1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Penguasa Besar dengan Ambisi Global

7 Maret 2011

Dalam pembukaan Kongres Rakyat Nasional Cina Sabtu (05/03) lalu, PM Wen Jiabao mengumumkan untuk perkembangan berkelanjutan dan menjanjikan keadilan sosial lebih besar. Tema tersebut menjadi sorotan pers internasional.

https://p.dw.com/p/10Ukx
Ambisi Cina dalam mengembangkan kekuatan militernya membuat cemas negara-negara tetangganyaFoto: AP

Harian Austria Die Presse menyoroti Kongres Rakyat Nasional yang sedang berlangsung di Beijing

"Apa yang salah dari yang saat ini berusaha dilakukan Kongres Rakyat Nasional di Beijing dengan proyek rencana lima tahunnya mengupayakan keadilan sosial lebih besar dan membiarkan semua mendapat bagian, adalah hal itu datang terlalu lambat. Masalah yang harus dipertanyakan barat saat ini bukan lagi apakah Cina akan mengalami kerusuhan, melainkan tinggal kapan Cina mengalami kerusuhan. Rezim paling tidak dapat mengurangi kecepatan terjadi."

Pidato pembukaan dari Perdana Menteri Cina Wen Jiabao pada Kongres Rakyat Nasional menjadi sorotan harian Jerman Handelsblatt

"Pengumuman dalam pidato pembukaan Wen Jiabao akhir pekan lalu lebih dari sekedar pembagian sosial lebih besar dan pengawasan lebih ketat perekonomian. Pidato itu tampak ibaratnya goyangan kecil ke kiri sebagai reaksi terhadap protes yang ditakutkan, tapi terutama sebagai transisi menuju model pertumbuhan yang baru. Sistem sosial yang semakin kuat merupakan sarana untuk mencapai tujuan menurunkan kuota penghematan. Sehingga memungkinkan meningkatnya konsumsi swasta dan menurunkan ketergantungan pertumbuhan ekonomi dari ekspor."

Pengembangan militer Cina dikomentari harian Norwegia Aftenposten

"Cina mengukuhkan posisinya sebagai penguasa besar dengan ambisi global. Kini pejabat di sana mengumumkan, anggaran militernya tahun depan naik menjadi 12,7 persen. Tahun 2010 hanya 7,5 persen. Jepang, Taiwan, Filipina dan negara-negara Asia lainnya memandang dengan semakin cemas bagaimana Cina mengembangkan militernya. Kini tetangga-tetangganya lebih mengandalkan pada pertahanan sendiri untuk mengantisipasi tantangan tersebut. Sekaligus sejumlah negara di Asia Timur menjalin hubungan erat dengan Amerika Serikat. Kini Amerika adalah satu-satunya yang dapat membentuk tandingan seimbang melawan Cina yang memiliki perlengkapan militer hebat dan nasionalistis.

Situasi yang berubah menjadi ibarat perang saudara di Libya, dikomentari harian Spanyol El Pais

"Masyarakat internasional tidak boleh lebih lama tinggal diam sehubungan protes terhadap Muammar al Gaddafi, yang berubah menjadi perang saudara tidak seimbang. Dalam menghadapi rakyat, diktator yang memimpin Libya sejak tahun 1969 itu mengerahkan peralatan militer untuk mempertahankan pendapatan dari minyak bumi. Pendapatan ini seperti yang terjadi sebelumnya, masuk ke kocek seorang pria yang akibat penderitaan warga setanah-airnya sendiri berubah menjadi penjahat perang. Kelumpuhan internasional dan retorika yang kebingungan dimanfaatkan sang diktator untuk membabat setiap kota dimana ia kehilangan kekuasaannya, dengan kekuatan udara dan artileri."

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Setyarini