1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

EURES Portal Pencarian Kerja di Eropa

Sabrina Pabst4 Juli 2013

Banyak anak muda di Uni Eropa yang menganggur. Sementara Jerman masih kekurangan tenaga kerja terdidik. EURES mendekatkan perusahaan dan para pencari kerja.

https://p.dw.com/p/1928x
Der junge Spanier Jon Serrano in Bad Homburg.
Pekerja Spanyol di JermanFoto: picture-alliance/dpa

Bagi warga Uni Eropa, bekerja di luar negeri bukan hal asing lagi. Banyak orang yang bekerja di negara tetangga atau di negara lain yang menjadi anggota Uni Eropa. Untuk mencari pekerjaan, mereka bisa menggunakan portal internet EURES.

EURES adalah singkatan dari "European Employment Services". Ini adalah jaringan perusahaan dan para pencari kerja di Uni Eropa dan Swiss. Portal EURES dimaksudkan untuk membantu para pencari kerja menemukan lowongan kerja dan membantu perusahaan menemukan pekerja yang cocok. Mitra portal ini adalah asosiasi pengusaha, serikat buruh dan dinas tenaga kerja di berbagai negara. EURES dikoordinasi langsung oleh Komisi Eropa.

Peluang Kerja di Negara Lain

Ketika krisis sedang melanda pasar kerja Eropa, portal internet menjadi platform yang tepat bagi para pencari kerja yang ingin melihat lowongan kerja di tempat lain. Kesediaan bekerja di negara lain akan menambah peluang pencari kerja untuk menemukan pekerjaan. Sampai saat ini, baru 2 persen pencari kerja di Eropa yang bekerja di luar negeri.

"EURES adalah instumen penting di pasar kerja. Jaringan ini menawarkan data dari seluruh Uni Eropa, menciptakan transparansi dan bisa membantu mencegah pengangguran. Ini lebih baik daripada hanya fokus pada pasar kerja di dalam negeri", kata Claudia Süss, konsultan EURES di Kantor Tenaga Kerja Mönchengladbach.

Dalam pekerjaannya sehari-hari, Claudia Süss didatangi pencari kerja yang juga bersedia bekerja di luar Jerman. Dia lalu memperkenalkan portal EURES. Dia juga sering mengundang perusahaan dari luar Jerman untuk bertemu dengan para pencari kerja asal Jerman. Banyak pencari kerja Jerman yang ingin bekerja di Belanda, karena jarak rumahnya ke tempat kerja hanya sekitar 40 kilometer.

Perlu Mobilitas

"Mereka yang mau bekerja di luar negeri juga bisa membandingkan sistem pajak dan jaminan sosial. Mungkin di luar Jerman kondisinya lebih menguntungkan", tutur Claudia Süss. Di banyak negara, permintaan tenaga kerja tergantung pada musim. Jadi pencari kerja harus punya mobilitas tinggi.

Claudia Süss menjelaskan: "Pada musim gugur atau musim dingin, di beberapa sektor tertentu pengangguran meningkat. Jadi pencari kerja harus juga mencari lowongan di luar negeri." Biasanya kualifikasi tenaga kerja yang dituntut di negara lain tidak jauh berbeda dengan kualifikasi yang dimiliki pekerja di Jerman. Jadi tidak ada masalah besar untuk bekerja di negara tetangga.

Jutta Steinruck, anggota Parlemen Eropa dari partai SPD menerangkan, upaya menawarkan lowongan kerja di Uni Eropa adalah bagian dari program penanggulangan pengangguran. Program ini memang sedang digalakkan di seluruh Eropa. Tapi ini program yang bersifat sukarela. "Kami tidak bisa memaksa seseorang untuk meninggalkan lingkungan sosialnya," tandas Steinruck. Jadi, bantuan ini akan diberikan kepada mereka yang memang mau bekerja di luar negeri.

Hanya Program Pelengkap

Menurut Jutta Steinruck, EURES bukan prakarsa yang bisa menyelesaikan masalah pengangguran di sebuah negara. Pemerintah tetap harus meningkatkan pendidikan dan pengadaan lapangan kerja di dalam negeri. "Perusahaan harus mampu menyediakan lapangan kerja sekaligus melatih tenaga kerja yang dibutuhkan". Hanya dengan cara itu, tingkat pengangguran bisa diturunkan. Mencari kerja ke luar negeri hanyalah program pelengkap pada masa-masa krisis.

Kalau perusahaan besar dari Jerman menarik tenaga kerja terdidik dari negara lain, ini tidak baik untuk perkembangan ekonomi di negara itu, kata Jutta Steinruck. Karena negara yang bersangkutan akhirnya akan kekurangan tenaga ahli. "Jadi harus ada investasi di negara asal untuk membangkitkan ekonomi."

Jutta Steinruck juga melihat masalah, kalau banyak pekerja muda yang kehilangan lingkungan sosialnya karena harus pindah ke negara lain. "Mobilitas di pasar kerja juga punya dampak sosial. Tapi seberapa besar dampaknya, ini kita belum tahu pasti", katanya.