1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Qatar Ingin Mengubah Citranya

Anne Almeling17 September 2014

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani berkunjung ke Jerman untuk menggalakkan investasi. Qatar negara kaya, tapi sering disebut-sebut mendukung kelompok terror seperti ISIS.

https://p.dw.com/p/1DDjv
Foto: picture-alliance/dpa

Emir baru Qatar dipersiapkan selama sepuluh tahun untuk meneruskan tahta ayahnya. Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani antara lain mengikuti pendidikan akademi militer Inggris di Sandhurst. Tahun lalu, ia mengambil alih kepemimpinan Emirat Qatar dari ayahnya dalam usia 34 tahun, dan menjadi harapan baru bagi generasi muda negaranya.

Tamim menguasai dana besar dengan kekayaan minyak Qatar. Pendapatan per kapita di negaranya tahun 2013 mencapai hampir 100.000 US$, bandingkan dengan Indonesia yang tidak sampai 4.000 US$.

Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar sedang berusaha mengubah citranya. Negara ini memang sering disebut-sebut sebagai pemberi dana untuk kelompok-kelompok teror seperti jaringan Al Qaeda dan ISIS.

Tapi Qatar sekarang berusaha melakukan berbagai langkah diplomasi untuk keluar dari citra buruk itu. Selain ikut menengahi konflik-konflik regional di Timur Tengah, Qatar mencoba bergabung dengan negara-negara barat dan menyelaraskan politiknya.

Awal minggu ini dalam konferensi internasional di Perancis, Qatar menjadi salah satu dari 10 negara Arab yang mendukung perang terhadap kelompok teror ISIS di Irak dan Suriah.

Dana besar untuk investasi

Kunjungan Sheikh Tamim ke Jerman terutama untuk menggalakkan investasi. Selama tahun-tahun terakhir, Qatar mulai melakukan investasi di Jerman dalam beberapa industri penting. Antara lain dengan membeli saham pabrikan mobil Volkswagen (15,6 persen) dan perusahaan konstruksi Hochtief (10 persen).

Qatar juga membeli saham perusahaan raksasa Jerman Siemens dan bank terbesar Jerman Deutsche Bank. Pertemuan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel hari Rabu (17/08) di Berlin terutama akan membahas peningkatan hubungan bilateral antara kedua negara.

Para pemimpin di Qatar menyadari, sumber minyak tidak selamanya bisa diandalkan dan suatu saat akan habis. Itu sebabnya Qatar mulai merancang diversifikasi sumber ekonomi dengan strategi jangka panjang.

Ayah Tamim, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, mulai merintis strategi baru itu. Selama berkuasa dari 1995 sampai 2013, ia berhasil menaikkan produk domestik brutto sampai tujuh kali lipat. Ia juga menyadari, kekuatan ekonomi saja tidak cukup. Qatar mulai bergabung dengan organisasi-organisasi internasional dan menyelenggarakan berbagai konferensi dunia, sambil mengundang perusahaan-perusahaan media berinvestasi.

Tapi para pemimpin Qatar juga sering mendukung gerakan-gerakan Islam yang dianggap terlalu konservatif dan radikal, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Ambisi besar

Sebagai pemimpin muda, Sheikh Tamim ingin mengubah citra negaranya menjadi negara yang moderat dan ramah. Baru-baru ini, Qatar meminta para pemimpin Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang tinggal di sana agar meninggalkan negara itu.

Qatar juga menyatakan akan menghentikan penyaluran dana dari warganya yang kaya untuk kelompok-kelompok teror. Dalam pembicaraan dengan Kanselir Merkel di Berlin, akan dibahas situasi aktual di Irak dan Suriah.

Salah satu hal yang sering jadi sorotan adalah persiapan Piala Dunia tahun 2022. Qatar dituduh memperlakukan buruh murah dari Asia dengan tidak layak dan tidak memberi upah yang wajar.