1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Travel

Lion Air JT 610 Rusak Empat Kali Sebelum Alami Kecelakaan

6 November 2018

Alat penunjuk kecepatan Boeing Co 737 MAX sudah empat kali rusak sebelum akhirnya mengalami kecelakaan, demikian data temuan kotak hitam. Apakah artinya Lion Air JT 610 jatuh akibat masalah teknis atau perawatan?

https://p.dw.com/p/37iqk
BdTD Indonesien Turbine Flug JT610
Foto: Reuters/Antara Foto

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 mengalami masalah dengan alat penunjuk kecepatan. Masalah itu sudah terjadi dalam empat penerbangan terakhir.

"Pada 4 penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, airspeed indicator," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers seperti dikutip dari Reuters. 

Informasi tersebut disimpulkan berdasarkan Flight Data Recorder (FDR) dari black box yang telah diunduh dan memperlihatkan data penerbangan sebelumnya. Tapi KNKT tidak dapat segera menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan Lion Air JT 610 yang menewaskan 189 orang tersebut adalah karena masalah teknis atau perawatan.

"Kami belum tahu di mana letak masalahnya, perbaikan apa yang telah dilakukan, apa buku referensi mereka, komponen apa yang telah dihapus," ungkap Kapten Nurcahyo Utomo, Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT sambil menambahkan, "Ini adalah hal-hal yang kami coba cari tahu: apa kerusakannya dan bagaimana itu diperbaiki."

Kerusakan ini belum pernah terjadi

Tim ahli dari Boeing dan National Transportation Safety Board (NTSB) dan Federal Aviation Administration (FAA) telah berada di Indonesia atas permintaan pemerintah. Bersama KNKT, mereka sedang melakukan investigasi atas Boeing 737 MAX 8 khususnya terkait masalah kecepatan. Hasil investigasi ini akan menjadi rujukan sebab insiden terkait masalah kecepatan pada pesawat Boeing 737 Max 8 baru kali ini terjadi. Saat ini ada sekitar 219 pesawat Boeing 737 Max 8 yang beroperasi di seluruh dunia dan ada sekitar 4.564 pesanan yang telah disiapkan. 

"Setiap tindakan yang akan diambil  oleh FAA terkait insiden tersebut harus menunggu sampai kami mendapat temuan, sampai kami memiliki informasi,” ungkap Dan Elwell, perwakilan FAA di Washington.

Sumber yang tidak mau disebut namanya menyebutkan bahwa FAA – yang merupakan bagian dari Departemen Transportasi AS yang bertanggung jawab untuk pengawasan penerbangan sipil - mengaku tidak pernah mendapat laporan tentang permasalahan penunjuk kecepatan pesawat di AS. 

Pencarian Black Box Lion Air Dilanjutkan, Bagian Utama Diangkat

Terlalu cepat

Pesawat Boeing 737 MAX dikenal sebagai tipe pesawat Boeing yang lebih hemat bahan bakar baru dipergunakan sejak tahun lalu untuk melayani penerbangan sipil.  Pakar Keamanan Transportasi Jerman, Prof. Dr Elmar Giemulla baru-baru ini mengungkapkan kepada DW Indonesia, kecelakaan yang terjadi tak lama setelah lepas landas biasanya tidak disebabkan oleh pemeliharaan. Berdasarkan investigasi kecelakaan serupa di Laut Karibia, terungkap penyebabnya juga terkait masalah indikator kecepatan pesawat. 

"Setelah diselidiki ternyata ada permasalahan di tabung pitot yang menghubungkan indikator kecepatan pesawat." kata Prof. Dr Elmar Giemulla. "Jadi kalau tabung ini terblokir, bisa jadi oleh es...atau oleh kelembaban, atau adanya serangga yang masuk ke dalam tabung, maka indikator kecepatan tidak bisa bekerja dengan selayaknya dan ini membingungkan pilot."

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyebutkan berdasarkan temuan puing pesawat yang tersebar relatif berdekatan, maka diketahui bahwa mesin pesawat masih hidup ketika menghantam air. 

"Pesawat itu utuh ketika jatuh ke laut, tidak meledak di udara, dan mesin ini menyentuh air dalam keadaan hidup, dan mesin pesawat dalam keadaan hidup ketika menyentuh air dengan kecepatan yang cukup tinggi,” ungkap  Soerjanto Tjahjono seperti dikutip dari AP.

Sejumlah pengamat penerbangan menyebutkan terlalu dini untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat yang terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang tersebut, tanpa mengetahui apa yang terjadi di cokcpit. Pencarian Kotak hitam yang menyimpan Cockpit Voice Recorder (CVR) pun masih dilakukan. Hingga kini proses pencarian CVR masih dilakukan dengan melibatkan bantuan alat dari sejumlah negara, terutama Australia yang berpengalaman mencari pesawat MH-370
ts/hp (Reuters, AP)