1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Filipina Tinggalkan ASEAN dan Mendekat ke Cina

1 Juni 2016

Presiden baru Filipina, Rodrigo Duterte, menawarkan negosiasi bilateral dengan Cina. Sikap Manila tidak cuma bertentangan dengan strategi ASEAN, Duterte juga ingin menjauhkan Amerika dari sengketa teritorial tersebut.

https://p.dw.com/p/1IyH0
Philippinen Präsidentschaftskandidat Rodrigo Duterte
Presiden terpilih Filipina, Rodrigo DuterteFoto: Imago/Kyodo News

Cina menyambut tawaran negosiasi bilateral yang diajukan pemerintahan baru Filipina terkait isu Laut Cina Selatan. Hubungan kedua negara belakangan memanas menyusul sikap agresif Beijing dalam sengketa teritorial tersebut.

Sikap Filipina melunak menyusul kemenangan Rodrigo Duterte dalam pemilu kepresidenan. "Kita punya perjanjian dengan barat. Tapi saya ingin semua orang tahu bahwa kami akan mengambil jalan sendiri," tuturnya.

Pandangan sang presiden bersebrangan dengan kebijakan pemerintah di Washington. "Kami tidak akan bergantung pada Amerika," tuturmya. Belum lama ini Filipina menandatangani perjanjian pertahanan dengan AS untuk membangun lima pangkalan militer untuk angkatan laut.

Cina sejak awal menginginkan konflik di Laut Cina Selatan diselesaikan lewat jalur bilateral. Sebaliknya ASEAN menginginkan pembahasan multilateral. Beijing dikhawatirkan akan menggunakan pengaruhnya untuk menekan negara-negara yang ikut bertikai seperti Malaysia, Brunei dan Vietnam.

South China Sea dispute

Duterte yang awalnya mendukung negosiasi multilateral kini malah berbalik arah. Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay mengklaim sang presiden menginginkan agar perundingan bilateral dengan Cina dilanjutkan.

Februari silam Duterte mengatakan akan menyudahi konflik dengan Cina selama mendapat ganjaran yang setimpal. "Bangun jalur kereta api untuk kami seperti yang kalian bangun di Afrika. Baru kemudian kita bisa melupakan konflik ini," tukasnya seperti dilansir Washington Post.

Bekas walikota Davao itu bahkan mengklaim Filipina tidak membutuhkan campur tangan pengadilan arbitrase internasional yang saat ini sedang menggodok gugatan Manila ihwal Laut Cina Selatan. "Saya punya posisi serupa dengan Cina. Saya tidak ingin menuntaskan sebuah konflik lewat pengadilan internasional," ujarnya.

rzn/hp (rtr,ap,wp)