggris.

"Sayangnya, tingkat kepercayaan konsumen di Cina kembali turun di kuartal keempat tahun 2023. Penurunan omset retail pada bulan Desember menambah kekhawatiran soal rendahnya permintaan," kata dia merujuk pada rendahnya minat konsumen menyambut musim belanja di Cina.

"Kenaikan angka konsumsi domestik tetap menjadi faktor menentukan bagi pertumbuhan ekonomi."

Jerman jemput pertumbuhan

Faktor lain yang ikut merangsang pertumbuhan adalah investasi asing alias FDI. Karena selain modal, pelaku usaha di Cina juga masih membutuhkan alih teknologi, terutama yang berada di luar perkotaan.

Dalam hal ini, perusahaan Jerman giat berinvestasi dan mencatatkan angka 12 miliar Euro tahun 2023 lalu atau yang tertinggi dalam sejarah relasi ekonomi kedua negara. Tercatat, sebanyak sepersepuluh nilai investasi luar negeri Jerman tahun lalu mengalir ke Cina.

Kepercayaan tersebut diganjar pemerintah di Beijing dengan antara lain secara sepihak menghapus kewajiban visa bagi warga negara Jerman selama 15 hari pertama. Jens Eskelund, Presiden Kamar Dagang Eropa di Beijing, mengatakan kepada harian Handelsblatt, betapa langkah itu menjamin "kemudahan yang praktis dan kongkret" bagi investor.

"Cina benar-benar terbuka untuk berbisnis," imbuhnya.

Kebebasan visa berlaku sampai akhir November 2024 dan mencakup warga negara Prancis, Spanyol, Malaysia, Belanda dan Italia.

rzn/hp