1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eskalasi konflik Israel-Palestina

3 Juli 2006

Helikopter tempur angkatan udara Israel Minggu pagi menyerang dan menghancurkan kantor Perdana Menteri Palestina, Ismail Hanija di Gaza-City.

https://p.dw.com/p/CPDS
PM Ismail Haniya dan Presiden Mahmoud Abbas di kantor pemerintahan yang diserang
PM Ismail Haniya dan Presiden Mahmoud Abbas di kantor pemerintahan yang diserangFoto: AP

Saat serangan dilakukanm baik perdana menteri dari Hamas itu maupun stafnya tidak sedang berada di gedung tersebut. “Itu adalah tindakan tak beradab dan congkak“ demikian dikatakan Hanija sesaat setelah melihat gedung kantornya yang terbakar.

Pada saat bersamaan angkatan udara Israel juga menyerang kantor pusat aparat keamanan Hamas di Jalur Gaza. Akibatnya, seorang anggota satuan baru polisi tewas. Menurut keterangan radio Israel, di bagian Utara Jalur Gaza angkatan udara Israel juga membunuh seorang tersangka anggota Hamas yang militan.

Menurut informasi media Israel Presiden Mesir, Hosni Mubarak memberikan Hamas waktu sampai hari Minggu untuk mengakhiri penyandraan tentara Israel yang diculik pekan lalu. Mubarak telah berbicara dengan Presiden Suriah, Bashar al Assad dan menuntutnya untuk meningkatkan tekanan atas Hamas, terutama atas pimpinan politbiro Hamas, Khaled Mashaal, yang tinggal di Damaskus. Israel menganggap Mashaal dalang penculikan tersebut.

Jika tentara Israel yang diculik segera dibebaskan, Israel akan mewajibkan diri untuk membebaskan tahanan Palestina. Tetapi waktu dan jumlah tahanan yang akan dibebaskan tidak dijelaskan. Selain itu juga tidak jelas, apakah Israel akan membebaskan 60 politisi Hamas yang ditangkap di Tepi Barat Yordan pekan lalu.

Awalnya Hamas menolak tawaran, dengan alasan, Israel tidak bisa dipercaya. Tetapi anggota dinas rahasia Mesir memastikan, bahwa Presiden Mesir Mubarak menjamin, bahwa Israel akan menepati janji.

Sebelumnya, Mesir memberikan waktu kepada Hamas sampai Sabtu lalu untuk menerima tawaran itu. Tetapi, seperti diberitakan harian Israel “Haaretz“ hari Minggu kemarin, pemerintah di Kairo akhirnya harus menerima kenyataan, bahwa pengambil keputusan dalam Hamas, yaitu Mashaal di Damaskus dan kubu militer Hamas di Jalur Gaza saling mengoper tanggungjawab atas keputusan, menerima atau menolak tawaran Mesir.

Tetapi malam Minggu lalu Mesir kehilangan kesabaran, dan menekankan kepada Hamas, jika tawaran tidak ditemrima, Israel akan melipat gandakan operasi militer di Jalur Gaza yang disebut “hujan musim panas“.

Menurut laporan media Israel, AS menetapkan tiga poin yang harus dipatuhi Israel dalam penempatan militer di Jalur Gaza. Serangan tidak boleh merugikan baik Presiden Palestina, Mahmud Abbas, maupun warga sipil Palestina. Selain itu, serangan udara tidak boleh merusak infrastruktur di Jalur Gaza.

Pada awal operasi militernya, angkatan udara Israel membom sebuah pembangkit tenaga listrik, sehingga penyediaan lisrik bagi sekitar 850.000 dari 1,4 juta orang di Jalur Gaza terputus. Akibatnya, penyediaan air bersih juga terancam, karena tanpa listrik pompa air juga tidak berfungsi. Lagi pula, bensin untuk menghidupkan generator semakin langka.

Untuk menggantikan pembangkit tenaga listrik itu, pemerintah AS harus turun tangan, demikian laporan harian “Haaretz”. Perusahaan Palestina yang memiliki pembangkit tenaga listrik itu memiliki asuransi sebesar 50 juta dollar dari perusahaan asuransi AS. (ml)