1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Evakuasi Korban Longsor Sukabumi Dihadang Hujan Lebat

2 Januari 2019

Upaya pencarian 20 korban yang masih hilang hingga kini masih terkendala kondisi cuaca. Saat ini Badan SAR Nasional dan BPBD Sukabumi telah mengirimkan alat berat ke lokasi bencana. Korban tewas mencapai 15 orang.

https://p.dw.com/p/3AsfD
Indonesien Erdrutsch in Sukabumi
Foto: Getty Images/AFP

Tim SAR Gabungan masih melakukan pencarian korban tanah longsor di Sukabumi meski dihadang kendala hujan lebat. Sejauh ini sudah 15 korban meninggal berhasil ditemukan. Tragedi yang terjadi pada malam pergantian tahun itu masih menyisakan 20 korban hilang dan 30 rumah terkubur tanah. Sementara 63 korban berhasil selamat dan terpaksa mengungsi.

Sebelumnya dilaporkan upaya pencarian sempat terhenti oleh hujan lebat yang mengguyur Sukabumi. "Kondisi tanah yang masih labil menjadi ancaman buat tim SAR yang bekerja di lapangan," kata Jurubicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Badan SAR Nasional menyebutkan pihaknya telah mengirimkan peralatan berat ke lokasi kejadian untuk membantu mempercepat proses pencarian korban longsor yang masih tertimbun. Sebelumnya upaca pencarian terpaksa dilakukan dengan cara-cara manual lantaran minimnya alat bantu.

Akses ke lokasi bencana sulit

"Daerah yang terlanda longsor cukup luas, tanah tebal, tanah berlumpur, longsor susulan sering terjadi, akses cukup sulit dijangkau dan cuaca sering hujan menyebabkan evakuasi korban cukup sulit dilakukan," lanjut Sutopo lewat akun Twitternya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sukabumi mengatakan kepada BBC Indonesia, Desa Sirnaresmi sejak lama dikenal sebagai kawasan rawan longsor.

Hal tersebut dipastikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Peta Prakiraan Wilayah Potensi Tejadi Gerakan Tanah untuk Kabupaten dan Kota Sukabumi. Dalam peta itu kecamatan Cisolok tercatat memiliki potensi gerakan tanah menengah. Artinya longsor berpeluang besar terjadi jika curah hujan lebih tinggi dari rata-rata.

Baca juga: Bencana Longsor dan Banjir Awali Tahun Baru 2019

Terutama perumahan yang berada di dekat lereng atau berbatasan dengan lembah sungai dan tebing jalan sangat rentan terkena longsor tanah. Menurut BPBD Sukabumi, kawasan yang terdampak bencana longsor di Cisolok sudah dikenal rawan sejak tahun 2010.

Namun sulitnya meyakinkan warga untuk pindah membuat risiko bencana mustahil diminimalisir, klaim Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman, kepada BBC Indonesia.

Jabar rawan bencana gerakan tanah

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, kepada media nasional membenarkan besarnya potensi bencana tanah longsor yang menghantui wilayah kerjanya. Tahun lalu Jawa Barat dilanda 1.560 bencana alam, sekitar 550 di antaranya merupakan tanah longsor. Menurut kang Emil demikian sapaan akrab Gubernur Jabar, ancaman ini terutama dirasakan oleh penduduk di kawasan tengah dan selatan provinsi Jawa Barat.

"Karena secara geologis dari Tengah Jawa Barat ke Selatan itu kemiringannya curam. Dari Tengah ke Utara relatif rata jadi kondisinya begitu," ujarnya kepada IDN Times saat memimpin koordinasi upaya pencarian korban di lokasi kejadian.

Baca juga: Bencana Alam di Indonesia tahun 2019 Diprediksi Terus Terjadi

Jurubicara BNPB, Sutopo, sempat mengeluhkan upaya penyaluran bantuan sempat tersendat lantaran padatnya jalan utama menuju Cisolok, Sukabumi. Menurutnya tidak sedikit warga yang berdatangan ke lokasi karena ingin melihat situasi bencana. Wisata bencana yang kurang terpuji ini menyebabkan kemacetan di jalur penghubung utama ke lokasi bencana.

Para pelancong datang bersamaan dengan anggota keluarga yang datang untuk membantu sanak famili. Akibat kondisi jalan yang sempit, kedatangan personil SAR, logistik dan bantuan medis sempat tertunda.

rzn/as (rtr,ap,bbcindonesia,idntimes)

Cegah Longsor dengan Rumput Amriso