1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Dukungan untuk Taliban Meningkat di Pakistan

Haroon Janjua
20 Juli 2021

Abdul Rasheed, seorang warga Pakistan pendukung Taliban berusia 22 tahun, tewas di Afganistan awal bulan ini. Ratusan orang menghadiri pemakamannya dengan meneriakkan slogan-slogan pro-Taliban.

https://p.dw.com/p/3wiQc
Warga Pakistan membawa bendera Taliban
Pakar menilai dugaan dukungan Islamabad kepada Taliban dapat merusak reputasi Pakistan di komunitas internasionalFoto: Asghar Achakzai/AFP/Getty Images

Baru-baru ini video warga Pakistan yang menunjukkan dukungan terhadap Taliban dalam aksi-aksi unjuk rasa beredar di sosial media. Hal ini terjadi di tengah cepatnya ekspansi Taliban jelang penarikan penuh pasukan AS dari Afganistan pada September mendatang.

Tidak hanya meneriakkan slogan-slogan Islamis, warga juga membawa bendera Taliban dalam aksinya. Selain itu, beberapa ulama di berbagai daerah juga meminta dukungan untuk Taliban Afganistan dan menyerukan pengumpulan donasi bagi mereka.

Kepada DW, banyak penduduk lokal dan saksi mata di Kota Quetta dan Distrik Pishin di provinsi Balochistan yang mengakui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas pro-Taliban di daerah mereka.

"Taliban menerima dukungan di daerah kami, tetapi aksi unjuk rasa tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari otoritas negara,” kata seorang penduduk yang tidak ingin disebutkan namanya. "Awalnya, para ulama meminta sumbangan untuk Taliban Afganistan di masjid-masjid; sekarang mereka datang dari pintu ke pintu, mengumpulkan dana untuk ‘jihad Afganistan',” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Mohsin Dawar, seorang anggota parlemen oposisi di Pakistan. Ia mengatakan bahwa "Taliban masih terus bebas berkeliaran di berbagai wilayah Pakistan, termasuk Quetta.” "Dan ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan negara.”

Merespons hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Zahid Hafeez Chuadhary, mengatakan bahwa laporan tentang aksi unjuk rasa pro-Taliban dan seruan permintaan sumbangan sebagai laporan tidak berdasar. "Tuduhan itu tidak berdasar. Tidak ada hal seperti itu yang terjadi,” katanya kepada DW.

‘Pemakaman Taliban' di Pakistan

Pengaruh Taliban di Pakistan juga mendorong para Islamis Pakistan untuk ikut berperang bersama Taliban. Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan dari mereka dilaporkan tewas saat berperang melawan pasukan Afganistan, demikian menurut sumber-sumber lokal. Pengumuman dan iklan terkait upacara peringatan bagi mereka yang tewas pun beredar di sosial media.

Seperti di pemakaman Abdul Rasheed, seorang pendukung Taliban berusia 22 tahun, yang tewas di Nangarhar, Afganistan pada awal bulan ini. Muncul laporan bahwa banyak simpatisan meneriakkan slogan-slogan pro-Taliban di pemakamannya, dan ratusan orang mendatangi keluarganya untuk memberi selamat atas "kemartiran” Rasheed.

Menurut Michael Kugelmen, Wakil Direktur dan Senior Associate untuk Asia Selatan di Wilson Center yang berbasis di Washington, pengaruh Pakistan atas Taliban diperoleh bukan hanya karena tempat perlindungan yang diberikan kepada para pemimpin kelompok itu, tetapi juga melalui fasilitas medis yang disediakan bagi para milisi Taliban serta bantuan bagi keluarga mereka.

"Islamabad sebelumnya menyatakan bahwa hubungannya dengan Taliban menempatkan mereka dalam posisi yang bagus untuk memfasilitasi pembicaraan antara pemberontak dan AS, dan baru-baru ini dengan otoritas Afganistan. Namun, ketika mereka mengatakan pengaruhnya terbatas, ini tampaknya bertentangan dengan pesan mereka sendiri,” katanya kepada DW. "Ada dukungan publik untuk Taliban di Pakistan dan selama bertahun-tahun warga Pakistan masih menjadi pejuang sukarela bagi mereka,” tambahnya.

"Kontradiksi kebijakan strategis”

Menurut Amber Rahim Shamsi, seorang jurnalis senior dan analis politik, aksi unjuk rasa pro-Taliban di Pakistan menunjukkan dua hal: "ketidakmampuan negara dan keengganan untuk melawan ekstremisme kekerasan sebagai tindak lanjut usai operasi militer.” "Pemerintah belum berbuat banyak untuk kelompok ekstremis karena kontradiksi politik dan strategi,” ujarnya kepada DW.

"Ini adalah sebuah kontradiksi bahwa pihak berwenang kerap mengatakan satu hal kepada komunitas internasional, tetapi di lapangan kenyataannya berbeda,” jelas Shamsi. "Benar bahwa campur tangan politik komunitas internasional telah memberikan legitimasi kepada Taliban, tapi Pakistan pada akhirnya harus menanggung dampak dari memburuknya situasi di Afganistan,” tambahnya.

Dalam kesempatan terpisah, Qamar Cheema, seorang analis politik mengatakan bahwa aksi unjuk rasa pro-Taliban sebagai "pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.” "Di saat yang bersamaan, hal itu juga menunjukkan dukungan terhadap ideologi Taliban di masyarakat Pakistan. Dan pihak berwenang telah gagal melawan narasi mereka,” ujarnya.

Sementara itu, analis Kugelman juga berbagi pandangan yang sama tentang dukungan yang dinikmati Taliban dari masyarakat Pakistan.

"Banyak orang Pakistan melihat kelompok itu sebagai alternatif yang lebih baik untuk pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, terutama karena persepsi bahwa mereka akan melayani kepentingan Pakistan di Afganistan dengan lebih baik,” katanya. "Jadi, jika memang ada demonstrasi di Pakistan yang mengadvokasi kepentingan Taliban Afganistan, hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan,” tambahnya.

‘Pemerintah melakukan pengawasan'

Lebih jauh, analis politik Rahimullah Yusufzai mengatakan kepada DW bahwa orang Pakistan tidak mungkin bergabung dengan pasukan Taliban Afganistan, setidaknya tidak dalam jumlah besar seperti yang mereka lakukan selama perang melawan Uni Soviet dari 1979-1989.

"Saat ini situasinya jauh berbeda karena pemerintah melakukan pengawasan dengan cermat. Mereka tidak akan membiarkan orang menyeberang ke Afganistan dan berperang untuk Taliban,” kata Yusufzai.

"Meski begitu, di daaerah terpencil dekat perbatasan Afganistan, orang-orang mungkin masih bisa pergi untuk berperang dan mengumpulkan sumbangan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa beberapa mahasiswa Afganistan yang belajar di seminari Pakistan mungkin akan mendukung Taliban dan pergi ke Afganistan.

"Mereka dapat melihat kemenangan Taliban dan situasinya menguntungkan bagi mereka,” tambahnya.

Sementara itu, seorang analis yang berbasis di Peshawar, Samina Afridi, meyakini bahwa dukungan untuk Taliban Afganistan telah berkurang.

"Memang ada banyak kantong-kantong dukungan untuk Taliban Afganistan di Waziristan Utara dan Selatan, tetapi kebanyakan warga di bagian lain provinsi Khyber Pakhtunkhwa justru menginginkan sekolah, rumah sakit, jalan dan infrastruktur, bukan militansi, baik dari Taliban Afganistan atau kelompok lain,” ujarnya kepada DW.

Sementara terkait para ulama yang diduga mulai merekrut atau mengumpulkan sumbangan, Afridi mengatakan bahwa tindakan seperti itu akan ditentang keras organisasi akar rumput anti-perang seperti Gerakan Pashtun Tahafuz.

gtp/ha

Laporan tambahan oleh S. Khan, koresponden DW di Islamabad.