1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dewan Nasional Suriah Buka Diri

Kersten Knipp12 November 2012

Kebuntuan adalah masalah besar bagi Dewan Nasional Suriah, yang mengklaim sebagai wakil dari sebagian besar kelompok oposisi.

https://p.dw.com/p/16h2U
Foto: KARIM JAAFAR/AFP/Getty Images

Situasi sulit itu ada, supaya bisa diatasi. Meskipun tanpa jaminan adanya peluang untuk melangkah maju. Mungkin itulah moto Dewan Nasional Suriah, SNC, yang mengundang para pentolan kelompok-kelompok oposisi ke sebuah konferensi besar di Doha.

Frustrasi meluas, karena angka kematian terus meningkat di Suriah, tanpa mengindahkan keputusan maupun upaya-upaya merancang strategi baru. Kebuntuan juga telah menjadi masalah bagi Dewan Nasional Suriah, yang mengklaim sebagai wakil dari sebagian besar kelompok oposisi.

Namun klaim ini sudah mulai digugat. Bila tidak ingin kehilangan posisi pemimpin, SNC harus berusaha membuka diri bagi kelompok-kelompok oposisi Suriah lainnya. Begitu ucap Menlu AS, Hillary Clinton beberapa hari lalu. "Yang penting, oposisi yang bisa diterima oleh setiap kelompok dan wilayah di Suriah“.

Langkah Reformasi Bagi SNC

Agar tidak kehilangan citranya sebagai kekuatan oposisi terbesar, SNC menanggapi di Doha. "Kami ingin merangkul lebih banyak kelompok perlawanan lokal, juga partai-partai politik di Suriah." Jelas Khalid Saleh, jurubicara SNC dalam sebuah wawancara dengan DW. "Setelah mewakili 8 kelompok besar, kini SNC mewakili 25 kelompok oposisi“, tegas Khalid Saleh. Selain itu, seperti tututan banyak pihak, jumlah anggotanya bertambah dari 300 menjadi 480.

Tapi apa itu cukup? Pakar politik Bahar Mikaïl, dari Think Tank FIDE meragukan hal itu. SNC yang mendapat dukungan besar dari lawan internasional Assad, seringkali tampil seakan mewakili seluruh oposisi Suriah. Kenyataannya tidak begitu. Amatan seksama akan menunjukkan bahwa ada perbedaan besar antara Dewan Nasional dengan oposisi dalam negeri Suriah. Ada kemungkinan bahwa kedua pihak itu berjalan sendiri-sendiri. Menurut Mikaïl, „SNC lebih mewakili kelompoknya sendiri.“

Syrischer Nationalrat (Logo)
Logo Dewan Nasional Suriah, SNC

Sebuah Somalia Baru?

Mempertanyakan efisiensi SNC bakal harus lebih luas dari sekedar masalah persaingan internal dan wibawa perorangan. Padahal bersatunya oposisi merupakan syarat utama untuk membuka peluang menghentikan kekerasan. Utusan Khusus PBB dan Liga Arab, Lakhdar Al-Brahimi, memperingatkan bahwa nasib Suriah bisa seperti Somalia.

Jurubicara SNC, Khalid Saleh menepis pendapat itu. „Di Somalia, sejumlah kelompok yang sama kuat saling memerangi satu sama lain“, tuturnya. Di Suriah situasinya berbeda. "Pasukan Suriah Merdeka bukan tandingan militer Suriah. Pasukan Assad mulai menunjukkan kelemahan, tetapi masih memiliki senjata kimia dan pesawat jet yang dikerahkan untuk menyerang rakyat sipil“, ungkap Saleh. Andaikan pihak militer beranggapan tidak bisa menang perang, maka senjata-senjata ini akan semakin luas digunakan.

"Saya warga Suriah"

Itu adalah alasan penting guna mencari jalan baru untuk menghentikan kekerasan di Suriah. Itu juga alasan mengara Perdana Menteri Inggris David Cameron mengusulkan, untuk menawarkan suaka di luar negeri bagi Assad. Ide ini ditolak mentah-mentah oleh Assad. „Saya warga Suriah“, tegas Assad, „saya lahir di Suriah, saya akan menetap dan mati di Suriah."

Seakan telah memperhitungkan jawaban itu, NATO atas permintaan Turki menempatkan instalasi rudal di perbatasan Turki dan Suriah. Resminya untuk melindungi perbatasan Turki, yang beberapa kali terimbas oleh perang saudara di Suriah. Di samping itu apabila diperlukan, bisa memperkuat batas zona larangan terbang yang ditetapkan untuk Suriah utara, yang juga menjamin zona aman bagi kelompok oposisi dan warga yang terluka untuk bersembunyi.

Di pihak lain penempatan rudal itu sangat riskan. Di satu sisi, bila menyelamatkan nyawa, tapi juga bisa menyulut reaksi keras dari Assad dan mitra-mitranya yang merasa terprovokasi. Bahar Mikaïl meragukan apakah rudal-rudal itu bisa membantu mengakhiri krisis. Ia juga melihat masalah besar dengan sebuah intervensi militer. Langkah seperti itu bisa menggulingkan pemerintahan, tapi bisa memicu krisis yang lebih besar.

"Mau tidak mau, satu-satunya jalan keluar adalah mengadakan negosiasi, pembicaraan antara pemerintah dan wakil-wakil dari oposisi." Solusi seperti itu memang sulit diterima mengingat reim Assad sudah kehilangan kepercayaan dan legitimasi. "Tapi ini langkah yang kuat dan membuka jalan bagi pihak-pihak utama. Karena itu, tak ada jalan lain kecuali bernegosiasi dengan Assad“.

Pembicaraan seperti ini bisa dilakukan dibawah payung PBB, begitu menurut Mikaïl. Persyaratannya adalah bahwa kedua pihak bersungguh-sungguh. Sayangnya kedua belah pihak menolak, dan jalan kembali buntu.