1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Filipina Selatan Jadi Markas Baru Militan Asia Tenggara

Hendra Pasuhuk
31 Mei 2017

Puluhan jihadis asing bergabung dengan militan pro ISIS di Marawi, Filipina, untuk melawan pasukan pemerintah. Aparat keamanan memperkirakan sekitar 40 militan bersenjata asal Indonesia ada di Filipina.

https://p.dw.com/p/2duXA
Philippinen Rückeroberung der Stadt Marawi - Kampf gegen den IS
Foto: Reuters/E. de Castro

Sumber di intelijen Filipina mengatakan bahwa sekitar 400-500 anggota militan Islam yang sempat menguasai Kota Marawi di pulau Mindanao hari Selasa lalu (23/05), ada 40 orang yang baru-baru ini datang dari luar negeri, termasuk dari negara-negara Timur Tengah.

Sumber tersebut mengatakan, para militan asing termasuk warga Indonesia, Malaysia, setidaknya satu orang Pakistan, seorang Saudi, seorang Chechen, seorang Yaman, seorang India, seorang Maroko dan satu orang dengan paspor Turki.

"ISIS makin terdesak di Irak dan Suriah, dan membangun kubu baru di beberapa wilayah Asia dan Timur Tengah," kata Rohan Gunaratna, pakar keamanan di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura.

"Salah satu daerah yang sedang berkembang pesat adalah Asia Tenggara, dan Filipina menjadi pusat gravitasinya," tambah dia.

Karte Philippinen ENG
Kota Marawi di Pulau Mindanao, Filipina Selatan

Kawasan Mindanao selama beberapa dekade telah diguncang oleh pemberontakan lokal dari gerakan separatis sekaligus menjadi markas utama kelompok-kelompok kriminal yang sering melakukan aksi penculikan dan pembunuhan. Para pejabat keamanan sudah lama memperingatkan, bahwa kemiskinan, absennya penegakan hukum di kawasan perbatasan ke Malaysia dan Indonesia itu bisa menjadi magnet bagi kelompok-kelompok radikal di Asia Tenggara. Terutama sekarang, saat banyak gembong dan relawan ISIS lari dari Irak dan Suriah.

Sekalipun kelompok-kelompok militan dan simpatisan ISIS sudah beberapa kali melakukan serangan teror di Asia Tenggara, penyerbuan ke Marawi adalah aksi pertama kali yang terkoordinir dan dilakukan dengan pengerahan ratusan militan bersenjata.

Tahun lalu, para militan di Asia Tenggara yang berorientasi pada ISIS merilis sebuah video yang mendesak warga sebangsanya untuk bergabung dalam perjuangan mendirikan wilayah ISIS di Filipina selatan.

Kämpfe auf Philippinen Marawi
Helikopter militer Filipina terlihat lalu lalang menembakkan roket ke kubu militan Abu Sayyaf dan Maute di MarawiFoto: Reuters/E. De Castro

Pakar terorisme yang berbasis di Jakarta, Sidney Jones menyampaikan beberapa contoh pesan-pesan yang dikirim di chatroom aplikasi Telegram yang digunakan oleh para pendukung ISIS.

Dalam satu kasus, seorang pengguna melaporkan bahwa dia berada di jantung Kota Marawi di mana tentara (Filipina) "berlari-lari seperti babi" dan "darah kotor mereka bercampur dengan mayat rekan-rekan mereka".

Dia meminta orang lain di kelompok tersebut untuk menyampaikan informasi ini ke Kantor Berita Amaq, sebuah situs di Internet yang dikenal sebagai corong ISIS.

Pengguna lain menjawab dengan menggunakan bahasa Arab: "Mari hijrah ke Filipina. Pintu sekarang terbuka."

Philippinen Rückeroberung der Stadt Marawi - Kampf gegen den IS | Evakuierung
Sekitar 2000 warga sipil dikhawatirkan terjebak dalam pertempuran antara pasukan pemerintah dan militanFoto: Reuters/R. Ranoco

Bentrokan antara militer Filipina dan kelompok militan di Kota Marawi dimulai ketika tentara menggelar operasi untuk menangkap Isnilon Hapilon, salah satu gembong kelompok Abu Sayyaf. Namun upaya itu gagal karena Hapilon dilindungi oleh kelompok militan lokal Maute, yang sudah mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Kelompok itu membakar sebuah rumah sakit dan rumah ibadah umat Katolik lalu menculik seorang pastor dan menyandera belasan anggota gereja.

Menurut sebuah catatan intelijen yang dilihat oleh kantor berita Reuters, aparat keamanan di Jakarta percaya bahwa ada 38 orang Indonesia yang pergi ke Filipina selatan untuk bergabung dengan kelompok militan di sana. Namun, sumber penegak hukum Indonesia, yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, militan Indonesia yang terlibat dalam pertempuran bisa lebih dari 40 orang.

Sebuah sumber di satuan anti-teror Indonesia mengatakan kepada Reuters, pihak berwenang kini meningkatkan pengawasan di ujung utara wilayah Kalimantan dan Sulawesi untuk menghentikan anggota militan yang bermaksud menyeberang ke Filipina lewat jalan darat dan laut. Mereka juga ingin mencegah masuknya militan lain yang melarikan diri dari serangan militer Filipina di kota Marawi.

"Jarak antara Marawi dan wilayah Indonesia hanya lima jam," kata sumber itu.

hp/vlz (rtr)