1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eropa Kerja Keras Merayu Asia

Ruthm Krause5 November 2012

Sejumlah isu diperkirakan akan menjadi topik utama pertemuan Uni Eropa dengan mitranya di Asia dalam pertemuan ASEM. Dalam pertemuan ini, Eropa harus kerja keras melobi Asia yang semakin strategis di mata barat.

https://p.dw.com/p/16d2S
Foto: Reuters

27 negara Uni Eropa bertemu dengan 5 partnernya di Asia dalam pertemuan Pertemuan Asia-Eropa ASEM dari tanggal 5 sampai 6 November.

Kerjasama ekonomi, perang melawan terorisme, senjata pemusnah massal, energi dan keamanan pangan. Semua itu ada dalam agenda. Motto pertemuan itu “Sahabat untuk Perdamaian, Partner untuk Kesejehteraan.“ Meski sejumlah isu yang mendominasi pertemuan itu terkait dampak dari krisis euro.

Konsekuensi Krisis Euro

Kerjasama antara negara-negara Asia dan Eropa secara ekonomi signifikan. Pada awal pertengahan tahun 2012, ke-27 negara Uni Eropa mengekspor 31 % barang-barang yang mereka produksi lewat kerjasama negara-negara yang tergabung dalam ASEM. Impor mereka bahkan lebih tinggi: 43 % impor mereka datang dari negara-negara yang menurut catatan Uni Eropa merupakan negara anggota ASEM.

Krisis euro karenanya menimbulkan kecemasan. Shada Islam, seorang ahli masalah Asia dan merupakan anggota lembaga penelitian “Para Sahabat Eropa” mengatakan bahwa negara-negara Asia sangat prihatin. ”Masalah di zona euro membuat masalah menjadi sulit dan negara-negara Asia khawatir terkena dampak.“ Meski pertumbuhan saat ini baik, namun kecemasan itu tetap ada. Cameron Fraser dari Pusat Asia untuk Uni Eropa di Brussels dengan ringkas menyebut: “Para pemimpin Asia akan bertanya kepada Eropa: kapan anda akan menciptakan ketertiban di rumah?“

Pertahankan Peran di Asia

Secara umum, Eropa harus berjuang untuk tetap memainkan peran penting, kata Shada Islam “Kita harus realistis. Eropa tidak lagi menjadi prioritas utama bagi Asia. Orientasi Asia kini bertambah sangat kuat ke Amerika dan ke diri sendiri. Itu membuat Asia menjadi bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Itulah sebabnya kenapa Eropa harus bekerja sangat keras.“

Martin Schäfer, juru bicara untuk Kantor Luar Negeri Uni Eropa kepada DW mengatakan bahwa Eropa akan menjelaskan kepada para partnernya di Asia, tentang langkah apa yang telah diambil untuk mengatasi utang luar negeri di sejumlah negara anggotanya. Itu penting untuk mengembalikan kepercayaan. “Peristiwa dua bulan terakhir juga telah memberi kami dan para partner Asia harapan bahwa kami telah mengambil langkah yang benar untuk mengatasi masalah itu, „ kata Schäfer.


David O'Sullivan, yang juga ikut dalam rombongan Komisi Uni Eropa, dengan jelas mempromosikan untuk meningkatkan kemitraan. “Kami berusaha keras untuk memperluas kerjasama.“ Ini tidak hanya dibatasi oleh kerjasama ekonomi, tapi juga meliputi bidang keamanan dan kebijakan luar negeri. “Kami memiliki sebuah peran penting dalam masa depan pembangunan di Asia, dan kami akan terus melanjutkan peran itu,” kata Managing Director European External Action Service.

Peran Kunci Jerman

Bagi Asia, Jerman dianggap memainkan peranan yang relatif khusus, Shada Islam menekankan: ”Jerman sangat dihormati oleh para partner kami di Asia, Jerman telah lama terlibat di Asia dan memiliki reputasi yang sangat bisa diandalkan. Berlin adalah kunci hubungan antara Eropa dengan Asia.“

Tidak ada negara lain di Uni Eropa yang memiliki kontak ekonomi yang kuat di Asia sebagaimana Jerman: neraca perdagangan antara Jerman –Asia pada paruh pertama tahun 2012 terhitung 35 % dari total ekspor dan 20 % dari total impor perdagangan antara Uni Eropa dengan Asia. Dengan demikian, posisi Jerman ditunggu-tunggu oleh semua pihak.

Arah Strategis Uni Eropa di Asia

Sejak 2010, Amerika memiliki sebuah orientasi baru dengan fokus di wilayah Asia-Pasifik. Meningkatnya komitmen itu termasuk dalam hal kerjasama militer dengan Filipina dan Vietnam serta mendorong investasi di negara seperti Myanmar. Pemerintah Cina telah melihat arah perkembangan ini dengan curiga. Fraser Cameron memperingatkan “Uni Eropa dan Amerika memiliki banyak kesamaan dalam politik di Asia, namun dalam beberapa isu kami berbeda. Uni Eropa harus hati-hati di sini, dan teliti dalam memilih di mana dan bagaimana mereka ingin dilihat.“

Potensi tambahan lain bagi konflik juga bisa disebabkan ketegangan antara Cina dan Jepang terkait masalah Laut Cina Timur, di mana kedua negara mengklaim sebagai pemilik kumpulan pulau di wilayah itu yang kaya ikan, serta diduga juga memiliki kandungan gas dan minyak yang kaya. Jika konflik ini dibahas dalam pertemuan ASEM, Jerman akan bersikap hati-hati. “Penting bagi kita untuk bersikap bijaksana dan semua pihak harus bersama-sama mencari dialog. Hanya sebuah solusi politik yang didasarkan pada dialog yang bisa menciptakan sebuah solusi permanen berkelanjutan,“ kata Martin Schäfer juru bicara Kementerian Luar Negeri.

Kerjasama Jangka Panjang

Pertemuan Uni Eropa dengan negara-negara Asia dan Pasifik tahun ini akan dihadiri sejumlah negara tambahan seperti Norwegia, Swiss dan Bangladesh yang akan datang untuk pertama kalinya. Uni Eropa akan diwakili utusan tingkat tinggi yakni Presiden Komisi Eropa José Manuel Barroso, sementara Jerman akan mengirim Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle.

Pada akhir pertemuan, keputusan kebijakan tidak diharapkan bakal langsung diterapkan. Karena fokusnya lebih bersifat jangka panjang. David O'Sullivan dari European External Action Service memperkirakan: ”Pertemuan ini adalah bagian dari proses saling memahami dan memperdalam hubungan kami serta meningkatkan dialog yang akan membuat kami bisa melalui masa-masa sulit yang sedang kami alami.“