1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dewan Keamanan Bahas Permohonan Palestina

26 September 2011

Perundingan di Dewan Keamanan PBB dipastikan akan alot dan lama. Kuartet Timur Tengah didukung untuk melaksanakan proses perdamaian baru.

https://p.dw.com/p/12gU6
Anggota Kuartet Timur Tengah dan Sekjen PBB Ban Ki Moon bahas permohonan Palestina dan dimulainya prakarsa baru perundingan damai.Foto: AP

Untuk dapat disetujui, Palestina memerlukan 9 suara dari 15 anggota Dewan Keamanan. Sejauh ini sudah enam negara menunjukkan indikasi akan mendukung. Tujuh negara belum mengungkapkan sikapnya, dan Kolombia sudah menyatakan akan abstain.

Sedangkan Amerika Serikat, yang merupakan mitra erat Israel, sudah mengancam akan memveto langkah itu. Alasannya, hanya perundingan langsung Israel-Palestina yang dapat menciptakan sebuah negara Palestina berdaulat.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, permohonan Palestina lewat PBB merupakan jalan pintas tidak realistis. “Hal itu tidak akan menciptakan perdamaian sesungguhnya yang langgeng antara Israel dan Palestina,” ujar Obama menambahkan.

Sebelumnya “Kuartet Timur Tengah” yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia, Jumat (23/09) sudah mendesak agar kedua belah pihak segera kembali ke meja perundingan. Kelompok mediator internasional itu sudah menetapkan target, kesepakatan finalnya harus tercapai tahun ini juga.

Sengketa Pemukiman Yahudi

Presiden Otonomi Palestina Mahmud Abbas pada saat kedatangannya kembali dari New York, Minggu (25/9), di Ramallah, menegaskan lagi tuntutannya kepada Israel di depan ribuan warga Palestina yang menyambutnya, yakni dihentikannya seluruh pembangunan pemukiman Yahudi, sebagai syarat bagi dimulainya lagi perundingan damai.

Menanggapi tuntutan itu, PM Israel Benjamin Netanyahu dalam acara di televisi AS NBC, mengatakan, jika ingin perdamaian, Palestina harus mencabut semua persyaratan.

Palestina menghentikan seluruh negosiasi langsung bulan September 2010, setelah moratorium sementara pembangunan pemukiman Yahudi dicabut. Argumennya adalah, Israel telah menganeksasi Yerusalem dan selama 20 tahun terakhir merampok tanah milik Palestina.

Juru runding senior Palestina, Hanan Ashrawi, dalam acara di televisi AS ABC menegaskan, pihaknya selama ini telah melakukan negosiasi yang prosesnya tidak berkaitan dengan realita. “Jika kami berunding, artinya memberikan waktu kepada Israel untuk membangun lebih banyak pemukiman, untuk merampok lebih banyak tanah Palestina. Ini merupakan ancaman bahaya yang merusak semuanya. Bukan hanya proses perdamaian, melainkan juga prospek perdamaian,” ujar Ashrawi menegaskan.

Sejak menduduki Tepi Barat Yordan tahun 1967, Israel telah membangun 130 unit pemukiman di seluruh kawasan yang dihuni sekitar 300.000 warga. Sekitar 200.000 warga Israel lainnya bermukim di kawasan pemukiman di bagian timur Yerusalem. Israel mengklaim, seluruh sektor di Yerusalem sebagai bagian tidak terpisahkan yang akan dijadikan ibukotanya. Sebaliknya, Palestina mengklaim bagian timur Yerusalem sebagai ibukotanya di masa depan.

Agus Setiawan/afp/dpa

Editor: Dyan Kostermans