1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa-Masa Sulit Perundingan Perubahan Iklim

3 Desember 2018

Tahun 2015 di Paris terasa ada eforia, ketika peserta Konferensi Iklim menyetujui Kesepakatan Paris. Sekarang di Polandia, yang merebak adalah pesimisme dan kebingungan. Opini editor DW Jens Thurau.

https://p.dw.com/p/39L8P
UN-Klimakonferenz 2018 in Katowice, Polen | Gruppenbild NEU
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone/P. Klaunzer

Banyak kalangan yang terus-menerus berusaha menyebarkan optimisme di ajang Konferensi Iklim di Polandia ini: politisi, pejabat, wakil NGO dan para pegiat lingkungan. Kita tidak akan menyerah atau berhenti berjuang, kata mereka. Hingga kini, sudah banyak yang dicapai. Ada lebih banyak negara yang sekarang melakukan investasi untuk energi terbarukan. Negara miskin dan negara kaya harus bekerjasama, untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di Paris, kata mereka.

Tapi harus diakui, ada bayangan suram yang menyelubungi Konferensi Iklim ini: Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump tahun lalu sudah menyatakan ke luar dari Kesepakatan Paris.

Thurau Jens Kommentarbild App
Editor DW Jens Thurau

Brasil, di bawah presiden yang baru Jair Bolsonaro, juga menyatakan akan ke luar dari kesepakatan iklim. Padahal, konferensi tahun depan menurut rencana akan berlangsung di ibukotanya, Brasilia.

Emisi malah naik

Di seluruh dunia, emisi gas rumah kaca bukannya turun, malah naik. Target ambisius "dua derajat Celcius" yang dicanangkan di Paris makin jauh dari realisasi. Amerika, Brasil, Australia dan banyak negara di Eropa Timur yang makin skeptis dengan perjanjian-perjanjian internasional dan lebih cenderung melakukan kesepakatan bilateral. Peluang untuk meredam laju pemanasan bumi makin lama makin hilang.

Bagaimana dengan Jerman? Pemerintah dan para pejabat Jerman berulangkali menegaskan pentingnya perlindungan iklim. Namun Jerman sendiri harus mengakui telah gagal mencapai target yang dicanangkannya untuk tahun 2020. Sampai sekarang masih terjadi perdebatan sengit tentang upaya meninggalkan batu bara sebagai bahan bakar. Prosesnya masih sangat panjang dan lama.

Jadi, seperti biasanya, harapan kini hanya ada pada berbagai prakarsa di tingkat akar rumput. Kota-kota, wilayah, negara bagian, masyarakat, pengusaha dan perusahaannya. Banyak kelompok yang ada di basis yang ingin terjun dalam upaya perlindungan iklim.

Anzeige von COP24 in Katowice, Polen
Foto: DW/I. Banos Ruiz

Tekanan dari bawah

Di Jerman, kaum muda berunjuk rasa turun ke jalan demi perlindungan lingkungan. Makin banyak warga yang menyadari pentingnya perlindungan iklim dan hubungannya dengan gaya hidup mereka yang harus berubah. Semua orang tahu, kendaraan dengan bahan bakar diesel atau bensin sudah tidak punya masa depan lagi. Itu semua adalah perkembangan positif.

Naiknya pamor Partai Hijau di Jerman dalam berbagai jajak pendapat, baik regional maupun nasional, menunjukkan bahwa perubahan iklim memang sudah menjadi tema yang dibicarakan secara luas dan dianggap sangat mendesak.

Sementara kelompok-kelompok populis, baik di Eropa maupun di AS atau di bagian dunia lain, masih membantah adanya kontribusi manusia pada perubahan iklim. Mereka sibuk menyebarkan teori-teori konspirasi.

Bagi Konferensi Iklim di Katowice, yang penting sekarang adalah kerja yang konkret: Mengisi Kesepakatan Paris dengan prosedur dan mekanisme rinci, mengumpulkan dana untuk mendukung negara-negara miskin menghadapi perubahan iklim, dan tetap berharap pada masa-masa yang lebih baik. Dan tentu, mereka juga tetap perlu tekanan dari akar rumput.