1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demonstran Mesir Minta Militer Mundur

9 April 2011

Ribuan demonstran di Mesir mengalihkan protes mereka terhadap militer dan menuntut dewan militer yang berkuasa menyerahkan kekuasaan kepada warga sipil.

https://p.dw.com/p/10qd9
Aksi protes di Lapangan Tahrir Mesir.Foto: dapd

Sejak Husni Mubarak dijatuhkan dari jabatannya 11 Februari 2011, militer yang berkuasa di Mesir. Namun, kini militer menjadi target demonstran yang menuduh para jenderal adalah bagian dari rezim yang korup. Pihak militer membantah tuduhan tersebut dan akan menindak mantan pejabat yang berusaha untuk merusak reformasi.

Kerusuhan terjadi Sabtu (9/4) pagi waktu setempat saat militer mencoba mengusir demonstran dari lapangan Tahrir saat jam malam antara pukul 2 hingga 5 pagi. Pasukan militer dan polisi menggunakan senjata listrik. Sumber dari tim medis mengatakan dua orang tewas dan 15 lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan. Namun, militer mengatakan mereka hanya menembakkan peluru kosong dan aksi tersebut tidak memakan korban.

Laporan televisi pemerintah melaporkan satu korban tewas dan 71 luka-luka dalam kerusuhan, tanpa menjelaskannya secara terrinci. Tidak jelas apakah ada pihak bersenjata lainnya di lapangan tersebut saat tembakan terdengar. Ratusan ribu warga Mesir memenuhi lapangan Tahrir hari Jumat (8/4) dalam aksi protes terbesar, sejak 18 Februari saat jutaan orang datang dari seluruh Mesir untuk merayakan jatuhnya Mubarak.

Militer bertemu dengan pihak oposisi ketika mencoba mengosongkan lapangan Tahrir dari demonstran yang masih bertahan. Ratusan masih berada disana hingga Sabtu pagi (9/4) waktu setempat. Jumlahnya terus bertambah. Beberapa demonstran ingin agar dewan pasukan militer menyerahkan kekuasaan kepada dewan warga sipil dan menuntut mundurnya panglima tertinggi Mohamed Hussein Tantawi yang memimpin dewan militer. Ia juga menjabat sebagai menteri pertahanan setelah selama 10 tahun menduduki posisi yang sama di bawah pemerintahan Mubarak.

Vidi Legowo-Zipperer / dpa / rtr / afp

Editor : Andriani Nangoy