1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dampak Kenaikan BBM bagi Indonesia

11 Mei 2006

Harga minyak dunia kembali melambung tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah tampak kewalahan dalam menyediakan pasokan Bahan Bakar Minyak untuk kebutuhan dalam negeri.

https://p.dw.com/p/CPE0
BMM naik, pasokan listrik macet.
BMM naik, pasokan listrik macet.Foto: APTN

Melambungnya harga minyak dunia hingga diatas 70 barel membuat pemerintah Indonesia harus mengencangkan ikat pinggangnya. Pasalnya sejak dua pekan terakhir naiknya harga minyak dunia itu membuat pasokan listrik untuk masyarakat berkurang. General Manajer Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali PLN Mulyo Aji mengatakan, saat ini masih banyak pembangkit listrik di Indonesia yang masih mengandalkan tenaga solar. Melambungnya harga minyak dunia ini membuat pasokan bahan bakar minyak untuk pembangkit lsitrik tersendat-sendat.

Penghematan Energi

Hal ini sudah mengakibatkan pasokan listrik di Jawa Timur turun 12 persen dari kapasitas terpasang. Artinya, Jawa Timur saat ini sudah terancam pemadaman bergilir. Bukan hanya Jawa timur, kondisi ini juga membuat pasokan listrik se-Jawa Bali terganggu. Melihat hal ini Mulyo meminta instruksi presiden soal hemat energi yang kembali dicanangkan beberapa hari lalu dipatuhi instansi-instansi di Indonesia.

Pemerintah kemudian juga menyerukan kepada masyarakat agar berhemat. Salah satu rencana pemerintah untuk menghemat BBM adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi berkapasitas diatas 2000 cc. Alasannya kendaraan berkapasitas 2000 cc terkenal boros bahan bakar. Demekian dinyatakan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah/kepala Bapenas, Paskah Suzeta.

Tanggapan Masyarakat

Eko di Jakarta mengatakan penghematan energi bisa dilakukan dengan menghilangkan daya reaktif yang ada di listrik dengan menggunakan alat yang namanya kapasitor bank. Eko mengatakan setiap pengguna listrik bisa meminta para ahli listrik untuk menghilangkan daya reaktif listrik ini. Penghilangan daya reaktif listrik ini dipercaya bisa menghemat energi listrik hingga 15 %.

Supriyadi dari Jakarta mempunyai usul penghematan enegi dilakukan dengan pengaturan pemakaian kendaraan pribadi. Caranya dengan menggunakan mobil yang bernomor ganjil dan genap, kita hanya punya kendaraan nomer ganjil hari Senin, yang genap hari Selasa

Bambang dari Kelapa Gading Jakarta Timur mengatakan penghematan energi bisa dilakukan dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Bambang kemudian mengatakan sampahpun bisa dijadikan bahan bakar ”Bahan bakar bisa daur ulang dari sampah itu dari gas metan, itu bukan hanya untuk mobil, bisa juga untuk industri, kalau pemerintah mau, dengan sampah yang di daur ulang bisa jadi bahan bakar baru.”

Pemerintah Harus Segera Bertindak

Pengamat ekonomi perminyakan Ibrahim Hasyim mengatakan pemerintah harus segera mengambil langkah peventif untuk mengatasi dampak melambungnya harga minyak dunia ini. untuk jangka pendek yang paling efektif adalah mendorong masyarakat yang telah melakukan inisiatif-inisiatif sendiri untuk menghemat bahan bakar. Sementara untuk jangka panjang pemerintah harus menemukan bahan bakar baru untuk pengganti minyak dan gas bumi.

Briket Batu Bara

Sebelumnya, pemerintah pernah berencana untuk memasyarakatkan penggunaan briket batu bara sebagai pengganti minyak tanah. Namun rencana ini terhambat masalah teknis. Meski harganya murah, penggunaan briket batu bara tidak praktis. Selain itu asap briket batu bara juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Atas dasar inilah, kata Wakil Presiden Yusuf Kalla, pemerintah kemudian berencana mengalihkan pengguna minyak tanah ke elpiji.

Menurut Yusuf Kalla, pemerintah tetap akan memasyarakatkan penggunaan briket batu bara. Namun langkah ini hanya akan diprioritaskan bagi konsumen minyak tanah dalam jumlah besar, seperti warung dan pondok pesantren.

Bahan Bakar Alternatif

Sejauh ini, pemerintah memang berupaya keras untuk menciptakan keseimbangan penggunaan energi. Langkah yang ditempuh pemerintah adalah menawarkan penggunaan energi alternatif selain BBM. Ketergantungan masyarakat dan pengusaha Indonesia yang terlampau besar terhadap BBM inilah yang menyebabkan jenis energi lain kurang begitu diminati penggunaannya. Padahal, dalam kondisi tertentu, energi seperti briket batu bara jauh lebih murah ketimbang minyak tanah. Sementara itu energi lain seperti elpiji tergolong sangat praktis penggunaannya meski mahal harganya.

Guna mendukung gerakan pengalihan ini, Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi telah menyiapkan beberapa program yang bakal ditempuh. Kepala BPH Migas Kardaya Warnika mengatakan, dalam program ini pihaknya akan mencoba memasyarakatkan elpiji dalam bentuk Compressed Natural Gas atau gas bertekanan tinggi.

Pertamina Kewalahan

Wakil Direktur Utama PT. Pertamina Iin Arifin Tachyan mengakui, dengan kapasitas kilang 1 juta barel per hari, Pertamina masih kewalahan untuk memasok kebutuhan BBM dalam negeri. Mengingat, dari kapasitas kilang itu, Pertamina hanya mampu menghasilkan 850 ribu barel minyak per hari. Padahal, kebutuhan minyak dalam negeri mencapai 1,1 juta barel per harinya. Hal inilah yang memaksa Pertamina mengimpor minyak dari luar negeri sebesar 350 ribu barel per hari.

Seiring naiknya harga minyak dunia, kata Iin, ongkos subsidi yang harus dibayar pemerintah pun ikut naik. Inilah yang memicu pemerintah menyiapkan langkah alternatif untuk menekan subsidi BBM.

Tugas besar untuk menyediakan energi alternatif selain BBM kini berada di tangan PT. Pertamina. Pertamina, kata Iin Arifin Tachyan, kini masih melakukan studi kelayakan dalam menyediakan pasokan elpiji bagi masyarakat. Di lain pihak, BPH Migas juga sedang menyiapkan langkah yang akan ditempuh untuk menyediakan pasokan gas bagi Pertamina yang akan diolah menjadi elpiji.