1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

documenta15: Di mana Lumbungnya?

21 Juni 2022

Ruangrupa adalah kolektif seni pertama yang didaulat menjadi kurator satu edisi documenta, dan satu-satunya direktur artistik dari Asia dalam pameran seni kontemporer di Kassel, Jerman.

https://p.dw.com/p/4CvZw
Instalasi di ocumenta fifteen
Wayang Kardus karya Taring padi di documentafifteenFoto: Ayu Purwaningsih/DW

Lima tahun sekali Kota Kassel diwarnai kemeriahan dengan gelaran pameran seni kontemporer documenta. Pameran ini tidak hanya memajang karya-karya di gedung seni, namun ‘menguasai‘ seluruh kota yang terletak di  negara bagian Hessen, Jerman. Taman kota, stasiun kereta, toko-toko, rumah makan, jalanan, hingga sudut-sudut kota jadi bagian dari ‘museum 100 hari‘ ini. Relik-relik dari documenta edisi sebelumnya juga masih bisa ditemukan di berbagai lokasi di seluruh penjuru kota.

Dalam edisi ke-15 documenta, yang digelar tahun ini, pameran seni akbar ini menampilkan wajah berbeda. "Lebih revolusioner," ungkap Ulrike Schmatz, warga kota Kassel. Ia menceritakan, biasanya mengamati dan menikmati seni lukisan dan instalasi dalam beragam coraknya di pameran documenta.

Namun kali ini ia sibuk mencari instalasi lumbung, yang jadi konsep dasar documenta15. Tapi dia tidak berhasil menemukannya. Sebagaimana Ulrike, beberapa pengunjung lain juga melontarkan pertanyaan serupa, "Di mana lumbungnya? Apakah para seniman Indonesia yang datang ke Kassel membangun lumbung padi di tengah kota?"

Hingga hari pembukaan bahkan tidak ada bangunan lumbung yang mengingatkan kita pada desa-desa di Indonesia. Kolektif seni ruangrupa membawa konsep lain dari biasanya, yang membuat documenta kali ini begitu berbeda.

Lumbung sebagai konsep solidaritas dan kolektivitas

"Lumbung itu ada pada gagasan yang menjadi konsep dasar kolektivitas dan solidaritas. Lumbung dalam tatanan gagasan dan praktik itu bisa diwujudkan dalam banyak hal. Nilai-nilai lumbung itu sendiri yang kami ingin bagikan untuk dunia," ujar MIrwan Andan, bagian dari ruangrupa, kurator documenta tahun ini.

Jangkar lokal, humor, kedermawanan, kecukupan, regenerasi, independensi dan transparansi menjadi nilai-nilai yang dimaksud. Nantinya, para seniman yang hadir dengan membawa ekosistemnya dalam pameran ini, tidak hanya dapat membangun jaringan yang lebih luas, namun juga menyebar luaskan gagasan nilai-nilai kolektivitasnya.

Meski secara resmi dibuka tanggal 18 Juni, beberapa hari sebelumnya, documenta15 sudah dijejali pengunjung. Pada hari pembukaan, 18 Juni 2022, kerja keras terasa terbayar sudah. "Hanya ada kekurangan minor, seperti beberapa hal belum ditempel. Kawan-kawan banyak yang sakit kecapaian dan stres dalam persiapannya," tutur Andan sambil jalan tertatih karena didera sakit tulang panggul.

Di bawah terik matahari dan suhu udara mencapai 36 derajat celsius, Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman Arif Havas Oegroseno menyampaikan rasa bangganya dengan kurasi yang dilakukan oleh ruangrupa, yang bekerja sama dengan artis-artis dan seniman dari seluruh dunia.

"Di sini kita melihat ekspresi seni dari Indonesia dalam bentuk seni kain, dalam bentuk seni musik, dalam bentuk seni pahat, seni patung, yang kita harapkan bisa membuka jendela pemahaman Indonesia yang lebih luas lagi bagi masyarakat Jerman. Tapi bagi ruangrupa, seni punya makna tersendiri", tegas Havas.

Senada dengan itu, Prof. Ismunandar Wakil Delegasi Permanen Republik Indonesia untuk UNESCO di Paris kepada DW mengatakan: "Ini pencapaian luar biasa yang yang membanggakan. Ruangrupa menjadi kurator untuk pertamakalinya dari Asia, jadi bukan hanya dari Indonesia saja, pada peristiwa seni dunia sebesar documenta.. 

Fokus pada proses kolaborasi

Kolektif ruangrupa tidak menitikberatkan pada produk melainkan pada tatanan proses, di mana orang-orang berkolaborasi. "Bahkan membagi ilmu pada generasi muda itu menjadi bagian dari seni tersendiri," ujar Andan, menyebut seni visual sebagai pertunjukan yang didegradasi oleh kapitalisme.

"Hentikan keserakahan, bangun hubungan sosial dan eskosistem, agar tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang, kaum elitis. Jangan nama-nama itu saja yang muncul," tandasnya di taman belakang Grimmwelt di Kota Kassel sehari sebelum pembukaan pameran.

Tahun 2018 documenta mencari direktur artistik baru. Setahun kemudian, setelah melewati dua babak penyisihan, representartif ruangrupa terbang ke Jerman untuk bertemu langsung dengan panitia pemilihan. Mereka menjelaskan konsep lumbung, gudang beras umum yang secara tradisional ditemukan di desa-desa Indonesia, dibangun dan digunakan bersama oleh semua orang. Mereka ingin documenta menjadi lumbung, memperlakukan seniman sebagai mitra, dan menciptakan sumber daya yang akan hidup di luar pertunjukan.

"Kenapa pada tahun 2019 documenat15 memutuskan memilih ruangrupai sebagai direktur artistik, mungkin saatnya sekarang untuk mempraktikkan cara menyelesaikan masalah dan krisis tidak bergantung pada individu saja. Kita karus membangun kerja sama dan ekosistem. Meski hanya 100 hari saja pamerannya, kita harapkan konektivitas itu bisa bertahan lama dan bermanfaat bagi banyak orang," ujar Andan.

documenta15 Kassel 2022
Coretan konsep lumbung ruanrupaFoto: Iswanto Hartono/ruangrupa/documenta15

Persiapan panjang

Getrude Flentge, tim artistik documenta15 menyebutkan, sudah 20 tahunan ia mengenal ruangrupa. Ia mengaku mendapat banyak inspirasi dari kolektif seni Indonesia ini, apalagi setelah tiga tahun berkolaborasi mempersiapkan documenta edisi ke-15."Dengan konsep lumbung ini, setiap seniman dan kolektif mengajak banyak seniman lainnya, petani dan komunitas lain. Meskipun dalam documenta sebelumnya sudah terbangun kolektivas, namun kali ini sangat intensif  semangat kolektivitasnya. Kami saling percaya satu sama lain," ungkap Getrude.

Dari 14 kolektif inti, jumlah kolektif dan seniman yang ikut akhirnya berlipat ganda menjadi tak terhitung lagi jumlahnya. "Ribuan sepertinya…" tambah Getrude. Perempuan asal Belanda ini punya banyak andil dalam mempersiapkan documenta15. Ia menceritakan betapa menantangnya persiapan documenta kali ini, "Karena bertepatan dengan pandemi COVID-19, perjuangannya lumayan berat untuk bisa mewujudkan ini," tandasnya.

Di documenta 15, ruangrupa pertama-tama mendirikan ruruHaus. Reza Afisina dan Iswanto Hartono pindah ke Kassel bersama keluarga mereka pada tahun 2020, agar bisa bekerja sama dengan staf documenta, sekaligus meletakkan tonggak dasar pameran.

ruangrupa di depan ruruhaus
Nongkrong di ruruHaus, sebagai markas kerja ruangrupa di KasselFoto: documenta fifteen 2022

ruruHaus menempati gedung bekas department store di pusat kota, yang menjadi pusat nongkrong dalam mempersiapkan pameran. Tim inti melintasi zona waktu dunia untuk mengumpulkan ide-ide mereka lewat pertemuan virtual. Ada 14 kolektif inti, dari negara-negara yang saling berjauhan seperti Kuba, Bangladesh, Selandia Baru, Mali, dan Denmark. Mereka kemudian mengundang kolektif dan seniman lain, yang juga mengundang yang lainnya lagi, bagaikan skema bola salju.

Di balik tantangan tersebut, menurut Iswanto, konsep lumbung yang mereka gagas menjadi lebih relevan untuk digali sebagai ide dan visi di tengah situasi pandemi. Secara sosial, politik dan ekonomi, keterkaitan orang dan saling ketergantungan dan saling membutuhkan menjadi satu poin yang penting di tengah situasi sulit.

”Posisi lumbung jadi menarik sekali, terutama dalam konteks ekonomi dunia, global, kita tahu semuanya sekarang sangat kapitalis, jadi posisi kolektivitas lumbung sebagai tempat berbagi kesetaraan menjadi sebuah kesetaraan ekonomi, dan itu menjadi isu yang sangat krusial dalam kondisi seperti sekarang ini,” tandasnya. Krisis ini telah membuat semua orang menyadari betapa pentingnya bekerja sama alih-alih bersaing satu sama lain.

Falsafah rimpang temujalar

Gudskul ekosisstem adalah salah satu kolektif seniman yang turut berpartisipasi di documenta15. Gudskul membuat sekolah kolektif dalam ruang Museum Fridericianum, yang terdiri dari berbagai ruang pertemuan seperti Gudkitchen, dan Gudspace. Juga terdapat berbagai karya interaktif berbasis permainan seperti Collective Card, Speculative Collective Board Game, Nongkrong Chess, dan Temujalar Digital Station.

Di gedung ini ada banyak penyebaran pengetahuan dalam bentuk buku, video, mural yang menggambarkan bagaimana mekanisme ekosistem Gudskul bekerja. Gudskul mengusung konsep temujalar. Konsep ini diambil dari falsafah rimpang dengan tujuan untuk mengkoneksikan gagasan, pengalaman, pengetahuan, pertemanan agar antarkolektif dapat saling bertemu dan menjalar.

Di gedung yang sama juga ada ruruKids, di mana anak-anak bisa bermain dan belajar. Penanggung jawab di sini salah satunya adalah Daniella Fitria Praptono, perempuan yang berjibaku bolak-balik terbang dari Indonesia ke Kassel dalam mempersiapkan pameran. "Saya punya anak, jadi terpaksa bolak-balik,” ungkap perempuan berponi yang dengan kehangatannya menyambut pengunjung anak-anak bermain di arena ruruKids.

”Lihat hampir semua materi di ruruKids ini dari barang bekas. Ada bangku-bangku sekolah yang tak terpakai lagi, kemudian kardus-kardus bekas. Anak-anak bisa melukis dan memajang hasil karyanya di sini,” ujar Daniella sambil membuka sepatunya ketika masuk ke area perpustakaan ruruKids,

”Kita ingin mereka sejak kecil memahami perekonomian yang adil serta nilai-nilai kebaikan lainnya seperti cinta lingkungan, misalnya berkreasi seni dengan barang bekas,” tuturnya. Sementara di belakang gedung ini dibuat warteg lengkap dengan spanduknya, yang menyediakan aneka makanan seperti bakwan goreng dan sambal mangga.

Kental kritik sosial

Di luar gedung, dekat alun-alun, ratusan wayang kardus berwarna-warni bergoyang-goyang tertiup angin. Ada yang berbentuk harimau yang kehilangan habitat, ada lelucon meski lampu sering mati tapi semangat harus terus menyala, atau wayang kardus berbentuk dan bertuliskan bissu- trans bergender nonbiner—yang mengabdi sebagai imam besar dalam populasi Bugis. "Kita masih bisa menemukann peran ini di Bone atau beberapa tempat lainnya di Sulawesi Selatan," papar Andan beberapa jam sebelum acara pembukaan.

Wayang Kardus buatan kolektif Taring Padi ini tampak diminati oleh pengunjung yang lalu lalang melintasi kawasan pemasangan, bahkan sebelum pameran dibuka.  Namun sayang tim kreasi sangat sibuk membuat dan memperbaiki wayang yang kadang jatuh tertiup angin, sehingga tidak banyak yang sempat menjelaskan kepada pengunjung pesan-pesan yang ingin disampaikan.

"Taring Padi menarik bagi saya, mereka merupakan kolektif seni sejak akhir masa Soeharto dan berlanjut serta menjadi contoh banyak kolektif di Indonesia setelahnya. Kombinasi kerjanya melibatkan komunitas, petani dan membangun aktivisme atas isu sosial penting," ujar Getrude Flentge, tim artistik documenta15.

Sebagai aktivis budaya, Taring Padi kerap melancarkan agitasi terhadap wacana elite. Bayu Widodo, yang menjadi bagian dari Taring Padi mengakui, kadang ada rasa takut karena kritik mereka dianggap terlalu keras. "Namun ini sangat penting dan telah jadi pilihan hidup, Taring Padi menggunakan seni sebagai alat pendidikan, juga bagaimana seni bisa jadi bagian dalam setiap pergerakan masyarakat," tutur Bayu. 

Dudi Irwandi, yang juga menjadi bagian dari Taring Padi menambahkan: "Yang dikritik itu penguasa, pengusaha, pemerintah. Segala sesuatu boleh dikritisi karena tidak ada yang sempurna."

Aksi Taring Padi lainnya di antaranya pembuatan ogoh-ogoh, boneka besar yang menyerupai makhluk mitos yang menandakan roh jahat. Ogoh-ogoh ini merepresantasikan terdakwa ketidakadilan sosial dan krisis lingkungan di pengadilan dan diarak pada karnaval Ruwatan Rakyat Merdeka: Penyucian Umat Merdeka pada tanggal 25 Juni 2022, lalu dibakar di tempat tujuan akhir sebagai simbol penyucian.

Maraknya kritik sosial juga disuarakan para seniman kolektif dari berbagai negara yang ambil bagian dalam documenta15. Hak atas pendidikan dan kesehatan, antirasisme, antidiskriminasi, keberpihakan pada kaum marginal serta nilai-nilai kemanusiaan lainnya diteriakkan lewat ragam instalasi seni.

Kontroversi yang berlanjut

Setelah dihantam pandemi COVID-19, awal tahun 2022, di Jerman meletup kontroversi dalam penyelenggaran documenta15. Dalam sebuah posting blog anonim, sebuah aliansi melawan antisemitisme mengkritik ruangrupa, karena  ada kolektif seniman Palestina yang terlibat dalam pameran itu, yang para senimannya mendukung aksi boikot budaya Israel, yang di Jerman sendiri ditolak oleh parlemen Bundestag sebagai aksi antisemitisme..

Menyusul tuduhan itu, ruangrupa telah merilis pernyataan di mana mereka menolak pelanggaran terhadap kebebasan artistik, namun mendukung netralitas politik dan menyatakan kesediaan mereka untuk terlibat dalam dialog. Namun hingga pameran dibuka, isu tersebut masih menjadi bagian dalam diskusi. Seorang pengunjung pameran, Ulrike Schmatz menceritakan: "Hingga kini di sini kami masih banyak berdiskusi soal isu antisemitisme dan kami sangat penasaran melihat bagaimana perkembangan diskusinya," kata perempuan yang tinggal di Kota Kassel ini.

Dalam acara pembukaan  tanggal 18 Juni 2022, Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier dalam sambutanya mengatakan: "Sangat mengejutkan ketika kemungkinan tidak ada seniman Yahudi dari Israel yang terwakili di pameran seni kontemporer yang penting ini." Dia mengatakan cukup terusik "ketika perwakilan dari Dunia Selatan akhir-akhir ini lebih sering menolak untuk mengambil bagian dalam acara, konferensi, atau festival di mana orang Israel ikut serta". Steinmeier menekankan, seni memang boleh memicu perdebatan, kritik terhadap politik Israel juga diperbolehkan, "tetapi ketika kritik terhadap terhadap Israel berubah menjadi mempertanyakan eksistensinya, ada garis batas yang dilewati." Di Jerman, soal hak eksistensi Israel dan antisemitisme memang menjadi isu yang sangat sensitif, kerena sejarahnya dalam Perang Dunia Kedua, di mana rezim Nazi Hitler secara biadab membunuh 6 juta orang Yahudi yang ada di Eropa. Presiden Steinmeier mengatakan, dia sendiri beberapa minggu sebelumnya masih belum bisa memutuskan, apakah akan hadir pada pembukaan documenta atau tidak. Seni memang perlu menyulut debat, kata Steinmeier. Namun di Jerman, "pengakuan atas hak eksistensi Israel adalah dasar dan prasyarat untuk debat itu". (ap/as/hp)