1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Olahraga

Dituding Eksploitasi, PB Djarum Hentikan Audisi Bulu Tangkis

9 September 2019

KPAI menuding PB Djarum melakukan eksploitasi anak terkait Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis. Djarum menyatakan sudah mengubah format audisi dan mengusulkan pergantian nama ajangnya tanpa nama Djarum, namun ditolak KPAI.

https://p.dw.com/p/3PGV3
Anzeige von 2019 PB Djarum Stipendium Badminton Audition.
Foto: DW/R.A.Putra

Audisi beasiswa bulu tangkis PB Djarum tahun 2019 akan menjadi penyelenggaraannya yang terakhir. Mulai tahun depan audisi pencarian bakat terbesar pebulutangkis belia di Indonesia ini akan dihentikan. Langkah ini diambil pihak PB Djarum sebagai respon atas tudingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Yayasan Lentera Anak yang menduga PB Djarum memanfaatkan/mengeksploitasi anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok.

Keputusan ini disampaikan langsung oleh Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, dalam konferensi persnya, Sabtu (07/09) di Purwokerto.

"Kemudian pada audisi kali ini juga saya sampaikan sebagai ajang untuk pamit sementara waktu, karena di tahun 2020 kita memutuskan untuk menghentikan audisi umum. Memang ini disayangkan banyak pihak, tetapi demi kebaikan bersama kita hentikan dulu, biar reda dulu, dan masing-masing pihak agar bisa berpikir dengan baik," ujar Yoppy.

Dalam rangkaian kedua audisi tahun 2019 yang diselenggaraan di Purwokerto, PB Djarum telah menghentikan pembagian kaos bertanding yang bertuliskan merek Djarum seperti yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya, sebagai upaya meredam polemik. Para peserta audisi pun diharuskan memakai kaos asal klubnya masing-masing.

Yoppie mengaku pihaknya telah memberikan usulan agar mengganti nama event dan menghapus kata Djarum, serta mewajibkan anak-anak menggunakan kaos klubnya masing-masing di saat bertanding, namun KPAI menolak usulan tersebut. Atas dasar ini PB Djarum akhirnya memutuskan untuk meniadakan audisi serupa tahun depan.

Reaksi masyarakat

Sontak keputusan pemberhentian penyelenggaraan audisi PB Djarum ini viral di media sosial. Di Twitter sendiri, hingga berita ini diturunkan tagar bubarkan KPAI menjadi trending topic, sebagai ekspresi kekecewaan warganet atas tudingan KPAI. Mereka juga lantas menyayangkan keputusan yang diambil oleh PB Djarum.

Kepada DW Indonesia, Fellya (26) salah satu pecinta bulu tangkis Indonesia, berpendapat bahwa harus diadakan mediasi antara PB Djarum dan KPAI guna mencari solusi terbaik atas polemik ini.

"Serba salah sih, kalau dibilang pantas atau ngga anak-anak pakai baju yang bertuliskan Djarum, sekarang apa bedanya dengan anak yang dibawa ke kampanye partai. Ini kepentingannya lebih ga make sense,” ujarnya.

"(PB Djarum) cari atletnya banyak dari daerah-daerah, dan daerah-daerah ya sasaran utamanya ke (audisi) Djarum. Dan banyak juga atlet-atlet bagus pelatnas jebolan dari sana,” Fellya menambahkan.

Sementara itu Bimo (27), menilai tudingan yang dilayangkan kepada PB Djarum agak berlebihan. Ia pun mempertanyakan nasib pebulutangkis belia berbakat jika audisi ini ditiadakan, mengingat audisi PB Djarum merupakan yang terbesar di Indonesia.

"(Tuduhan) Eksploitasi anaknya agak berlebihan, mereka (anak-anak) kan selama ini cuma dikasih beasiswa pengembangan bakat bulutangkis mereka. Ya soalnya sponsor rokok udah jelek aja anggapannya,” katanya.

"Setidaknya KPAI ada (upaya) untuk mencari sponsor baru mengganti Djarum, kalau melarang saja tapi tidak memberi langkah konkret, sama saja,” tutur Bimo.

Badminton Spieler Kevin Sanjaya Sukamuljo
Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan), pemain bulu tangkis ganda putra terbaik Indonesia yang merupakan jebolan PB Djarum.Foto: Getty Images/AFP/C. Thirasupa

PB Djarum merupakan salah satu klub bulu tangkis terbesar di Indonesia yang mempunyai fasilitas yang lengkap. Seperti yang diketahui sderet pebulutangkis papan atas Indonesia merupakan jebolan dari sekolah bulu tangkis yang berpusat di Kota Kudus, Jawa Tengah ini. Sebut saja, Tantowi Ahmad peraih medali emas ganda campuran Olimpiade Rio de Jainero, Brasil 2016, Mohamad Ahsan yang baru saja meraih medali emas Kejuaraan Dunia 2019 di nomor ganda putra, dan Kevin Sanjaya Sukamuljo pemain ganda putra yang menempati ranking nomor satu dunia.

Selain itu Liem Swie King, Christian Hadinata, Alan Budi Kusuma, Haryanto Arbi, Sigit Budiarto, dan Chandra Wijaya merupakan sederat legenda bulu tangkis Indonesia yang juga berasal dari PB Djarum.

Baca juga: Kondisi Anak Indonesia Masih Memprihatinkan 

Audisi bulu tangksi ramah anak

DW Indonesia sempat menghubungi Ketua KPAI, Susanto, untuk memintai tanggapan terkait langkah yang diambil PB Djarum serta reaksi masyarakat yang menyudutkan KPAI. Namun Susanto meminta agar pihaknya diberikan waktu untuk berkoordinasi dalam memberikan keterangan resmi terkait polemik ini.

Komisioner KPAI, Sitty Hikmawaty mengatakan telah merekomendasikan agar Djarum Foundation membuat audisi bulu tangkis yang ramah anak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012. "Mau tidak mau harus berubah nama, karena di sini detail sekali dalam peraturannya. Jangankan nama, warna saja yang menyerupai (brand image) sudah harus dihapus" ujar Sitty sebagaimana dikutip Kompas.com.

Sebelumnya awal Agustus lalu, KPAI mengadakan rapat koordinasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga terkait seperti Kemenko PMK, Kemenpora, Kemenkes, Bappenas, dan BPOM untuk membahas dugaan eksploitasi anak yang dilakukan PB Djarum. Dalam pertemuan tersebut disepakati enam poin terkait masalah itu, antara lain mendesak Djarum Foundation untuk sesegera mungkin menghentikan penggunaan anak sebagai media promosi brand image Djarum, mendorong pelaku usaha khususnya BUMN untuk mensponsori kegiatan pencarian bakat dalam bidang apa pun, termasuk dalam bidang olahraga untuk anak dan mendorong peran orang tua dalam mendidik anak tentang bahaya laten rokok, termasuk di dalamnya penggunaan branding image rokok dan bahaya eksploitasi terselubung lainnya dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak.

rap/hp (dari berbagai sumber)