1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Infrastruktur dan Penanggulangan Korupsi Membuat Optimis

Arti Ekawati
11 April 2019

Direktur PT BASF Indonesia Daniel Loh mengatakan, lambannya birokrasi dan kurangnya fleksibilitas masih sering menghambat investasi. Tetapi dia optimis, karena ada perbaikan infrastruktur dan kebijakan melawan korupsi.

https://p.dw.com/p/3EffO
Indonesien BASF Indonesia Chemische Firma
Foto: BASF Indonesia

Beroperasi di Indonesia sejak tahun 1976, Badische Anilin- & Soda Fabrik (BASF) menjadi salah satu perusahaan Jerman yang berinvestasi sejak zaman Orde Baru. Perusahaan yang diantaranya bergerak di bidang kimia, nutrisi dan agrikultur ini telah melihat berbagai perkembangan pasar Indonesia selama beberapa dekade. Sekalipun masih ada hambatan dan birokrasi lamban, Daniel Loh menyatakan optimis dengan prospek bisnis di Indonesia. Berikut wawancara DW dengan Daniel Loh yang dilakukan akhir Februari 2019.

Deutsche Welle (DW): Apa yang bisa pemerintah perbaiki untuk membuat iklim berbisnis di Indonesia lebih menarik?

Daniel Loh: Indonesia menyediakan kesempatan yang sangat besar untuk berinvestasi. Kelas menegah terus bertambah dan pasarnya sangat luas. Namun yang harus diperbaiki adalah kemudahan untuk berbisnis, insentif dan kebijakan pemerintah yang mendukung para pebisnis. Dalam hal ini Indonesia masih harus memperbaiki diri untuk menyusul negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Misalnya di Malaysia, dimana saya bekerja selama enam tahun dari tahun 2011 hingga 2017, koordinasi antara kementrian dan badan investasi sangat kuat. Badan investasi selalu ada untuk menghubungkan investor dengan kementrian yang dibutuhkan, bahkan misalnya untuk dapat persetujuan izin kerja hingga izin mengimpor barang-barang yang sifatnya terbatas. Saya dapat terhubung dengan orang-orang di kementrian bahkan dengan mentrinya langsung. Banyak urusan terselesaikan dengan cepat. Saya rasa ini adalah salah satu area dimana birokrasi di Indonesia agak berbelit-belit.

Daniel Loh
Direktur Utama PT BASF Indonesia Daniel LohFoto: BASF Indonesia

Pendapat Anda mengenai kinerja BKPM dalam memfasilitasi para pengusaha?

Kinerja BKPM cukup baik. Mereka juga cukup membantu para investor, hanya saja prosesnya tidak secepat bila dibandingkan dengan di Malaysia atau Singapura. Hal lain yang juga bisa diperbaiki misalnya insentif pajak bagi para investor dalam berusaha di Indonesia. Ambil contoh misalnya di Malaysia jika saya tidak memenuhi persyaratan ambang batas untuk mendapatkan insentif pajak, masih ada ruang untuk bernegosiasi. Mereka mungkin akan menambahkan kriteria lain untuk menebus kekurangan itu. Jadi fleksibilitas, keinginan untuk bernegosiasi untuk tetap membuat investasi berada di dalam negeri dan menarik investor lainnya, ini yang masih perlu diperbaiki di Indonesia.

Tentu selain kekurangan itu ada kemajuan, seperti apa yang Anda lihat ada di Indonesia dibandingkan beberapa tahun lalu?

Daniel Loh: Saya baru menjabat posisi ini selama dua tahun. Tapi menurut perspektif saya, ada usaha yang nyata dari pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur di Indonesia dan juga melawan korupsi. Dua hal ini lah yang membuat saya merasa optimistis bahwa negara ini bergerak ke arah yang tepat. Sebagai negara dan juga pasar yang sangat besar, jika akses Anda terhambat oleh infrastruktur dan korupsi, maka akan ada beberapa kesempatan berbisnis yang tidak bisa diakses.

DW: Seperti apa Anda melihat tren perkembangan pasar di Indonesia terkait bidang bisnis Anda?

Halal adalah tema yang sangat penting di sini, terutama di kalangan generasi yang lebih muda. Mereka ingin produk yang inovatif dan halal dan bagi kami penting sekali untuk bisa menangkap permintaan pasar lokal dan memenuhinya. Baru-baru ini salah satu pabrik kami yang memproduksi komponen untuk produk rumah tangga dan perawatan personal mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia.

Selain itu, produksi yang berkelanjutan juga penting bagi BASF. Kami bekerja sama dengan Pricewaterhouse Cooper untuk mengevaluasi produk dan larutan dan mengklasifikasikannya berdasarkan kontribusi mereka terhadap lingkungan dan ekologi. Ini telah kami lakukan secara global termasuk juga di Indonesia. Kami juga bersikap terbuka dalam menginformasikan berapa banyak karbon yang dihasilkan dari aktifitas bisnis kami. Pada saat yang bersamaan juga mengukur seberapa jauh penggunaan produk kami bisa berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon.

DW: Tahun ini akan ada pemilihan umum di Indonesia, bagaimana pengaruhnya terhadap bisnis dan rencana investasi perusahaan?

Daniel Loh: BASF sudah lama berinvestasi di Indonesia, sudah 43 tahun. Tentu saja dalam waktu tersebut kami telah melihat jatuh bangunnya situasi di Indonesia dan juga di negara-negara lain tempat kami beroperasi. Tentu saja kami mengamati peristiwa ini dengan cermat karena akan berpengaruh terhadap beberapa kebijakan secara jangka pendek, tapi tidak dalam jangka panjang. Saya pikir Indonesia sudah membuktikan dirinya sebagai negara yang demokratis dan mampu menyelenggarakan pemilu secara demokratis dan damai.

DW: Ada tren perkembangan radikalisme, seberapa yakin Anda terhadap kehidupan berdemokrasi di Indonesia?

Daniel Loh: Tentu saja radikalisme adalah ancaman terhadap kestabilan sebuah negara. Namun demikian seperti yang saya lihat selama dua tahun belakangan ini, pemerintah mengatasi hal ini dengan sangat baik. Pemerintah mengambil peran aktif dengan cara mengingatkan rakyat bahwa negara ini berdasarkan Pancasila dan akan terus seperti itu. Ini pendekatan yang baik. Jadi saya pikir dalam jangka panjang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 

Wawancara dilakukan oleh Arti Ekawati dan telah diedit sesuai konteks. (hp)