1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eks Anak Emas PKC Segera Diadili

25 Juli 2013

Bo Xilai yang pernah digadang-gadang sebagai calon pemimpin masa depan, kini menghadapi dakwaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, skandal yang memperlihatkan perpecahan internal di elit Partai Komunis Cina.

https://p.dw.com/p/19E2T
Foto: Reuters

Bo Xilai, bekas ketua partai di provinsi barat daya kota Chongqing, akan menjadi pejabat partai Komunis tertinggi yang diadili selama beberapa dekade terakhir.

Ia sudah tak pernah terlihat lagi di muka umum sejak ditahan menyusul kasus pembunuhan pengusaha Inggris oleh istrinya yang memicu kontroversi besar di negara itu, lebih dari satu tahun lalu.

“Kertas surat dakwaan telah dikirim“ ke pengadilan di Jinan, kata kantor berita milik pemerintah Xinhua, mengutip jaksa penuntut di kota sebelah timur provinsi Shandong.

Tuduhan korupsi ekstrim

Bo “memanfaatkan posisinya dengan memperkaya orang lain dan menerima uang dan properti dalam jumlah yang luar biasa besar“, kata laporan itu mengutip surat dakwaan.

Sumber yang mengetahui langsung kasus ini, tapi tidak bersedia disebutkan namanya, mengatakan bahwa pengadilan bisa dimulai pada pertengahan Agustus.

Belum ada tanda peningkatan pengamanan di luar pengadilan Jinan, di mana persidangan nanti akan digelar.

Berita mengenai proses pengadilan itu muncul saat partai komunis mencoba perlihatkan keseriusan mereka dalam memberantas praktik korupsi dan pemborosan di kalangan pemerintahan.

Konflik internal

Mereka juga harus mengelola perpecahan politik yang terungkap lewat kejatuhan Bo, yang dulunya salah seorang dari 25 anggota Politbiro partai Komunis.

Keputusan untuk menggulingkan seorang pejabat setinggi itu, membutuhkan negosiasi keras diantara para elit partai, di balik layar.

Persidangan akan menjadi langkah akhir yang lebih mudah setelah pekerjaan sulit meredakan semua reaksi dari para pendukung Bo, kata David Goodman, seorang ahli Cina di University of Sydney.

Menahan proses saat ini juga akan memungkinkan para pemimpin untuk menarik garis dari skandal, menjelang pleno kunci Partai Komunis yang diharapkan bakal digelar pada musim gugur.

“Secara politik logis untuk melakukannya sebelum pleno Oktober, supaya terlihat rapi,” kata Goodman sambil menambahkan bahwa pengadilan kemungkinan akan “ditangani” dengan cara yang prosedural dan membosankan, dengan hanya drama sekecil mungkin.

Media milik pemerintah mengajak masyarakat mendukung proses pengadilan. Xinhua menyerukan kepada masyarakat untuk “mengakui wajah buruk” para pejabat yang “mencari keuntungan pribadi” dan kepada pemerintah lokal untuk “membela otoritas” kepemimpinan Beijing.

“Sejarah Cina berulangkali membuktikan bahwa stabilitas dan keamanan Negara hanya bisa dipastikan ketika kewenangan pusat dipertahankan,“ kata kantor berita tersebut.

Skandal ini merebak tahun lalu, menjelang transisi kepemimpinan yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali, di mana Bo dianggap sebagai salah seorang kandidat untuk Komite Tetap Politbiro-- sebuah badan yang sangat berkuasa di negeri itu.

Faksi Kiri

Kejatuhannya, dipicu setelah kepala polisi dan tangan kanannya Wang Lijun melarikan diri ke konsulat Amerika di kota Chengdu dekat Chongqing, diduga untuk meminta suaka. Bo, ditangkap satu bulan kemudian.

Selama ini, ia telah mengembangkan citra publik yang luar biasa populis dan memimpin kampanye terkenal anti mafia, yang mengakibatkan sejumlah penangkapan meski juga ada dugaan mengenai praktik penyiksaan terhadap para tersangka.

Bo juga menghidupkan kembali beberapa unsur budaya Partai Komunis tahun 1960-an sebagai bagian dari kampanye “Nyanyian Merah” yang melibatkan demonstrasi besar-besaran, yang membuat orang membandingkannya dengan periode penuh gejolak di masa Revolusi Kebudayaan.

Pendekatannya mendapatkan dukungan populer tapi mengakibatkan perpecahan diantata para pemimpin tinggi, beberapa diantaranya merasa cemas dengan kecenderungan Kiri-nya.

ab/ek (afp,dpa,ap)