USA Portland
27 November 2010Mohamed Osman Mohamud, remaja usia 19 tahun yang lahir di Somalia merencanakan serangan berdarah pada pesta penyalaan pohon Natal di pusat kota Portland. Namun bom di mobil niaganya itu telah diganti dengan bom palsu. Tersangka pelaku serangan hendak meledakkan bom bersama mobilnya dengan menggunakan telepon genggam. Namun, saat ia berusaha meledakkannya, remaja itu ditangkap aparat keamanan.
Sejak Juni lalu, Biro Penyelidik Federal FBI mengamati remaja tersebut. Demikian tercantum dalam dokumen pengadilan yang diperlihatkan jaksa penuntut umum Dwight Holton kepada pers. Menurut dokumen tersebut, sejak setahun ini Mohamed telah menjalin kontak lewat email dengan kelompok di wilayah perbatasan di barat laut Pakistan. FBI berhasil menjaring emailnya dan menduga bahwa tersangka akan berangkat ke wilayah itu untuk ikut berjihad.
Tersangka nyatakan akan lancarkan serangan
Berdasarkan dugaan itu, seorang agen rahasia FBI menghubungi Mohamed. Agen tersebut kemudian menyamar dengan mengatakan kepada remaja usia 19 tahun itu bahwa ia adalah orang dari kontak Mohamed di Pakistan. Dalam pertemuan itu, Mohamed menceritakan, bahwa ia akan meledakkan bom di Portland, negara bagian Oregon, saat masyarakat ramai mempersiapkan perayaan Natal. Agen rahasia itu lalu berpura-pura menawarkan dukungan.
Hari Jumat (26/11) semuanya telah dipersiapkan. Mohamed dan agen rahasia FBI berangkat mengendarai mobil niaga menuju pusat kota. Mereka dikatakan mengangkut 200 liter bahan peledak yang dimasukkan ke dalam sejumlah tong. Dalam tong-tong tersebut terdapat alat penyala bom yang direncanakan akan diaktifkan dengan telpon genggam. Semuanya dipersiapkan rapi oleh FBI. Ketika Mohamed berupaya meledakkan bom yang sebenarnya palsu itu, ia ditangkap.
Rencana pembunuhan massal
Menurut jaksa penuntut Dwight Holton, tekad dingin Mohamed Osman Mohamud adalah peringatan kepada semua warga Amerika Serikat bahwa di negara bagian Oregon yang sebenarnya cukup terpencil itu, terdapat orang yang hendak membunuh warga AS. Hari Senin (29/11) tersangka akan diseret ke depan meja hijau. Kejaksaan mendakwa remaja kelahiran Somalia itu dalam kasus rencana pembunuhan massal.
Rüdiger Paulert/Christa Saloh
Editor: Luky Setyarini