1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Empat Aktivis Terima Nobel Alternatif 2009

14 Oktober 2009

Right Livelihood Award, juga disebut Nobel Alternatif, diberikan untuk usaha melindungi hutan tropis Kongo, menumbuhkan kepedulian bagi perubahan iklim, menentang senjata nuklir dan memperjuangkan kesehatan perempuan.

https://p.dw.com/p/K5xi
Jakob von Uexkull, pendiri dan direktur Yayasan Right Livelihood AwardFoto: AP

Alyn Ware dari Selandia Baru, Rene Ngongo dari Republik Demokratik Kongo dan Catherine Hamlin, ginekolog Australia, berbagi penghargaan Nobel Alternatif dengan David Suzuki dari Kanada. Ware, Ngongo dan Hamlin masing-masing menerima uang tunai 50.000 Euro, sekitar 700 juta Rupiah. Sementara Suzuki memperoleh penghargaan kehormatan.

Direktur Yayasan Right Livelihood Award, Ole von Uexkull, mengatakan, topik yang menonjol tahun 2009 ini adalah usaha bertahan hidup. Seruan untuk membangunkan masyarakat guna menyelamatkan masa depan bersama. David Suzuki yang terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan adalah pionir dalam penelitian iklim. Ia sudah 30 tahun memandu acara lingkungan di televisi Kanada.

Uexkull mengatakan, dengan acara televisi yang sukses itu, Suzuki, "Selalu menginformasikan masalah genting yang dihadapi iklim kepada masyarakat Kanada secara blak-blakan dan menegaskan bahwa politisi dan masyarakat di belahan utara bumi masih harus berbuat banyak untuk menangani perubahan iklim. Juga menyangkut perubahan gaya hidup, yang oleh publik tidak suka disinggung-singgung."

Berjuang melawan arus juga dilakukan aktivis lingkungan René Ngongo dalam melindungi hutan tropis di Republik Demokratik Kongo yang berkurang secara drastis setiap tahunnya. Pendukung Ngongo sedikit, tapi lawan yang ia hadapi banyak. Mulai dari perusahaan internasional, politisi Kongo hingga kelompok pemberontak, yang menikmati keuntungan dari penggundulan hutan.

Ngongo mengatakan, "Berbagai pihak bertanggungjawab atas penghancuran hutan di Kongo. Perusahaan-perusahaan besar menancapkan kuku di sini. Mereka masuk jauh ke dalam hutan, membangun jalan, bahkan jalan bebas hambatan, untuk mengangkut kayu. Dengan begitu, hutan juga terbuka bagi masyarakat yang menebang pohon untuk membuka ladang baru atau memperluasnya.“

Hutan tropis di Kongo adalah yang terbesar kedua setelah Amazon. Barang siapa ingin menghindari bencana kekeringan, banjir dan peningkatan suhu bumi, harus terlebih dulu menghentikan penggundulan hutan, tandas Ngongo.

Catherine Hamlin, ginekolog Australia berusia 85 tahun yang hidup dan bekerja di Ethiopia selama 50 tahun terakhir, dianugerahi penghargaan Nobel Alternatif karena mengobati pasien obstetric fistula.

Obstetri fistula adalah kondisi yang disebabkan terutama oleh kesulitan dalam melahirkan. Masalah ini menghilang di Barat ketika operasi caesar dipraktikkan secara luas, tetapi masih menyulitkan lebih dari dua juta perempuan di negara-negara miskin. Dalam banyak kasus, bayi tak dapat diselamatkan sementara sang ibu menderita luka dalam yang parah. Menurut para juri, Catherine Hamlin telah mengembalikan kesehatan, harapan dan martabat ribuan kaum perempuan yang miskin dan terpinggirkan di Afrika.

Alyn Ware dari Selandia Baru dipuji para juri sebagai salah satu pejuang perdamaian paling efektif di dunia. Ia mengkonsep panduan belajar perdamaian yang menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Selandia Baru. Tahun 2002, Ware ikut mendirikan organisasi Parlementer bagi Non-proliferasi dan Perlucutan Senjata Nuklir.

Penghargaan Right Livelihood, juga dikenal sebagai Nobel Alternatif, diciptakan tahun 1980 oleh Jakob von Uexkull, warga Swedia-Jerman, untuk menghargai dan mendukung mereka yang menawarkan jawaban praktis dan patut dicontoh bagi tantangan paling genting yang dihadapi dunia masa kini. Penghargaan yang tak ada hubungannya dengan Nobel yang diberikan industriawan Swedia Alfred Nobel, akan diserahkan dalam upacara di Parlemen Swedia, tanggal 4 Desember.

RP/AP/afp/dpa