1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Fenomena "Sistem Pep"

Jens Krepela18 Januari 2013

Josep Guardiola, pemain yang dielukan, pelatih yang sukses bersama FC Barcelona. Kini sang kolektor gelar juara bergabung dengan FC Bayern München.

https://p.dw.com/p/17M5K
Foto: AP

"Sistem Pep diterapkan klub dengan penuh kebanggaan", ujar presiden Barca Sandro Rosell dalam pesta perpisahan Pep Guardiola April tahun lalu. Kalimat yang berupa penghormatan tokoh besar FC Barcelona terhadap seorang pelatih yang luar biasa. Dalam konferensi pers terakhirnya banyak pemain yang hadir. Iniesta, Xavi dan Puyol duduk di barisan pertama. Messi tidak mau hadir karena merasa terlalu sedih. Ini menunjukkan, "Sistem Pep" adalah sistem yang saling mempercayai: Guardiola punya hubungan erat dengan timnya yang penuh pemain bintang. Siapa yang tidak cocok dengan "lingkaran" ini akan dikeluarkan. Seperti Zlatan Ibrahimovic atau Samuel Eto'o.

Pertengahan tahun 80an, "Sistem Pep" belum dikenal. Guardiola bergabung di usia 13 tahun dengan FC Barcelona di asrama klub "La Masia". Disana ia bermain dengan tim remaja dan menempati posisi pemain tengah bertahan. Di bawah pelatih Johann Cruyff ia bergabung dengan klub utama tahun 1990 dan menjadi pemain andalan. Gelar juara diraihnya satu demi satu. Salah satu gelar terpentingnya sebagai pemain adalah piala Liga Champions pertama Barca di tahun 1992.

FC Barcelona Messi und Guardiola
Guardiola dicintai para pemainnyaFoto: picture-alliance/dpa

Pelatih Muda Berkualitas

Potensinya menganalisa sepakbola sudah terdeteksi sejak dini: "Guardiola bisa membaca pertandingan", kata pelatih Luis van Gaal tentang mantan pemainnya. Kemampuan Pep baru terbukti setelah ia mulai meniti karir sebagai pelatih. 2007 ia kembali ke FC Barcelona sebagai pelatih tim remaja.

Ia baru melatih tim B selama 12 bulan, saat ia tahun 2008 secara mengejutkan terpilih sebagai pengganti pelatih tim utama Barca Frank Rijkaard. Banyak suara kritis yang terdengar dari kalangan fans dan klub. Namun, pria yang waktu itu masih berusia 38 tahun kenal baik atmosfir klubnya. Walau awalnya mengalami kegagalan, Pep dengan tenang membangun kekuatannya bersama Barcelona.

Ia menerapkan "Sistem Pep". Bersama timnya ia menyempurnakan teknik umpan pendek yang berarti menguasai kepemilikan bola. Ia berhasil mewujudkan harmoni taktis antara serangan dan pertahanan tanpa melupakan kedisiplinan yang tetap memberi ruang bebas bagi pemain jenius seperti Messi. Di tahun pertamanya sebagai pelatih tim utama Barcelona ia memenangkan semua enam gelar yang mungkin dimenangkan pada musim itu. Termasuk La Liga, Liga Champions dan Piala Toyota. Tentu Guardiola juga diuntungkan kualitas pemainnya seperti Messi dan Iniesta. Tapi ia juga dianggap sebagai penyempurna filosofi permainan Barcelona yang sangat dibanggakan.

Jupp Heynckes und Pep Guardiola
Pep Guardiola akan menggantikan Jupp Heynckes di FC BayernFoto: FC Bayern München

Istirahat di New York

Tiga tahun dan delapan gelar kemudian Guardiola merasa keletihan yang luar biasa. Banyak yang mengatakan ia mengalami "burn out". Dampaknya tampak jelas pada penampilannya. Ia tampak lelah dan badannya semakin kurus. Walau klubnya berusaha dengan segala cara mempertahankan Guardiola, ia menarik konsekuensinya. Setelah kalah di Liga Champions dari FC Chelsea, Pep mengumumkan pengunduran dirinya. "Saya tidak sanggup lagi. Bagi saya penting untuk merasa segar kembali."

Pep menarik diri bersama keluarganya. Ia dan pasangan hidupnya Cristina Serra sudah bersama sejak ia berumur 18 tahun. Mereka memiliki tiga anak: Marius, Maria dan Valentina. Guardiola dan keluarganya pindah ke New York. Ia menutup diri dari perhatian publik untuk memiliki waktu lebih banyak dengan keluarganya. Pep juga bisa kembali menekuni hobinya di luar sepakbola: sastra, seni, dan musik. Ia kini memutuskan mulai musim panas tahun ini untuk membuka babak baru. Yakni, melatih klub yang dikenal sebagai FC Hollywood di München.