1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dalai Lama Imbau Suu Kyi Soal Rohingya

11 September 2017

Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, dorong Aung San Suu Kyi, penerima Nobel Perdamaian, untuk mencari solusi damai bagi krisis di Myanmar dan menghentikan kekerasan terhadap Rohingya.

https://p.dw.com/p/2jisf
Tschechien Dalai Lama in Prag
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Josek

Dalai Lama juga nyatakan kekhawatirannya akan kekerasan yang menyebabkan sekitar 300.000 warga Muslim Rohingya lari dari negaranya, yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Pemimpin spiritual Tibet itu membuat permintaan tertulis kepada Aung San Suu Kyi yang de facto jadi pemimpin warga sipil myanmar segera setelah kekerasan baru meletas di daerah Rakhine Agustus lalu.

Dalai Lama mendorong Suu Kyi untuk "merangkul semua bagian masyarakat" dan berusaha menyelesaikan krisis di Rakhine, di mana Rohingya, kelompok etnis yang tidak diakui sebagai warga di negara manapun, telah mengalami diskriminasi dan tekanan selama beberapa dekade.

"Banyak pertanyaan yang diajukan kepada saya menunjukkan bahwa banyak orang merasa sulit melihat keselarasan antara apa yang menimpa warga Muslim di Myanmar, dan putasi Myanmar sebagai negara pemeluk agama Buddha," demikian ditulis Suu Kyi. Menurut Badan pengungsi PBB UNHCR, lebih dari 1.000 orang tewas akibat kekerasan selama ini, sebagian besar orang Rohingya mengambil langkah untuk mengatasi situasi pengungsi Rohingya.

Imbauan dari pemenang Nobel Perdamaian

Dalai Lama bukan pemenang Nobel Perdamaian pertama yang menyerukan perdamaian akibat kekerasan di Myanmar. Sekjen PBB Antonio Guterres meminta Myanmar untuk menghentikan kekerasan. Sebuah komisi yang dipimpin mantan Sekjen Kofi Annan mengajukan beberapa proposal untuk memperbaiki situasi. Namun, DK PBB belum mengumumkan melakukan tindakan apapun.

Pemenang Nobel Perdamaian Malala Yousafzai dan Uskup Agung Desmond Tutu juga mengimbau Suu Kyi untuk berusaha menghentikan kekerasan untuk kepentingan Rohingya. "Jika harga kenaikan posisi Anda ke kursi tertinggi di Myanmar adalah kebisuan Anda, tentu harga ini terlalu mahal." Demikian Desmond Tutu yang ibaratnya jadi suara moral Afrika Selatan setelah dihapuskannya Apartheid di negara itu.

Disriminasi warga agama minoritas

Populasi Myanmar sebagian besar beragama Buddha. Kekejaman terhadap warga Rohingya, yang tidak diakui sebagai warga negara dan disebut imigran ilegal "Bengali", menyebar luas di seluruh lapisan masyarakat. Sejumlah warga nasionalis Buddha, yang dipimpin sejumlah biksu radikal, menyebarkan perasaan takut terhadap warga Islam, dan menyerukana agar mereka didesak keluar dari negara.

Menurut Dalai Lama, di masa lalu ia sudah pernah berdiskusi dengan Suu Kyi tentang ketegangan agama di Myanmar, dan mengimbau Suu Kyi untuk meredam kekerasan. Ia menekankan, "Sebagai sesama warga Buddha dan Pemenang Nobel Perdamaian, saya mengimbau Anda dan rekan-rekan Anda lagi, untuk mencari solusi manusiawi untuk masalah ibaratnya luka bernanah."

ml/hp (afp, dpa)