1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Cina Akan Naik 2 Persen, Tapi Ekonomi Asia Pasifik Terpukul

29 September 2020

Bank Dunia memprediksikan "guncangan tiga rangkap" pandemi Covid-19 bagi perekonomian di Asia dan Pasifik. Kegiatan ekonomi sudah akan bangkit kembali di Cina, tapi di kawasan lain ada ancaman jangka panjang.

https://p.dw.com/p/3j8gE
Virus Outbreak China Economy
Foto: picture-alliance/AP Images/Ng Han Guan

Dalam laporan terbarunya yang dirilis Senin (28/09) di Washington, Bank Dunia mengatakan diperlukan tindakan cepat untuk memastikan bahwa pandemi Covid-19 tidak menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di tahun-tahun mendatang.

Laporan berjudul "Dari Peredaman Menuju Pemulihan" itu disebutkan, Covid-19 telah menyebabkan "guncangan tiga rangkap" di kawasan Asia Timur dan Pasifik, yaitu pandemi itu sendiri, dampak ekonomi dari tindakan pembatasan, dan gema dari resesi global yang diakibatkan krisis corona.

Ekonomi kawasan Asia Pasifik akan sangat bergantung pada perkembangan di bagian dunia lainnya, sementara permintaan global akan tetap lemah. Bank Dunia secara keseluruhan memprediksikan pertumbuhan 0,9 persen pada tahun 2020 untuk kawasan, tingkat terendah sejak 1967.

Perekonomian Cina diperkirakan mulai pulih dan akan tumbuh sampai 2,0 persen pada tahun 2020 - didorong oleh pengeluaran pemerintah, ekspor yang kuat, dan tingkat penyebaran Covid-19 yang berhasil ditekan rendah sejak Maret lalu. Sedangkan kawasan Asia Pasifik lain akan melihat penurunan ekonomi sampai 3,5 persen.

Robot layanan digital di restoran di Cina
Peluang ekonomi selama pandemi ada di sektor layanan digital, kata Bank DuniaFoto: picture-alliance/Photoshot/Z. Xiaoyu

Selain Cina, prospek ekonomi masih buruk

Prospek kawasan ini diperkirakan lebih cerah di tahun 2021, dengan pertumbuhan mencapai 7,9 persen di Cina dan dan 5,1 persen di kawasan lainnya, berdasarkan asumsi bahwa pemulihan normalisasi aktivitas ekonomi di negara-negara industri besar akan berlanjut, terutama dengan kemungkinan adanya vaksin corona.

Namun bagi beberapa negara kepulauan di Pasifik, prospek ekonomi tetap sangat buruk, dengan perkembangan ekonomi tahun 2021 di bawah 10 persen dari tingkat sebelum krisis.

Kemiskinan di Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan meningkat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir. Sekitar 38 juta orang diperkirakan akan tetap berada atau didorong kembali ke dalam kemiskinan akibat pandemi.

Menurut Bank Dunia, pemerintahan di kawasan ini rata-rata berkomitmen menyalurkan hampir 5 persen dari PDB mereka untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat, mendukung rumah tangga, dan membantu perusahaan menghindari kebangkrutan. Namun, beberapa negara mengalami kesulitan untuk meningkatkan program perlindungan sosial mereka yang terbatas, apalagi sebelumnya mereka hanya membelanjakan kurang dari 1 persen dari PDB untuk sektor sosial.

“Covid-19 tidak hanya menyerang kaum miskin paling keras, tetapi juga menciptakan 'orang miskin baru.' Kawasan ini dihadapkan pada serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan pemerintah menghadapi pilihan sulit,” kata Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik. "Tetapi ada pilihan kebijakan cerdas yang tersedia yang dapat mengurangi penderitaan ini - seperti berinvestasi dalam kapasitas pengujian dan penelusuran, dan memperluas perlindungan sosial agar mencakup warga miskin dan sektor informal."

Perlu penanganan tepat

Laporan Bank Dunia memperingatkan, tanpa tindakan tepat di berbagai bidang, pandemi dapat mengurangi pertumbuhan regional selama dekade berikutnya, dengan dampak terbesar dirasakan oleh rumah tangga miskin, karena tingkat akses yang lebih rendah ke perawatan kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan keuangan.

Hutang publik dan swasta, bersama dengan memburuknya neraca bank dan meningkatnya ketidakpastian, menimbulkan risiko bagi investasi dan stabilitas ekonomi, saat kawasan Asia Pasifik justru sangat membutuhkan keduanya, kata Bank Dunia. Defisit fiskal yang besar diperkirakan akan terjadi dan meningkatkan utang pemerintah rata-rata sebesar 7 persen dari PDB pada tahun 2020. Di beberapa negara, stok hutang yang belum dibayar mungkin sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan membutuhkan dukungan eksternal yang lebih besar.

Pada saat yang sama, krisis mempercepat tren perdagangan yang sudah ada sebelumnya, termasuk regionalisasi, relokasi beberapa rantai pasokan dari Cina, dan pertumbuhan yang lebih cepat dalam layanan digital.

"Banyak negara telah berhasil mengatasi penyakit dan memberikan bantuan, tetapi mereka akan berjuang untuk pulih dan tumbuh. Prioritasnya sekarang adalah sekolah yang aman untuk melestarikan sumber daya manusia; memperluas basis pajak yang sempit untuk menghindari pemotongan investasi publik, dan reformasi sektor layanan untuk memanfaatkan peluang digital yang muncul," kata Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom untuk Asia Timur dan Pasifik di Bank Dunia.

hp/rap (rtr, ap)