1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Epidemi Pada Komputer

Maria Lesser24 September 2014

Dulu, penyakit tersebar secara geografis. Namun dengan semakin tingginya mobilitas, penyebaran penyakit tak terbendung lagi oleh letak geografis. Sebuah model dikembangkan untuk memprediksis penyebarannya.

https://p.dw.com/p/1DJgg
Foto: DW/A. Kriesch

Dulu, penyakit tersebar secara geografis. Namun dengan semakin tingginya mobilitas, penyebaran penyakit tak terbendung lagi oleh letak geografis. Sebuah model dikembangkan untuk memprediksi penyebarannya.

Bagaimana penyakit menyebar? Bagi pakar komputer, Dirk Brockmann pertanyaan ini dapat dijawab dengan mengingat masa lalu: "Dulu penyakit menular penyebarannya secara geografis, karena tidak banyak orang bepergian. Kini sangat berbeda. Banyak orang melakukan perjalanan panjang, serta banyak orang bepergian lewat lalu lintas udara. Itu sebabnya gambaran penyebaran penyakit saat ini, jika Anda perhatikan… Benar-benar berbeda. "

Bakteri ikut terbang

Bakteri patogen ikut bepergian dengan tiga setengah miliar penumpang di bandara-bandara dunia setiap tahunnya. Secara geografis, lokasi mereka mungkin saling berjauhan, namun koneksi penerbangan membuat semuanya mudah terjangkau dan bersama-sama bergerak lebih dekat. Dirk Brockmann menjelaskan:
"Berdasarkan hal itu, kami mengembangkan sebuah model yang dapat menggambarkan bagaimana penularan penyakit baru menyebar di dunia, lewat jaringan penerbangan ini, dan karenanya dapat diprediksi. Ketika misalnya, infeksi terjadi di satu tempat, maka Anda bisa tahu lokasi wabahnya."

Dalam kasus flu babi pada tahun 2009, wabahnya di Meksiko, peneliti dapat melihat bagaimana patogen tersebar. Peneliti menunjukkan, karena koneksi penerbangan, lokasi di dunia seolah bergerak mendekat. Ini juga menunjukkan bahwa epidemi saat ini menyebar secara bergelombang.

Para ilmuwan sekarang telah mengembangkan model prediksi untuk Ebola.
Hal ini memungkinkan perkiraan "probabilitas pergerakannya" dari Afrika Barat. Kembali Dirk Brockmann : "Harus ada sekitar 100 orang yang terinfeksi Ebola naik ke pesawat, supaya satu di antaranya mendarat di Jerman. Jadi risikonya relatif satu persen. Di Perancis, risikonya relatif 10 kali lebih tinggi."

Alasannya adalah sebagian besar penerbangan misalnya dari Guinea terbang ke Paris. Karena itu Perancis lebih berisiko daripada Jerman.

Banyak pertanyaan

Saat ini, para peneliti mendapat pertanyaan dari berbagai negara yang ingin tahu apakah mereka perlu bersiap untuk kasus Ebola: "Ada banyak permintaan dari orang-orang yang ingin tahu seberapa tinggi risiko penyebarannya ke Afrika Selatan, karena jumlah wisatawannya anjlok akibat Ebola. Tapi ternyata risiko perpindahannya relatif rendah di Afrika Selatan. Bahkan malah lebih rendah daripada Perancis, misalnya. Dan kita memiliki angkanya, di mana sebelumnya hanya berdasarkan intuisi dan instink. "

Dengan modelnya, Dirk Brockmann juga bisa mengetahui, apa yang terjadi ketika salah satu epidemi terjadi dalam penerbangan, sehingga penyebarannya bisa dihentikan secara efektif.