1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dua Tragedi Tokoh Uighur

31 Juli 2014

Satu hari dua tragedi bagi tokoh Uighur. Imam mesjid terpenting Cina tewas dibunuh karena menentang kekerasan yang dilakukan sukunya, sementara seorang profesor terkenal Uighur terancam diadili atas tuduhan separatisme.

https://p.dw.com/p/1Cmh1
Foto: Reuters

Jume Tahir, imam mesjid kuno Id Kah di Kashgar, ditemukan tewas bermandi darah di depan kediamannya pada hari Rabu. Ia dipercaya telah ditikam sampai mati oleh seseorang yang tidak suka dengan sikapnya yang moderat, demikian dilaporkan oleh Radio Free-Asia yang berbasis di Amerika, yang mengutip sumber lokal.

Abdugheni Dolkun, direktur tim keamanan wilayah tetangga di kota Kashgar, mengatakan Tahir tewas dibunuh.

”Ia adalah seorang relijius yang patriotik, ia kehilangan nyawanya dalam sebuah pembunuhan,” kata Dolqun. ”Kini, kami sedang sibuk mengurus pemakamannya.”

Seorang saksi mengatakan, ia melihat polisi mengusir kerumuman besar yang berkumpul di dekat mesjid itu pada Rabu pagi.

“Saya melihat tubuh tergeletak di depan mesjid Id Kah dan ketika saya menanyakan kepada orang yang meninggalkan lokasi tentang keributan dan kehadiran polisi, ia mengatakan mayat itu adalah Jume Tahir,” demikian kata saksi yang tidak bersedia disebutkan identitasnya.

Laporan mengenai tewasnya imam itu muncul di tengah salah satu kerusuhan dan kekerasan paling mematikan yang terjadi di Xinjiang sejak 2009. (Baca: Hampir 100 Tewas di Xinjiang)

Tuduhan Separatisme

Dalam kasus lainnya, salah satu profesor paling terkenal yang berasal dari etnis Uighur di Xinjiang, terancam diadili atas tuduhan separatisme dalam beberapa pekan ke depan.

Otoritas Cina hari Rabu secara resmi mendakwa Ilham Tohti, seorang ekonom yang merupakan tokoh terkemuka pembela hak asasi komunitas Uighur, yang selama ini mengalami represi dari pemerintah Cina.

Polisi Beijing menangkap Tohti pada Januari lalu dan kemudian membawanya ke ibukota Xinjiang Urumqi, di mana dia dituduh mempromosikan dan mendukung kemerdekaan wilayah itu dari Cina.

Tohti telah membantah tuduhan separatisme, sebuah tuduhan serius di Cina yang bisa berujung pada hukuman mati. Partai Komunis secara ketat mengontrol pengadilan dan mereka yang diajukan ke sana biasanya dipastikan bakal dihukum.

Tohti, pengajar di Minzu University Beijing, yang punya spesialisasi dalam studi etnik minoritas, mengatakan dia tidak pernah berhubungan dengan organisasi teroris manapun atau kelompok asing dan hanya “mengandalkan pena dan kertas untuk mengajukan permintaan diplomatik” bagi hak asasi dan hak hukum bagi rakyat Uighur.

ab/hp (afp,rtr,ap)