1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Seputar Serangan Udara AS di Afghanistan

30 Oktober 2009

Laporan resmi NATO mengenai serangan udara itu tiba di Berlin Rabu malam lalu (28/10) sebagai dokumen rahasia dan saat ini sedang diteliti. Sejauh ini lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya.

https://p.dw.com/p/KJdA
Inspektur Jenderal militer Jerman Wolfgang Schneiderhan
Inspektur Jenderal militer Jerman Wolfgang SchneiderhanFoto: AP

Laporan penyelidikan pasukan internasional di Afghanistan ISAF mengenai serangan udara Kunduz 4 September itu terdiri atas 75 halaman teks dan 500 halaman lampiran. Tim penyelidik memerlukan waktu hampir dua bulan dalam menyusunnya. Setumpuk kertas yang digolongkan sebagai dokumen rahasia oleh NATO dan hanya terdiri atas tiga eksemplar resmi.

Inspektur Jenderal pasukan Jerman Wolfgang Schneiderhan, sejauh ini sudah mengeluarkan pernyataan mengenai isi laporan itu. Penilaian pertamanya adalah, terdapat sejumlah situasi militer di mana penggunaan senjata mematikan tidak terelakkan. Lebih lanjut Schneiderhan mengatakan, "Berdasarkan latar belakang dan pengetahuan mengenai hasil penyelidikan yang terlampir, tanpa ragu lagi saya katakan bahwa serdadu Jerman atas dasar mandat PBB menilik situasi sulit dalam pandangan militer sudah bertindak tepat."

Namun banyak pertanyaan yang masih belum terjawab. Kolonel Jerman Georg Klein, yang memberikan perintah serangan udara, sudah bertindak sesuai peraturan penugasan pasukan internasional pelindung Afghanistan ISAF? Dapatkah korban tewas dari warga sipil dicegah? Dalam laporan NATO, jumlah korban tewas berkisar 17 hingga 142 orang, menurut pihak Afghanistan 30 hingga 40 orang di antaranya adalah warga sipil.

Hal itu juga dipermasalahkan Menteri Pertahanan Jerman Theodor zu Guttenberg. "Jika terdapat korban sipil dan itu sangat mungkin, maka saya sangat menyesalinya. Upaya kami adalah mencegah jatuhnya korban walau pun situasinya penuh rintangan," katanya.

Apakah Kolonel Klein tidak melaksanakan upaya ini? Guttenberg tidak menutup kemungkinan konsekuensi personil dalam militer Jerman, jika hasil penilaian terhadap laporan NATO itu mengharuskannya.

Namun proses penilaian masih berlangsung dan akan memerlukan banyak kerja, seperti yang dikatakan Christian Dienst , juru bicara kementerian pertahanan Jerman. Lebih lanjut Dienst, "Itu harus dinilai dalam internal institusi. Kejaksaan Agung di Dresden masih dalam tahap penentuan keputusan apakah laporan itu akan diselidiki atau tidak dan apakah organ parlemen Jerman dapat mempelajari laporan itu lewat badan perlindungan rahasia parlemen Jerman.“

Itulah yang pastinya akan dilakukan fraksi-fraksi di parlemen Jerman. Terutama oposisi yang akan mengeluarkan kritik keras bahwa dokumen itu digolongkan sebagai rahasia dan tidak boleh dipublikasikan.

Partai Hijau sudah melontarkan tudingan bahwa kementerian pertahanan berusaha menutupi sesuatu dan Gregor Gysi, ketua fraksi Partai Kiri mengkritik. "Laporan ini harus dilihat dengan kelemahannya. ISAF, yang mengemban tanggung jawab, sudah melakukan penyelidikan diri sendiri. Ini bukanlah penyelidikan independen," ujar Gysi.

Debat seputar laporan penyelidikan itu berkisar pada pertanyaan apakah serangan itu dinilai tepat secara militer, dan juga mempertimbangkan situasi hukum warga sipil? Ketua serikat kerja tentara Jerman Ulrich Kirsch, sebelumnya menyarankan agar menilai lebih jujur penugasan Afghanistan. Keputusan Kolonel Klein tidak dapat terlepas dari situasi di Kunduz.

Katanya, "Terdapat wilayah di Afghanistan yang tidak ada pemberontak, maka tidak ada perang. Tapi di Kunduz, di mana kami setiap harinya terlibat pertempuran dan bentrokan, di mana kematian dan cedera termasuk di dalamnya, di mana rekan kami harus tewas, di sana ada perang."

Serdadu yang terlibat dalam pertempuran, menurut Kirsch juga memerlukan dasar hukum yang berbeda.

Sabine Kinkartz/Luky Setyarini

Editor: Christa Saloh