1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tawaran Gencatan Senjata ETA Tawaran Gencatan Senjata ETA

6 September 2010

Gencatan senjata yang dilakukan Organisasi Bawah Tanah Baskia, ETA dan tewasnya pebalap muda Jepang Tomizawa di Sirkuit Misano Minggu (05/09) menjadi sorotan media cetak Eropa.

https://p.dw.com/p/P5WV
Grafiti gerakan bawah tanah ETA di Alsasua, utara SpanyolFoto: AP

Mengenai gencatan senjata yang dilakukan Organisasi Bawah Tanah Baskia, ETA, harian Spanyol El Mundo menulis

"Hampir semua kekuatan politik menerima secara skepsis komunike yang disampaikan ETA. Pernyataan itu bahkan mengecewakan simpatisan organisasi tersebut. Pendukung politis ETA menuntut gencatan senjata jangka panjang dan harus dikaji secara internasional. Tapi ETA tidak memenuhi permintaan manapun. Komunike gang teror itu secara praktis tidak bermakna dan tidak meyakinkan siapapun.“

Analisa harian Jerman Märkische Oderzeitung tentang tawaran perdamaian ETA

"Pesan itu diterima orang dengan gembira. Tapi apakah itu juga dapat dipercaya? Bukan untuk pertama kalinya ETA mengumumkan gencatan senjata, untuk selanjutnya kembali melancarkan pemboman. Seringkali organisasi itu menunjukkan sikap mau berunding, jika mereka melemah akibat berbagai penangkapan. Orang masih harus menunggu. Bijaksana untuk mengupayakan pemisahan kawasan Baskia dari Spanyol, yang saat ini pun sudah menikmati otonomi secara luas. ‚Demokratis' selama ini adalah istilah asing bagi ETA, dimana aksi terornya juga diarahkan terhadap warga Baskia yang memiliki pandangan berbeda untuk masa depan negaranya.“

Pebalap motor muda Shoya Tomizawa tewas dalam ajang balap Moto2 di Sirkuit Misano hari Minggu lalu. Mengomentari kecelakaan tragis pebalap Jepang yang berusia 19 tahun itu, harian Spanyol El Pais menulis:

"Kematian bukanlah akhir dari ajang balapan motor. Meskipun kecelakaan yang dialami Tomizawa, ajang balapan terus berlangsung.“

"Tidak ada yang berani menghentikan balapan itu“, demikian komentar harian Italia Il Gionale.

Sementara harian Italia La Repubblica menulis

"Ajang balapan harus terus berlangsung dan tidak hanya itu. Kematian tidak eksis sama sekali. Itu tidak ada, dihapus. Atau lebih baik lagi, itu tidak pernah terjadi. Itulah kesan yang harus disampaikan kepada pemirsa. Kematian hanya ada di sisi luar, dalam bentuk risiko yang menggairahkan, sesuatu yang menarik para fans, tapi tidak boleh sampai mengganggu kesenangan mereka. Dengan tergesa-gesa Tomizawa disingkirkan dari jalur balapan, tapi tanpa mengganggu jalannya balapan. Orang yang meninggal harus keluar dari aspal, dari pandangan mata, dari lampu-lampu kamera televisi, dari hati penonton. Dan dengan demikian ajang besar kengerian berlangsung ke putaran berikutnya."

Dan terakhir harian Italia lainnya La Gazzetta dello Sport berkomentar:

"Orang tidak boleh bersembunyi di belakang sikap moral yang salah. Ajang balapan adalah ajang berbahaya dan mengandung risiko. Tapi jika dalam waktu tujuh hari orang dua kali dikonfrontasikan dengan kematian, hal ini akan meninggalkan jejak. Mengapa acara penghormatan pemenang tidak dihindari? Sikap yang tentunya merupakan ungkapan rasa hormat. Orang seharusnya memiliki tanggung jawab terhadap orang tua malang di Jepang, yang juga melihat secara langsung kematian anak laki-lakinya di layar televisi."

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Robina