1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina-Perancis Tingkatkan Transaksi Perdagangan

4 November 2010

Di tengah kabar meledaknya mesin pesawat A-380 Qantas di atas Batam, Cina membeli 100 unit Airbus dari Perancis. Para aktivis HAM menuding Presiden Perancis melewatkan kesempatan membicarakan masalah HAM dengan Cina.

https://p.dw.com/p/PzBP
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (ka.) and Chinese President Hu Jintao (ki.) di Paris, Kamis (04/11).
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (ka.) and Chinese President Hu Jintao (ki.) di Paris, Kamis (04/11).Foto: AP

Awal kunjungan tiga hari Presiden Cina Hu Jintao di Perancis diwarnai kritik tajam para pembela HAM. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dituding lebih mengutamakan kepentingan dagang ketimbang berjuang membela hak azasi manusia.

Pemicu kritik itu adalah kontrak jual beli 102 pesawat Airbus antara Perancis dan Cina. Tidak hanya itu, perusahaan energi Perancis, Areva, berencana membangun pabrik pengolahan bahan bakar nuklir di Cina dan mengirimkan uranium senilai 2,5 miliar Dollar. Sebelum Hu Jintao tiba di Paris, Cina juga menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Perancis, Alcatel-Lucent, senilai 1,6 miliar Dollar. Keseluruhan kesepakatan kerja sama dagang antara Perancis dan Cina yang baru ditandatangani itu bernilai 20 miliar Dollar AS. Selain itu disebutkan bahwa Cina akan melipatgandakan transaksi dagangnya dengan Perancis menjadi 80 miliar Dollar dalam lima tahun ke depan.

Sebaliknya, tema hak azasi manusia tidak tercantum dalam agenda pembicaraan Hu Jintao dan Nicolas Sarkozy. Sebelumnya, pemerintah di Beijing memprotes pemberian Hadiah Nobel Perdamaian kepada aktivis hak rakyat Liu Xiaobo. Sejak Liu dianugrahi Hadiah Nobel oleh Komite Nobel di Oslo, aparat keamanan Cina kembali melakukan tindakan keras terhadap para pembangkang negara.

Organisasi pembela HAM seperti Human Rights Watch, Reporter Lintas Negara dan Amnesty International merupakan beberapa di antaranya yang melontarkan kritik. Reporter Lintas Negara dalam keterangan resminya menulis bahwa Sarkozy sama sekali belum mengeluarkan pernyataan mengenai pemberian Hadiah Nobel Perdamaian kepada cendekiawan Cina Liu Xiaobo.

Justru, yang menjadi tema pembicaraan utama kunjungan Presiden Hu Jintao di Perancis adalah persiapan KTT G-20 di Seoul, Korea Selatan akhir pekan depan. Wakil Menteri Luar Negeri Cina Fu Ying mengatakan, Hu menyatakan dukungannya kepada Presiden Nicolas Sarkozy dalam kepemimpinan G-20 mendatang. Cina berharap kunjungan kali ini dapat melonggarkan ketegangan dengan Uni Eropa. Sebelumnya para pemimpin Uni Eropa menyatakan sepakat dengan pemerintah Amerika Serikat untuk mendesak Cina menaikkan nilai mata uang Yuan. Selain itu, para menteri keuangan G-20 juga sepakat untuk mencegah depresiasi nilai mata uang dan meningkatkan kerja sama. Terutama Amerika Serikat yang menuding Cina menekan nilai mata uangnya guna meraup keuntungan dagang yang lebih besar.

Dalam KTT G-20 mendatang di Seoul, Perancis mengambil alih kepemimpinan perhimpunan negara industri maju dan negara ambang industri itu. Dalam agenda G-20-nya, Sarkozy berencana untuk menerapkan reformasi sistem nilai mata uang internasional.

Hari Kamis (04/11), Presiden Sarkozy dan istrinya Carla Bruni menerima Hu Jintao dengan upacara resmi kenegaraan di bandar udara Orly, di Paris. Sebelum kedatangan Hu Jintao, Sarkozy mengatakan bahwa Cina jangan dilihat sebagai risiko, tapi sebagai peluang.

Luky Setyarini(dpa/rtr/ap/afp)

Editor: Dyan Kostermans