1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Demonstrasi Masih Berlangsung Sementara Oposisi Terpecah-Belah

7 Februari 2011

Oposisi di Mesir telah memulai pembicaraan dengan pemerintah baru di bawah Presiden Hosni Mubarak. Tetapi para penentang rejim masih menghadapi banyak masalah. Oposisi terpecah-belah.

https://p.dw.com/p/10CbT

Puluhan ribu demonstran terus menduduki Lapangan Tahrir dan menuntut agar Presiden Hosni Mubarak segera mengundurkan diri. Banyak pengamat berpendapat, rejim di Mesir melancarkan taktik untuk menghabiskan tenaga demonstran, dan dengan demikian juga gerakan oposisi. Tetapi gerakan perlawanan terus berlangsung.

Sejak Minggu pagi (06/02) tank-tank militer yang tadinya berada di pinggir lapangan berusaha untuk bergerak ke bagian tengah lapangan. Tetapi demonstran yang jumlahnya kian bertambah, sejalan dengan semakin banyaknya orang yang berdatangan dari berbagai penjuru Mesir, tidak memberikan kesempatan bagi militer untuk mendesak masuk.

Proteste in Ägypten gegen Mubarak Regime Ägypter fordern seinen Rücktritt
Seorang perempuan Mesir menyerukan slogan anti pemerintah.Foto: AP

Demonstran benar-benar bermalam di bawah tank-tank. Demikian dikatakan Ahmed al Assy, seorang demonstran yang melewatkan hari Minggu di Lapangan Tahrir, kepada kantor berita IPS. Pria berusia 32 tahun itu menambahkan, jika militer berusaha menduduki lapangan, berarti mereka harus melindas demonstran.

Pembicaraan dengan Pemerintah

Pemerintah Mesir sekarang menggelar pembicaraan dengan oposisi. Semua kelompok oposisi sepakat tentang satu hal: Mubarak harus turun dari jabatan. Lebih cepat lebih baik. Tetapi itu saja persamaan di antara mereka. Karena kalau soal masa depan Mesir setelah Mubarak turun, pandangan mereka berbeda-beda.

Banyak kelompok kecil bersatu menjadi gerakan bernama Koalisi Nasional untuk Perubahan. Mereka dipimpin Mohamed El Baradei. El Baradei yang mantan Direktur Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA) ingin menyatukan kelompok-kelompok itu menjadi pemerintah persatuan nasional. Ia juga telah menyatakan bersedia menjadi presiden sementara, jika Mubarak bersedia mundur.

NO FLASH Kabinettssitzung in Ägypten
Pertemuan kabinet baru (07/02) di bawah PM Ahmed Shafik (kanan)

El Baradei menekankan, "Saya telah berkali-kali mengatakan, tujuan perjuangan saya yang paling penting adalah agar demokrasi ditegakkan di negara ini. Jika itu terjadi, dan rakyat ingin agar saya mencalonkan diri, saya tidak akan menolak. Tetapi itu bukan prioritas saya.“

El baradei menjadi calon yang didambakan dunia Barat. Tetapi di Mesir sendiri ia tidak dipandang demikian. Di negaranya banyak orang menuduh el Baradei terlalu banyak melewatkan waktu di luar negeri setelah tidak menjabat direktur IAEA lagi. Ia juga tidak memberikan program yang meyakinkan untuk pemerintahan Mesir yang baru.

Menjalin Hubungan dengan Mubarak

Guido Westerwelle Pressekonferenz Ägypten
Menlu Jerman Guido WesterwelleFoto: AP

Negara-negara Barat berhubungan baik dengan Presiden Hosni Mubarak selama bertahun-tahun, termasuk juga Jerman. Sekarang, pemerintah Jerman tidak memberikan reaksi jelas menyangkut tuntutan oposisi agar Mubarak segera mengundurkan diri.

Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle hanya menekankan, "Sikap kita tetap sama, bahwa kita sebagai pendukung demokrasi berada di sisi gerakan demokrasi di Mesir. Tetapi sikap kita tetap sama juga dalam masalah siapa yang memimpin rakyat Mesir. Itu adalah keputusan yang hanya dapat diambil rakyat Mesir." Pemerintah di Berlin, yang merupakan koalisi antara Partai Kristen Demokrat dan Sosialis (CDU/CSU)serta partai liberal FDP, kini memperdebatkan langkah yang harus diambil terhadap Mubarak.

Muslim Brotherhood atau Ikhwanul Muslimin dapat memegang peranan penting dalam masa transisi. Mereka adalah kelompok oposisi terbesar. Walaupun dilarang secara resmi oleh Presiden Mubarak, mereka adalah oposisi yang paling terorganisir. Mereka mendapat simpati masyarakat, antara lain karena mereka juga mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan berbagai instansi sosial lainnya. Meskipun demikian sejumlah pengamat menilai Persaudaraan Muslim belum tentu keluar sebagai pemenang jika pemilu yang demokratis diadakan di Mesir.

Thomas Latschan/afp/ips/Marjory Linardy

Editor: Agus Setiawan