1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Festival Musik Rumah 2018: Membangun Kebersamaan

Hendra Pasuhuk
17 Agustus 2018

Lebih 90 kelompok menggelar konser di hampir 40 lokasi selama tiga hari nonstop. Inilah upaya membangun kebersamaan dalam menyambut 73 tahun kemerdekaan Indonesia.

https://p.dw.com/p/33I3v
Indonesian, Festival Musik Rumah
Konser Rumah kelompok Bonita and The Hus BandFoto: Festival Musik Rumah

Gagasan menggelar Festival Musik Rumah muncul dari Petrus Briyanto Adi yang lebih akrab disapa Adoy, personel kelompok Bonita & The Hus Band (BNTHB). Idenya bukan menggelar festival musik akbar yang gemerlapan, melainkan penampilan-penampilan kecil yang digelar di rumah-rumah. "Ini sebuah festival musik partisipatoris", kata aktivis pendidikan dan pegiat budaya Susilo Adinegoro.

Konsepnya sederhana, tuan rumah memberikan tempat untuk dipakai pagelaran musik dan berkoordinasi dengan kelompok yang ingin tampil. Lebih 90 kelompok siap menggelar acara musik secara bergiliran maupun simultan selama tiga hari, pada tanggal 17, 18 dan 19 Agustus. Festival ini juga diramaikan peserta dari luar negeri, antara lain kelompok TOFFI di Hamburg, Jerman.

"Saya senang bahwa antusiasme dan kebahagiaan menyertai para partisipan dalam persiapan menuju tiga hari festival ini. Komunikasi antar penampil dan tuan rumah berjalan baik, progres persiapan musikal dari para penampil juga sukacita" kata Adoy. Dia mengakui, sebenarnya banyak sekali kelompok yang mau berpartisipasi, namun karena kapasitas pengurus terbatas, tidak semua permohonan yang masuk pada hari-hari terakhir bisa diakomodasi.

Indonesian, Festival Musik Rumah
Kelompok Bonita and The Husband mempersiapkan Festival Musik Rumah 2018Foto: Festival Musik Rumah

Musik menghubungkan dan menyatukan

Tujuan utama di belakang kerja besar ini adalah membangun dan merawat kebersamaan, kata Adoy. Festival Musik Rumah menghubungkan Indonesia dengan jejak Nusantara di Campa (yang salah satunya sekarang adalah Kamboja) dengan partisipasi musisi-musisi multi nasional di Phnom Penh.

Musik yang ditawarkan juga beragam. Kelompok TOFFI Hamburg dari Jerman tampil bersama tiga pemusik yang pengungsi dari Suriah. Mereka bersama-sama akan membawakan lagu-lagu daerah Indonesia. Di halaman facebook Festival Musik Rumah mereka menyampaikan "Salam tiga bahasa” (Indonesia, Jerman, dan Arab) dan menyatakan kegembiraan bisa berpartisipasi..

Salah satu hal yang akan menghubungkan satu konser rumah dengan konser rumah yang lain adalah  ada satu lagu yang akan dibawakan oleh semua penampil dalam festival ini, yaitu lagu "Rayuan Pulau Kelapa” karya Ismail Marzuki.

Indonesian, Festival Musik Rumah
Penggagas FMR2018 Petrus Briyanto Adi (depan kanan)Foto: Festival Musik Rumah

Live streaming lewat Facebook dan situs web

"Penting dalam festival ini kita merasakan kebersamaan yang tak terbatas wilayah dan kelas. Dengan mengalami konser di setiap rumah secara khidmat dan sukacita, ingat dan rayakan bahwa sebenarnya kita sedang bersama-sama merayakan kemanusiaan lewat musik walau lokasinya terpisah-pisah. Tidak ada minoritas dan mayoritas di festival ini", kata Adoy.

Festival Musik Rumah adalah adalah acara pertunjukan "live music" sederhana dalam format "home concert" dan tidak untuk tujuan profit, kata Adoy menambahkan. Pada konser-konser rumah, nantinya  penonton bisa menyampaikan dukungan dan bantuan untuk saudara-saudara di Lombok dan sekitarnya yang menjadi korban bencana alam.

Mereka yang tidak bisa hadir langsung di rumah konser bisa menikmati sebagian Festival Musik Rumah lewat live streaming atau dokumentasi video laman Facebook Festival Musik Rumah atau dari situsnya: www. festivalmusikrumah.id.