1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Fenomena Ramai Ular Kobra di Permukiman

19 Desember 2019

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kemunculan ular-ular kobra tak terlepas dari musim hujan yang mengakibatkan sarang atau lobang mereka tergenang air.

https://p.dw.com/p/3V4bf
Iran Bildergalerie KW 25 2013
Foto: Irna

Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kemunculan ular-ular kobra tak terlepas dari musim hujan yang mengakibatkan sarang atau lobang mereka tergenang air. Warga diminta tidak langsung membunuh ular bila ditemui.

Kasubid Sumber Daya Genetika Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Moh Haryono memaparkan ular biasanya bertelur saat musim kemarau. Semakin panjang musim kemarau, maka semakin banyak telurnya. Telur itu akan menetas saat musim hujan.

"Itu yang mungkin salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak ular ini keluar dari tempatnya. Apalagi tentunya ketika hujan deras, itu lubang-lubang di mana tempat berlindung dia itu tertutupi oleh air dan dia akan keluar dari lubangnya dari tempat hidupnya," kata Haryono dalam diskusi di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Haryono menjelaskan setiap satwa atau makhluk hidup memiliki naluri alamiah akan berpindah dari tempat yang kurang aman ke yang lebih aman, lebih kering dan lebih tinggi. "Itu saya kira makhluk hidup mempunyai naluri alamiah seperti itu, akan mencari tempat yang selalu dipandang lebih aman," ujarnya.

Haryono mengimbau warga melaporkan jika ada kemunculan atau penangkapan ular ke BKSDA supaya bisa ditangani. Dengan penanganan yang tepat, maka baik manusia maupun ular bisa diselamatkan.

"Silakan dilaporkan dan tentunya mungkin ada upaya penanggulangan sementara di lapangan ketika petugas belum datang itu mereka harus bagaimana menangani ular yang ditemukan supaya tidak ada misalnya langsung dibunuh atau bagaimana supaya juga tidak membahayakan kepada yang menemukan. Jadi yang kita selamatkan ularnya termasuk juga manusianya," ujarnya.

Dia menilai perlu ada kerja sama yang baik antara masyarakat, komunitas pecinta ular dan pemerintah dalam penanganan ular, termasuk sosialisasi penanganan jika melihat ular. Pertimbangan moral dan etik juga diperlukan jika ada satwa yang masuk ke permukiman.

"Jadi setiap satwa punya animal welfare, dia punya hak hidup dengan nyaman di lingkungannya. Sehingga dengan pertimbangan itu kita tidak perlu melukai apalagi membunuh. Kalau kita tidak bisa handle secara pribadi secara sendiri ya kita tentunya laporkan ke lingkungannya ke petugas," ucapnya. (pn/detik)

Baca selengkapnya di detikNews