1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eksodus Intelektual Rusia

7 Juni 2013

Bekas raja catur dunia sekaligus pembangkang Kremlin Garry Kasparov memilih tidak pulang ke Rusia karena khawatir akan diadili. Sebelumnya ekonom terkenal Sergei Guriyev juga melakukan hal yang sama.

https://p.dw.com/p/18lAA
Foto: AFP/Getty Images

Kasparov mengatakan di Swiss bahwa ia tidak akan kembali ke Moskow untuk sementara waktu karena cemas bahwa ia akan diselidiki atas perannya dalam protes menentang Presiden Vladimir Putin beberapa bulan terakhir.

Pernyataan ini muncul setelah tokoh ekonom liberal terkenal Sergei Guriyev mengundurkan diri dari sejumlah jabatan dan tiba-tiba meninggalkan negaranya menuju ke Prancis bulan lalu karena takut ditangkap setelah ia sempat diperiksa oleh para penyelidik.

Kepergian ekonom itu meningkatkan kekhawatiran akan adanya sebuah gelombang eksodus baru dari para elit intelektual Rusia di era Putin ini, sebagaimana yang pernah terjadi pada era Uni Soviet yang kehilangan sejumlah pemikir paling gemilang pada masa itu.

Diselidiki Pemerintah

“Saya sedang bolak-balik bepergian sampai akhir Februari, ketika kemudian menjadi jelas bahwa saya kemungkinan akan menjadi bagian dari penyelidikan yang sedang dilakukan, terkait kegiatan para demonstran politik,” tambah Kasparov dalam konferensi pers di Jenewa.

“Saat ini, saya sangat ragu bahwa jika saya kembali ke Moskow, maka saya tidak akan bisa bepergian lagi. Jadi untuk saat ini, saya menahan diri tidak kembali ke Rusia,” kata Kasparov.

Legenda catur itu beberapa tahun belakangan menjadi seorang aktivis terdepan dan ikut ambil bagian dari sejumlah protes massal kelompok oposisi di jalanan menentang kekuasaan Putin.

Ivan Tyutrin, seorang aktivis ternama dari Front Rakyat Bersatu yang dipimpin Kasparov mengatakan bahwa para penyelidik ingin menanyai Kasparov atas perannya dalam demonstrasi Mei 2012 pada malam pelantikan Putin.

Kasparov pada April lalu menolak spekulasi akan meninggalkan negaranya, dan mengatakan “Rusia adalah satu-satunya negara di dunia yang saya anggap sebagai rumah saya“.

Pengumuman yang ia sampaikan bahwa tidak akan kembali ke Rusia telah menimbulkan gelombang komentar di jejaring sosial, dengan sejumlah blogger menuduh Kasparov telah mengabaikan tanah airnya.

Tapi Kasparov membalas dengan pernyataan lain, dan menyatakan di halaman Facebooknya bahwa: “Rusia adalah tetap rumah saya bahkan jika saya tidak bisa tinggal di sana”.

“Tolong janganlah ada seorangpun yang meragukan komitmen saya untuk menciptakan Rusia yang kuat dan bebas, atau meragukan sedetikpun bahwa saya sedang bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan itu,” tulis Kasparov.

Meski meraih prestasi mengagumkan ketika mendominasi dunia catur pada tahun 1980 sampai 1990an, tapi Kasparov tidak pernah bisa memenangkan hati sejumlah kelompok di Rusia yang curiga karena bekas raja catur itu sering menghilang ke luar negeri.

Eksodus Intelektual

Kaburnya para penulis pembangkang, seniman, olahragawan dan ilmuwan adalah semcam kutukan bagi Uni Soviet sejak revolusi Bolshevik, karena banyak orang terbaik negeri itu memilih mengejar karir dan kebebasan di luar negaranya.

Negara itu kehilangan tokoh penting dalam sejarah yang tidak terhitung jumlahnya termasuk novelis Vladimir Nabokov, penyair Joseph Brodsky dan penari Mikhail Baryshnikov yang semuanya meraih sukses besar di Amerika Serikat.

Kepergian Guriyev, yang memimpin Sekolah Ekonomi Rusia dan selama ini dikagumi di dunia, disambut dengan kecemasan dan keprihatinan bahkan dari beberapa tokoh yang dekat dengan Kremlin.

"Jika Sergei Guriyev tidak kembali ke Rusia, maka ini akan merusak ekonomi dan masyarakat sipil Rusia,” kata bekas menteri keuangan Alexei Kudrin yang hingga kini masih tetap dekat dengan Putin.

Kepala bank terbesar milik pemerintah Rusia Sberbank, mengatakan bahwa adalah sesuatu yang buruk ketika seorang ekonom sekelas Guriyev meninggalkan Rusia. ”Saya sangat berharap bahwa kita tidak kehilangan dia”.

Dalam komentarnya di Jenewa, Kasparov memperkirakan bahwa situasi akan berubah sehingga memungkinkan ia kembali ke Rusia.

“Kabar baiknya adalah bahwa peristiwa terbaru beberapa tahun terakhir membuktikan bahwa para diktator juga bisa jatuh dalam waktu singkat jika sudah tidak disukai rakyatnya.“

“Jika ada diktator yang berpikir bahwa ia bisa menghindari nasib ini, maka saya yakin ia betul-betul salah,” pungkas Kasparov.

ab/ap (afp/dpa/ap)