1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Di Bawah Tekanan

Ana Lehmann27 Agustus 2012

Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Negara-negara Non Blok diwarnai hubungan unik antara India dengan Iran. India selama ini menempatkan diri sebagai jembatan penghubung dalam konflik antara Iran dengan barat.

https://p.dw.com/p/15x83
PM Manmohan Singh dan Presiden Mahmoud AhmadinejadFoto: AP

Ada sebuah „hubungan saudara“, itulah kutipan pernyataan presiden Iran Mahmud Ahmadinejad setelah perbincangan telepon dengan Perdana Menteri India Manmohan Singh awal tahun ini. Hubungan antara India dan Pakistan secara tradisional sangat dekat.

„India berada dalam sebuah dilema diplomatik“ kata ahli Iran Qamar Agha, seorang profesor di National Islamic University di New Delhi. Itu terjadi karena hubungan India dan Amerika semakin dekat, khususnya setelah perjanjian nuklir Amerika-India tahun 2008. Seiring dengan itu, semakin besar tekanan terhadap India, untuk mengambil jarak dari Iran. Bagaimanapun kata Qamar Agha „India selalu mengatakan bahwa kepentingan nasional mereka berada di atas segalanya. Untuk ekonominya yang tumbuh pesat, India membutuhkan energi dan minyak.“

Partner Iran dan Barat

Pada sisi lain, India sebagai negara demokrasi terbesar dunia, dituntut oleh negara adidaya untuk membuktikan diri sebagai partner yang bisa diandalkan. “India beberapa tahun terakhir secara signifikan mengurangi minyak dari Iran. Itu diketahui oleh Amerika dan dan negara-negara barat“ kata Agha sambil mengingatkan bahwa lebih dari itu, India sudah dua kali, yakni pada tahun 2005 dan 2009, menentang Iran di Forum Badan Atom Dunia IAEA.


Sebagai negara yang memiliki senjata nuklir, India menekankan bahwa mereka secara prinsip tidak menentang program nuklir Iran. Namun karena Iran, tidak seperti India, telah menandatangani perjanjian Nonproliferasi Nuklir, maka negara itu harus patuh, sebagaimana juga sikap New Delhi.

Analis politik Reza Taghizadeh dari Glasgow University melihat keuntungan ganda, „India bisa sekali lagi memastikan persahabatan dengan Iran dan pada saat bersamaan juga mengirimkan pesan komunitas dunia kepada pemimpin di Teheran bahwa mereka harus lebih bersikap akomodatif.“

Bukan Semata Soal Minyak

India saat ini mengimpor sekitar 10 persen kebutuhan minyak dari Iran. Setelah Arab Saudi, Iran kini menjadi pemasok minyak nomor dua bagi India. Iran membutuhkan India sebagaimana India membutuhkan Iran. Reza Taghizadeh menyimpulkan “Saat ini, India tidak terlalu banyak mendapat perhatian. Arab Saudi atau Irak akan dengan senang hati mengisi celah yang kosong, jika India berpaling dari Iran. India ingin mendistribusikan impor minyaknya dari berbagai sumber.“ Adalah hal penting bagi India, kata Taglizahed, untuk menemukan keseimbangan yang tepat, antara kedekatan dan jarak dengan Iran.

Tapi itu bukan hanya karena India ingin mengamankan suplai energi. Hubungan baik dengan Iran penting sebagai jembatan kepentingan dagang India ke Asia Tengah. Pertimbangan geopolitik juga bermain di sini, kata pengamat politik Qamar Agha.

„Bagi India, sangat menyakitkan bahwa selama masa perang dingin, poros Turki, Iran, Pakistan sangat kuat. Itu adalah masa-masa sulit bagi India.“ Apalagi New Delhi melihat bahwa saingannya yakni Cina, kini semakin banyak berinvestasi di Afghanistan dan Iran.

Aliansi di Masa Transisi

India dan Cina adalah anggota kelas berat pendiri organisasi negara non blok di Bandung, Indonesia pada tahun 1955. Sebuah aliansi negara yang anggotanya tidak mendukung blok barat maupun timur selama era perang dingin.

Kini, organisasi yang terdiri dari 116 negara (Cina telah mengundurkan diri) itu merepresentasikan 55 persen populasi dunia. Lewat pertemuan puncak di Teheran, Iran ingin mengambilalih kepemimpinan organisasi itu untuk tiga tahun ke depan.

Esselborn, Priya DW (ab/ hp)